webnovel

Mata Indah yang Memikat Hati (4)

Éditeur: Atlas Studios

Setelah Gu Yusheng dipukuli oleh ayahnya selama bertahun-tahun, ia perlahan mulai terbiasa dan merasa bahwa kekerasan dalam rumah tangga itu bukanlah hal yang besar.

Bahkan… Bahkan ketika ia melihat ayahnya, ia akan merasa bersalah jika ia tidak menerima pukulan.

Sejujurnya, menurut anggapan Gu Yusheng, sejak ia berusia tujuh tahun, pukulan baginya adalah satu-satunya cara ayahnya berkomunikasi dengan dia. Sedangkan tentang ibunya, satu-satunya kenangan adalah bahwa ibunya menangis setiap hari.

Sejak saat itu, sebuah keluarga yang hangat menjadi tidak seperti keluarga sama sekali.

Sejak saat itu, ia merasa bahwa keluarga tidaklah sepenting yang dikatakan orang-orang.

Sedangkan rumah, menjadi sesuatu yang tidak diperlukan baginya, karena itu hanyalah tempat di mana ia harus pulang dan tidur pada malam hari.

Orang tuanya menikahi satu sama lain untuk menggabungkan keluarga mereka, jadi mereka tidak bercerai, meskipun mereka tidak saling mencintai.

Demi kepentingan kedua keluarga yang tetap terjalin, mereka tidak bisa mengambil keputusan untuk kepentingan mereka sendiri.

Gu Yusheng berpikir jika pernikahan hanyalah sebuah kontrak seperti itu, ia lebih baik tidak menikah.

Lagipula, cinta akan berubah cepat atau lambat. Seseorang masih dapat hidup tanpa cinta, jadi mengapa harus repot mencintai hanya untuk mendapatkan akhir yang menyedihkan?

Dua tahun yang lalu, pernikahan orang tua Gu Yusheng yang tragis akhirnya berakhir.

Ayah Gu Yusheng membunuh ibunya dengan senjata api dan melakukan bunuh diri.

Gu Yusheng sedang bertugas sebagai tentara pada saat itu. Setelah menerima berita tersebut, ia bergegas kembali ke Beijing satu malam, hanya untuk melihat dua jenazah.

Sejak saat itu, ia menjadi semakin bertekad untuk tidak pernah mencintai siapa saja atau pun menikah di masa mendatang.

Karena kematian orang tuanya, ia harus melepaskan mimpi yang ia miliki sejak ia masih kecil dan kembali ke rumah untuk mengambil alih kepemimpinan Perusahaan Gu.

Gu Yusheng benar-benar merasa bahwa hidup akan menjadi lebih mudah dan menyenangkan jika ia hidup sendirian, tetapi Liang Doukou telah mengincarnya.

Satu-satunya alasan mengapa ia telah berjanji pada kakeknya bahwa ia kan mengijinkan Liang Doukou pindah ke vilanya adalah karena kakek memaksanya melakukan itu.

Tentu saja, kakeknya juga telah memaksanya untuk membuat surat nikah, tetapi ia tidak pernah ingin menikah, sehingga tidak mungkin untuk meyakinkan Gu Yusheng.

Tentu saja, Liang Doukou tidak menyerah; ia pergi ke Mansion keluarga Gu dengan sangat sering dan mengeluh kepada kakek Gu Yusheng. Kemudian kehidupan Gu Yusheng yang menyenangkan pun secara brutal diganggu oleh kakeknya setiap beberapa hari.

Tetapi pada saat itu, ia bisa mengatasinya dengan mudah.

Ketika Liang Doukou ingin tinggal di vilanya, Gu Yusheng mengizinkannya dan mencari tempat lain baginya untuk ditinggali… Ketika Liang Doukou ingin mendapatkan surat nikah, ia membelikan surat nikah palsu melalui suatu jalur… Kedamaian dan ketenangan adalah satu-satunya hal yang Gu Yusheng inginkan dalam hidupnya.

Pada hari Liang Doukou pindah ke vilanya, ia telah pergi ke Mansion keluarga Gu dan Gu Yusheng juga kebetulan berada di sana untuk beberapa alasan.

Gu Yusheng meninggalkan mansion ketika Liang Doukou masuk, jadi mereka bertemu satu sama lain di pintu.

Sejujurnya, sejak mereka bertemu satu sama lain, ia tidak pernah melihat wajah Liang Doukou dari dekat, tetapi hari itu, Gu Yusheng memandang sekilas pada :Liang Doukou ketika ia melintas.

Liang Doukou sedang memandang Gu Yusheng tepat di wajahnya dengan matanya yang indah, walaupun matanya tertutup oleh rias wajah.

Gu Yusheng berjalan keluar dari pintu setelah pandangan itu. Sebelum ia masuk ke dalam mobil, ia memandang sekali lagi ke arah ruang keluarga melalui jendela dan melihat Liang Doukou, yang masih memandangi Gu Yusheng melalui kaca yang terang.

Chapitre suivant