webnovel

Tungku Anehku

Éditeur: Atlas Studios

Setelah kelas terakhirnya selesai tanpa gangguan, Song Shuhang menyimpan buku-bukunya dan meregangkan tubuhnya.

Sekali lagi, mahasiswi bertubuh indah di sebelahnya dengan enggan pergi dan secara bersamaan, pikiran untuk menjadi kekasihnya muncul di pikirannya-setidaknya di musim panas, ia ingin menjadi kekasihnya Shuhang dan menikmati 'AC'nya.

Tatapan enggannya membuat Song Shuhang merasa merinding dan sedikit canggung.

Ketika itu, Tubo dan dua teman sekamarnya lewat.

Sial, panas sekali kulitku hampir saja terkelupas."Tubo menggunakan buku pelajaran sebagai kipas dan mengipas sementara keringatnya terus menerus mengalir dari dahinya. "Oh iya, Shuhang, kau mau ikut jalan-jalan dengan kami?"

Kalian masih sanggup untuk berjalan-jalan di cuaca sepanas ini?" Shuhang tertawa. Matahari hari ini sangat terik dan sangat tidak cocok untuk berjalan-jalan.

"Hehe, Yangde, dia sudah mengembangkan program komputer baru-baru ini, dan mendapat uang dari sana. Jadi teman satu ini sedang bersiap untuk menyewa tempat tiga kamar ia bisa memiliki kamar sendiri tanpa ada yang mengganggu. Kita hanya bersiap untuk membantu mencari tempat yang bagus. Mungkin itu bisa tempat kedua kita di masa depan- dan dengan nyaman, kita akan mendapat makan malam darinya." Tubo tertawa genit.

Shuhang mengacungkan jempolnya ke arah teman berkulit coklat dan kurus, Tubo. "Yangde, kau memang mampu, kau berdua ahli di komputer tapi kau lebih ahli daripada Tubo. Kau tahu cara mencari uang, tapi Tubo hanya tahu cara menghabiskannya!"

"…" Tubo.

Yangde tertawa setuju dan menyeringai lebar. dia sudah ahli dalam masalah komputer saat muda. Dia jarang berbicara karena kebanyakan dia menggunakan keyboard untuk berbicara daripada mulutnya.

"Bagaimanapun, aku ada urusan nanti siang, aku harus mengurusi kiriman yang tadi kuterima. Setelah kau sudah menemukan tempat yang bagus, telpon aku dan aku pasti akan ke sana!" balas Song Shuhang dengan santai-bagus sekali teman-temannya tidak ada di asrama,karena ia bisa mencoba meramu ramuan obat.

"Kau ini, tidak mau membantu tapi mau hasilnya saja!" Tubo mendongak dan mengendus dengan dingin. "Biar kuberitahu, tidak ada pintu terbuka untukmu! tapi ada jendela, dan itu untuk mengenalkan kami ke kakak perempuanmu yang cantik!"

"Pergilah." balas Song Shuhang. Tidak ada pintu terbuka untukmu, tapi ada jendela. Bayarkan aku makan malam ini!"

Song Shuhang tidak punya apa-apa, tapi, kebetulan, ia mempunyai beberapa saudara cantik. Sedangkan Bulu Lembut yang sedang ditaksir Tubo… maaf, itu bukan saudaraku.

Tubo langsung bersikap menjilat dan mengalah. "Setuju"

Bukannya kita semua tahu saudara perempuan Shuhang yang cantik? pikir Yangde dengan bingung. Mereka semua sudah pernah bertemu saudara perempuannya Shuhang yang bernama Zhao Yaya sebelumnya saat ia mengantar Shuang ke Kampus Jiangnan saat awal semester. Kecuali Tubo berniat mengejar sepupu Shuhang?

Kesulitan terlihat tinggi karena 'tendangan perusak keturunan' itu sangat kuat.

Ia mengingat waktu Zhao Yaya yang mengantar Shuhang ke sekolah dulu bertemu dengan anak berandal yang tidak mengetahui hal itu.

Setelah itu, Tubo dan Yangde telah melihat kekuatan Kakak Zhao. Kakinya yang panjang dengan santai menendang dan mengenai tepat- Kakak Zhao pasti dilatih dan tendangan itu sering dipakai. Beberapa anak berandal itu terjatuh dan mulai menjerit kesakitan. Sebagai penonton, mereka akan merasa sakit juga.

❄❄❄

Setelah makan siang, tiga temannya pergi keluar asrama, meninggalkan Song Shuhang sendirian.

"Hoo." ia menghembuskan napas panjang. Benda dingin yang tergantung di lehernya membuatnya berpikiran jernih setiap saat- ini memang awal yang bagus.

Membuka kotak kecil yang berisi bahan-bahan obat, Song Shuhang mengikuti resep Tabib dan melakukan perbandingan.

Semua kotak itu ada 4 lapis yang berbeda-beda, dengan setiap lapisan berisi sekitar 10 bahan.

"Ginseng, Goji, Batu matahari terbit (biji mutiara), akar yang wangi…" Dengan cepat, Shuhang selesai memeriksa bahan-bahan obat di depan resep yang bisa di cari di internet.

Sedangkan embun pagi daun alang-alang dan berbagai bahan di resep, seperti batang daun dewa , 9 potong bambu merah yang dibakar, dan sisanya, ia tidak bisa menemukan apapun. Walau ia menemukan, yang ada peralatan dan barang di dalam games.

Untungnya, si Bulu Lembut wanita yang penuh perhatian. Ketika ia sedang memeriksa bahan-bahan obat ini, ia tersadar bahan-bahan ini sudah diatur berdasarkan resep- dari kiri ke kanan, dan dari atas ke bawah.

Bahkan takaran bahan obat sudah diukur.

'Wanita yang perhatian dan lembut memang terbaik." Song Shuhang mehela napas santai. 'Kalau begitu, aku tidak perlu bertanya ke grup Sembilan Provinsi Nomor Satu'

Selama proses membuat 'ramuan obat', itu perlu mengikuti takaran dari resep dan memasukkan bahan-bahan obat ke dalam tungku. Jika urutannya berantakan, perbaikan akan gagal. Jika bahan-bahan yang Bulu Lembut kirim disusun dengan acak, Song Shuhang akan pusing.

[Ikuti takaran di resep, tambahkan bahan satu demi satu ke dalam kuali, godok selama 5 menit; tambahkan bahan-bahan obat, dan digodok terus sekitar 5 menit lagi. Perhatian suhu api! ulangi sampai cairan obat ini sampai menjadi kental. Setelah itu, hasilnya akan menjadi hitam, transparan, dan memancarkan bau yang kuat.] adalah kata Tabib sebelumnya.

Kalau dilihat-lihat, selama berhati-hati, siapapun akan bisa membuat ramuan obat ini?

Memang ramuan dasar ini hanya 'ramuan obat' tingkat paling rendah dan tidak bisa dibandingkan dengan ramuan obat atau ampas ramuan. Memperbaiki tidak diperlukan tenaga dalam atau api khusus,seperti api surga, api dunia dan api obat.

Orang biasa juga bisa memperbaikinya jika ia berkonsentrasi dengan baik!

Namun untuk memperbaiki dengan baik itu tidak sesederhana melakukannya.

Pengaturan panas, dan kata 'sekitar' sebelum 5 menit, berarti bukan waktu yang tepat 5 menit. Itu juga tergantung dengan pengalaman yang memperbaikinya dan kualitas bahan-bahan ramuan obat itu dipengaruhi oleh waktu yang diperlukan.

Lebih lagi, seluruh proses memerlukan 45 bahan ramuan obat, sama dengan 4-5 jam berkonsentrasi tanpa henti sedikitpun. Jika orang biasa ingin memperbaiki ramuan ini, mereka perlu banyak pengalaman dan ketekunan.

Song Shuhang membuka tutup panci dan memasukkan potongan Ginseng.

'Omong-omong, resep tidak menuliskan berapa air yang diperlukan?' Song Shuhang menggaruk kepalanya.

Kupikir itu perlu? Kalau tidak, bukan hanya Ginseng saja, tapi panci itu akan gosong?

Namun, berapa banyak air yang perlukan?

'Apa kutanya di grup?' Song Shuhang mengeluarkan ponselnya tapi setelah berpikir ia menaruh lagi.

Ini percobaan pertamanya untuk membuat ramuan obat ini dan pasti akan ada kesalahan selama proses. Itu tidak mungkin untuknya bertanya saat mencoba meramu setelah bertemu dengan masalah, bukan?

Mereka yang di grup tidak selalu online setiap saat dan ia menemukan masalah dan bertanya di grup dan kelebihan 5 menit karenanya, percobaannya akan gagal. Dengan cara ini, 32 porsi tidak akan cukup untuk mencobanya.

Maka dari itu, lebih baik gagal dulu dan mencobanya sekali, mengikuti resep Tabib. Setelah itu, ia akan mencatat masalah-masalah selama proses itu dan bertanya ke grup itu sekaligus.

'Tuang 1 sendok air dulu' ia menambahkan 1 sendok air ke dalam panci dan menyalakan kompor induksi.

Kompor induksi… tidak ada pilihan lain.

Ini karena kampus tidak menyediakan kompor gas. Untuk mencegah kebakaran, semua benda mudah terbakar dilarang dan memiliki kompor induksi cukup baik.

Lagipula, untuk memanaskan dan menggondok; seharusnya tidak ada beda antara menggunakan panas listrik dan api?

Setelah itu, ia menekan tombol untuk merebus. Kompor induksi yang disediakan asrama memiliki 'Goreng', 'Panggang', 'Rebus', dan 'Tumis', 4 fungsi ini. Ditambah lagi, apa pilihan untuk mengatur panas secara manual.

Jika 'peningkatan' benar-benar ada, lalu aku pasti orang pertama yang menggunakan kompor induksi dan panci untuk membuat ramuan obat di sepanjang sejarah. Pikir Song Shuhang sambil mengejek diri sendiri.

Chapitre suivant