Telinga Warter menajam begitu dia mendengar Rylai mengucapkan kata "guru".
Senyum ramah muncul di wajahnya dan dia langsung menundukkan kepalanya ke depan dan bergegas menuju sosok yang baru saja disebut gadis itu sebagai guru.
"Tuan," katanya dengan hormat, "sungguh suatu kehormatan bertemu denganmu."
Warter melirik pria di depannya saat dia berbicara. Yang dia lihat adalah seorang pria yang tampak sangat muda dengan rambut hitam dan mata hitam, yang penampilannya polos dan biasa-biasa saja. Kalau bukan karena jubah Penyihir biru tinta yang dia kenakan dan tongkat di tangannya, Warter yakin pemuda ini bisa menghilang di jalan yang sibuk penuh dengan orang. Satu-satunya tampilan yang mencolok pada pemuda ini adalah matanya.
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com