webnovel

Masa Lalu

Éditeur: Atlas Studios

Cuaca semakin dingin hari demi hari, dan Roland bangun semakin lama semakin siang.

Sebagai seorang penguasa, Roland memiliki hak untuk tidur lebih larut. Terutama dengan tempat tidurnya yang besar dan tiga lapis selimut berbahan beludru, seluruh tubuhnya akan melesak masuk ke dalam balutan tempat tidur yang nyaman ketika ia berbaring. Tempat tidur ini membuatnya lebih sulit untuk bangun di pagi hari.

Setelah membasuh wajahnya, Roland melangkah masuk ke kantornya dan melihat Nightingale sudah menunggu di sana untuk waktu yang lama.

"Nah, ini sarapanmu. Aku sudah makan setengahnya ketika masih panas, tapi sekarang makanannya sudah dingin," katanya, dengan mulut penuh makanan. Nightingale menganggukkan kepalanya ke arah sepotong roti yang tersisa di atas meja, seolah-olah ia adalah Sang Penguasa.

"Apakah tidak ada yang pernah mengajarimu untuk bersikap sopan di hadapan seorang Pangeran?" tanya Roland, sambil mendorong piring itu dan duduk di mejanya. "Aku ingat kamu sangat sopan pada waktu kita bertemu pertama kali."

Roland menghela nafas dalam hati. Ia tidak menyadari bahwa Nightingale dan dirinya sudah berteman, dan wanita ini akan selalu menemani Anna atau dirinya. Nightingale selalu menyembunyikan diri pada awalnya, tapi sekarang selama tidak ada orang yang masuk ke ruangan itu, ia akan berjalan-jalan di kantor Roland dan bahkan tidak mengenakan kerudungnya.

"Seperti ini?" Nightingale melompat dari meja dan membungkuk dengan gaya dan etiket seorang bangsawan yang elegan. "Anda bangun semakin siang belakangan ini. Karena sarapanmu tidak dimakan, aku ingin membantu Anda dengan menolong diriku sendiri dengan makanan itu, Yang Mulia." Nightingale berjalan menuju Roland dan berkata, "Anda tidak peduli, kan? Aku bisa melihat bahwa Anda tidak menyukai tata krama yang membosankan."

"Apakah wanita ini memiliki mata ketiga?" Roland bertanya diam-diam. "Nightingale bahkan bisa mengetahui ini."

Roland menghela nafas. "Sesukamu sajalah, tapi kamu sebaiknya menghabiskan sarapannya jika kamu berbuat seperti ini lagi nanti. Aku akan memesan porsi yang lainnya jika aku ingin memakannya."

"Baik, Yang Mulia!" Nightingale tersenyum dan mengambil piring itu, dan dengan cepat menghabiskannya.

Roland mengeluarkan sebuah gulungan kertas kosong. Roland hendak menyelesaikan gambar desain, yang belum diselesaikan dari kemarin.

Jika Roland ingin mempertahankan Kota Perbatasan, ia seharusnya tidak mengejar kemenangan dengan sejumlah kerugian yang hampir sama dalam pertempuran pertama di musim dingin. Karena pasukan yang tidak kompeten ini belum berpengalaman dalam berperang, Roland takut akan ada kerugian besar, prajuritnya yang hanya dilatih dalam waktu yang singkat, tidak akan memiliki keberanian untuk menjaga tembok kota.

Roland membutuhkan senjata-senjata dari dunia ini yang memiliki keunggulan yang mutlak dalam menghadapi binatang iblis.

Sudah jelas Roland membutuhkan sebuah senjata api.

Di zaman ini, hampir semua keadaan memerlukan senjata api. Para ahli kimia sering menghasilkan sesuatu yang mereka sebut bubuk salju untuk acara-acara perayaan di istana. Pada dasarnya bubuk salju itu merupakan bubuk mesiu tetapi dengan formula yang salah dan bubuk itu bisa terbakar perlahan. Ketika dimasukkan ke dalam sebuah tabung yang terbuat dari tembaga, bubuk itu hanya menghasilkan suara yang kecil.

Sekitar satu abad kemudian, model tiruan senjata api, yang dinamakan Pistol tangan, akan muncul. Pistol tangan itu memiliki cara kerja yang rumit, yang bergantung pada kerja sama dua orang yang memasukkan peluru dan menembakkannya. Biasanya, pistol itu hanya bisa digunakan sebagai senjata sekali tembak. Sedangkan daya kecepatan dan kekuatannya, tidak sebanding dengan kecepatan seorang pemanah yang terlatih.

Tentunya Roland tidak tertarik untuk mengulang sejarah. Lebih baik memanfaatkan kekuatan penyihir dan membuat senjata api yang lebih praktis, sama halnya seperti Roland menciptakan mesin uap.

"Aku melihat ada barang pesanan di atas meja sebelum Anda datang," Nightingale menelan potongan roti yang terakhir dan bertanya dengan santai, "Apa yang akan Anda lakukan dengan es sebanyak itu? Sekarang sedang musim dingin, dan jika Anda ingin minum bir dingin , mengapa tidak letakkan saja di luar semalaman?"

Para bangsawan suka menggunakan es selama musim panas, yaitu es yang terbuat dari kalium nitrat. Mereka bisa mendinginkan susu, anggur atau jus untuk memperoleh kenikmatan. Berkat berkah di musim dingin, harga beli saat ini untuk kalium nitrat itu sangat rendah.

"Untuk membuat keju es, suhunya belum cukup rendah. Tidak akan bereaksi dengan baik tanpa adanya pembekuan," jawab Roland.

Meskipun wanita yang ada di hadapannya bukanlah musuh, namun Roland tidak mengenal Nightingale sebaik Roland mengenal Anna. Tidak seperti mesin uap, tidak banyak hambatan teknis dalam pembuatan senjata api. Setelah senjata api itu menjadi populer, hal itu jelas tidak akan menguntungkan untuk proyek bercocok tanamnya. Sampai Roland mengenal lebih banyak lagi tentang wanita ini, lebih baik ia menyimpan beberapa hal darinya. Memikirkan hal itu, Roland dengan ragu bertanya, "Apakah Asosiasi Persatuan Penyihir membantu melatih para pembunuh selain mencari Gunung Suci?"

"Tidak, mereka hanya sekelompok orang miskin yang datang bersama untuk mencari ketenangan sejati," Nightingale mengibaskan tangan dan berkata, "dan aku bergabung dengan Asosiasi Persatuan Penyihir baru dua tahun yang lalu."

"Dengan kata lain, kamu bekerja untuk orang lain?" Nightingale tidak mungkin mendapatkan keahlian melempar belati yang sempurna tanpa bimbingan dari seseorang atau latihan keras bertahun-tahun. Roland sangat yakin tentang hal itu. "Selain aku, adakah orang lain yang mau menerima seorang penyihir?"

"Menerima?" Nightingale tampak aneh. "Bagaimana mungkin. Jika pria itu tahu bahwa aku akan menjadi penyihir, ia bahkan tidak akan membiarkanku masuk ke rumahnya. Sedangkan nantinya, jika aku tidak bisa membuktikan bahwa diriku berguna untuknya, aku bisa dibunuh diam-diam."

"Oh? Bisakah kamu menceritakan hal itu?"

Nightingale menggelengkan kepalanya dengan senyuman, yang mengandung suasana hati yang tanpa ekspresi kali ini. "Yang Mulia, aku akan memberi tahu Anda ketika waktunya tiba. Aku tahu apa yang Anda khawatirkan. Tolong percayalah bahwa aku telah terbebas selama lima tahun terakhir ini, dan tidak lagi bekerja untuk orang lain."

Negosiasinya gagal, sepertinya Roland tidak cukup mempesona bagi Nightingale… Namun, jawaban Nightingale secara tidak langsung mengkonfirmasi pemikiran Roland. Setidaknya lima tahun yang lalu, Nightingale diam-diam telah melakukan sesuatu untuk seseorang. Untungnya, orang itu hanya kebetulan menggunakan Nightingale, daripada merekrut sekelompok penyihir seperti yang Roland inginkan.

Roland tidak bertanya lebih banyak. Ia menundukkan kepalanya dan kembali melanjutkan gambarnya.

Yang mengejutkan Roland, Nightingale, yang selalu suka berada di dekat Roland, menjadi diam, hanya meninggalkan suara api perapian yang terbakar di dalam ruangan. Ketika Roland mengangkat kepalanya untuk meregangkan lehernya yang kaku dan mati rasa, Nightingale telah meninggalkan kantornya.

"Nightingale tidak mengucapkan selamat tinggal," gumam Roland, melipat gulungan kertas gambar dan memasukkannya ke dalam saku ke bagian dalam pakaiannya.

Roland bekerja selama beberapa hari. Ia menyelesaikan semua pekerjaan, termasuk gambar-gambar, dan desain senjata, juga membuat salinannya.

Roland berencana membuat senjata api jadi terkenal, yang telah teruji dari waktu ke waktu dan mirip dengan pistol tangan secara teknis, dengan bubuk mesiu dimasukkan ke belakang, dan peluru utama dimasukkan ke depan. Kecepatannya hampir tiga tembakan per menit. Jadi akan lebih dari cukup digunakan untuk mengatasi binatang iblis yang bodoh itu.

Kebanyakan hewan tidak bisa memanjat tembok, jadi jarak tembak kurang lebih sama dengan jarak dari puncak tembok kota ke tanah, sekitar empat meter. Dalam jarak ini, sulit bagi sasaran untuk meleset dan kecepatan peluru hampir tidak berkurang. Selama binatang iblis itu tidak berevolusi dengan kulit yang lebih keras seperti baja, pada dasarnya mereka bisa terbunuh dalam satu kali tembakan.

Kerugian dari senjata api ini adalah waktu produksinya yang lama. Mula-mula, seperti pistol tangan, harus dipukul berulang kali dengan palu oleh si pengrajin. Dari laras ke pelatuk, butuh waktu sekitar tiga bulan untuk membuat keseluruhan senjata. Di antara semua bagian, laras adalah bagian yang paling memakan waktu. Pengrajin harus memukul lembaran besi menjadi bentuk yang tipis dan berbentuk silinder, merekatkannya dengan serbuk besi, dan kemudian mengukir alur. Meskipun tidak diperlukan perkakas khusus, pengrajin harus terampil untuk membuat laras yang berkualitas.

Inilah sebabnya Roland telah memproduksi mesin uap terlebih dahulu.

Dengan mesin uap yang sudah tersedia, Roland bisa langsung mengebor satu laras ke batang besi padat dengan penggerek baja. Jadi, kecepatan produksi akan sangat meningkat, tanpa bergantung pada si pengrajin. Satu-satunya hal yang Roland butuhkan adalah meja agar ia bisa memperbaiki batang besi.

Chapitre suivant