webnovel

Tak Pernah Diingat adalah Hal yang Paling Kejam (7)

Éditeur: Atlas Studios

Qin Zhi'ai menetapkan pandangannya pada Gu Yusheng setelah ia melihat Gu Yusheng melalui kaca spion.

Qin Zhi'ai tidak bertemu Gu Yusheng selama tiga hari. Ia tampak seperti habis potong rambut. Rambutnya menjadi lebih pendek dan lebih menampakkan dahinya. Potongan rambutnya yang baru memamerkan wajahnya yang tampan; ia tampak lebih segar dan tampan.

Gu Yusheng tampak jauh lebih tidak agresif dengan mata tertutup, tampak lebih lembut dan baik. Ia terlihat setampan pangeran dalam dongeng dengan jasnya yang mewah namun sederhana.

Qin Zhi'ai memuaskan dirinya memandangi Gu Yusheng sampai ia mengerutkan dahinya sedikit. Qin Zhi'ai tidak menggeser pandangannya hingga ia melihat bulu mata Gu Yusheng bergerak, menandakan ia akan bangun. Qin Zhi'ai mulai melihat pada pemandangan di luar mobil. Semua objek memudar melalui jendela.

Gu Yusheng ingin menutup matanya dan beristirahat. Ia tidak mengharapkan dirinya untuk jatuh tertidur. Setelah ia bangun, ia terkejut melihat Qin Zhi'ai duduk di sebelahnya. Ia terkejut selama satu detik dan mengangguk. Ia sepertinya mulai tahu apa yang telah terjadi. Ia berputar untuk melihat pemandangan di luar melalui jendela. Ia memindahkan tubuhnya ke dalam posisi duduk.

Qin Zhi'ai merasa Gu Yusheng bergerak dan tahu ia terbangun. Ia duduk seperti sebuah patung tanpa gerakan sedikit pun setelah menyadari Gu Yusheng telah bangun.

Gu Yusheng mengeluarkan telepon selulernya dan memainkannya sejenak. Ia tampak lelah dan menggosok di antara alisnya. Sambil menggosok wajahnya, ia melihat sesuatu melalui sudut matanya. Ia berhenti menggosok sebentar dan dengan perlahan memalingkan kepalanya untuk meletakkan pandangannya pada dada Qin Zhi'ai.

Qin Zhi'ai mengenakan gaun malam berwarna merah muda terang, bagian depannya diikat dengan tali. Gu Yusheng hampir dapat melihat dadanya melalui celah di antara tali pengikat.

Gu Yusheng menatap dadanya selama beberapa saat dan mengerutkan dahi. Entah bagaimana, ia mulai merasa marah.

Gaun malam seperti apa yang ia kenakan? Itu sama saja dengan tidak memakai apa-apa.

Gu Yusheng menggerakkan bibirnya dan tanpa disadari ingin marah padanya. Bagaimanapun, ia menelan setiap kata ketika kata-kata itu sudah ada di ujung lidahnya.

Gu Yusheng pasti telah memiliki terlalu banyak waktu kosong. Mengapa ia harus peduli dengan apa yang dipakai Qin Zhi'ai? Bahkan jika ia telanjang, tidak ada urusannya dengan Gu Yusheng. Ketika Qin Zhi'ai difoto untuk acara TV, ia memakai bikini. Ketika Lu Bancheng memberitahukan hal ini pada Gu Yusheng, ia tidak peduli ataupun berkomentar tentang hal itu. Tidak seperti kali ini.

Memikirkan hal ini, Gu Yusheng memaksa dirinya untuk memalingkan matanya dari dada Qin Zhi'ai ke arah luar dari jendela.

Gu Yusheng melihat gedung-gedung pencakar langit bergerak melewati jendela untuk waktu yang singkat. Ia tidak bisa menahan untuk tidak menatap dadanya.

Sekali, dua kali, tiga kali... sepuluh kali….

Gu Yusheng merasa terganggu. Ia mencari sekotak rokok di celananya dan mulai merokok. Ia terus melihat dada Qin Zhi'ai melalui asapnya.

Gu Yusheng mulai memindahkan bokongnya sambil memandang dadanya. Ia tetap memindahkan rokok di antara jari-jarinya juga.

Semakin ia bergerak, semakin ia merasa terganggu. Caranya melihat dada Qin Zhi'ai membuatnya merasa seperti ingin mengoyakkan gaunnya menjadi potongan-potongan.

Chapitre suivant