webnovel

Mata Indah yang Memikat Hati (10)

Éditeur: Atlas Studios

Qin Zhi'ai berjalan memasuki dapur, tetapi berhenti di ambang pintu dengan punggungnya menghadap ruang makan. Ketika ia hendak menutup pintu, ia mendengar suara yang keras di belakangnya. Meskipun ia belum memutar badannya, ia tahu itu adalah suara Gu Yusheng yang sedang meletakkan botol anggur di atas meja.Gu Yusheng pasti sedang dalam suasana hati yang buruk, karena ia membuat suara yang ribut dengan sengaja ketika ia menarik kursinya keluar.

Ketika Qin Zhi'ai membawa sepanci sup ke meja, Gu Yusheng sedang menuangkan anggur ke gelas-gelas.

Gu Yusheng bahkan tidak melihat kepada Qin Zhi'ai, seolah-olah Qin Zhi'ai tidak tampak. Hanya Lu Bancheng dan Wu Hao yang dengan hangat mengajaknya duduk dan turut makan bersama mereka.

Karena kehadiran Gu Yusheng saat itu, Qin Zhi'ai tidak bisa berbicara dengan Lu Bancheng dan Wu Hao dengan luwes seperti sebelumnya. Qin Zhi'ai mengangkat kepalanya, tersenyum pada mereka dengan lembut dan berkata, "Baiklah." Kemudian Qin Zhi'ai melihat ke bawah dan menyendokkan sup ke dalam mangkok-mangkok.

Pertama, Qin Zhi'ai menghidangkan untuk Lu Bancheng dan Wu Hao masing-masing satu mangkok sup, kemudian memberikan satu mangkuk pada Gu Yusheng.

Lu Bancheng dan Wu Hao menerima sup itu ketika Qin Zhi'ai memberikan mangkuk pada mereka, tetapi ketika ia mencoba memberikan sup itu pada Gu Yusheng, ia mengabaikan Qin Zhi'ai seolah-olah ia tak bisa melihat Qin Zhi'ai.

Qin Zhi'ai mencuri pandang pada Gu Yusheng dan melihat tatapan dingin pada matanya. Ia tahu bahwa Gu Yusheng sedang marah, maka agar tidak membuatnya semakin kesal, Qin Zhi'ai meletakkan mangkuk itu di depannya tanpa berkata apa-apa. Qin Zhi'ai segera menarik kembali tangannya dan duduk di kursi.

Mungkin ini hanyalah sebuah ilusi, atau Qin Zhi'ai memang sensitif setelah Gu Yusheng yang sering kali kehilangan kesabarannya, tetapi ia merasa bahwa Gu Yusheng bahkan menjadi lebih marah.

Untungnya, Lu Bancheng dan Wu Hao tertawa dan mengobrol tanpa tujuan di meja, dengan Gu Yusheng juga ikut mengatakan satu dua kata. Karena itu, suasananya tidak terasa aneh sama sekali, dan Qin Zhi'ai juga tidak gugup dan kaku seperti biasanya jika ia berhadapan dengan Gu Yusheng sendirian.

Pada mulanya, mereka berbicara tentang urusan lelaki, jadi Qin Zhi'ai hanya duduk di sana dan makan dengan diam, seolah-olah ia tidak berada di sana.

Di pertengahan makan siang, Wu Hao meraih masakan yang berada di depan Qin Zhi'ai, tetapi mejanya terlalu besar, maka Qin Zhi'ai dengan penuh pengertian membantu mengambilkannya untuk Wu Hao.

Melihat hal itu, Lu Bancheng juga mengangkat piringnya dan berkata padanya, "Xiaokou, tolong, aku juga mau itu."

Setelah Qin Zhi'ai menyendokkan sedikit makanan pada piring Lu Bancheng, ia melihat bahwa mangkuk supnya pun sudah kosong. Maka Qin Zhi'ai bertanya, "Apakah kau mau sup lagi?"

Lu Bancheng menyodorkan mangkoknya pada Qin Zhi'ai. Ketika Qin Zhi'ai menyendokkan sup untuk Lu Bancheng, ia juga menyendokkan semangkuk lagi untuk Wu Hao.

Qin Zhi'ai meletakkan sendoknya, dan ketika ia mengambil sumpitnya, Lu Bancheng yang baru saja menelan semulut penuh sup, tiba-tiba memuji,"Xiaokou, kau benar-benar pintar memasak. Aku ingin sering berkunjung ke sini."

Qin Zhi'ai merasa senang karena hasil masakannya dipuji oleh seseorang, maka ia mengangkat kepalanya dan tersenyum lebar pada Lu Bancheng, sambil berkata,"Baiklah, kapan saja kau mau. Beritahu aku makanan kesukaanmu sebelumnya, aku akan…"

Sebelum Qin Zhi'ai menyelesaikan kata-katanya, Gu Yusheng, yang dari tadi tidak mengatakan apa pun, tiba-tiba membanting sumpit di tangannya ke atas meja.

Chapitre suivant