webnovel

When The Party's Over.

WSA Indonesia Kanneth dan Irina adalah pasangan muda yang menikah secara diam-diam karena tidak mendapat restu, memaksa keinginan mereka mengatas namakan cinta. Namun bagaimana jadinya, jika ada orang ketiga yang akhirnya mengguncang rumah tangga mereka yang baru seumur jagung. Apalagi saat semua perkara itu semakin panas, Olivia, sahabat dekat Kanneth mengandung anaknya. Sedangkan Irina, harus mendapati dirinya mengidap depresi dan aneroksia karena rasa sedih mendalam juga ketakutan akan perubahan tubuh yang dapat dikomentari banyak orang jika dia tak pantas berada di sisi Kanneth sebagai perempuan biasa. Tentu setelah banyak penderitaan itu, Irina tak akan membiarkan Olivia hidup dengan tenang di sisi suaminya. Bahkan Kanneth, Irina tak akan membuat menyenangkan hidupnya selama bersamanya. _____________________ "Kamu tau, sedari awal hubungan ini aku sudah belajar untuk kehilangan kamu meski gak mampu." Setelah sekian lama terdiam, Irina berhasil bicara pada suaminya yang berselingkuh dengan perempuan yang dia bilang hanya sekedar 'sahabat'. "Irina, Olivia hanya teman aku..." Aku menyela cepat."Itu yang kamu anggap teman, dia hamil anak kamu!!" "Tapi kamu tau, aku mencintai kamu, bukan dia!" "Dan kamu sudah mengingkari janji kamu untuk mencintai aku seorang!!" Kanneth terdiam, dia sudah pasti tak dapat membalas ucapan Irina yang membeberkan fakta. "Jika aku jabarkan semua kebohongan kamu yang aku ketahui, sudah tak terhitung sakitnya aku karena berjuang untuk kamu!! Salahku gak menuntut banyak agar kamu memikirkan tentang aku lebih banyak!" Irina menarik napas sesak saat sadar air mata mengaliri kedua pipinya. "Dan semua orang menjatuhkan aku, menilai diriku hanya dari pakaian yang aku gunakan. Mengasumsikan kita berdua tidak cocok memiliki hubungan ini, jadi... tolong lepaskan aku dari penderitaan ini Kanneth."

Alexa00_ · Ciudad
Sin suficientes valoraciones
10 Chs

Memberikan apa yang kamu inginkan.

18+

'Aku melakukan apapun untukmu, selama kau menginginkan aku. Betapa bodohnya aku, hanya karena tak ingin kehilangan semua kenangan yang kita miliki.'

Bulan dengan malu-malu bersembunyi di balik awan hitam, suara rintikan hujan mulai terdengar samar-samar. Tetapi keduanya tak terganggu dengan hal itu, mereka hanya memikirkan satu sama lain untuk mendapatkan kebutuhannya.

Selimut yang menutupi tubuh keduanya mulai berkeringat, kedua tubuh saling terikat dan Kanneth menunduk untuk melihat raut memerah dari istrinya. Irina cantik, dia selalu cantik dan menggemaskan dimatanya. Perempuan yang selalu membuat dia merasa tenang dan bahagia, tanpa Irina hidupnya seperti terkekang.

Bertemu Irina adalah sebuah keberuntungan yang sangat dia syukuri selama hidupnya, tak ada seorang pun yang dapat menggantikan sosok Irina di hatinya. Kanneth sudah menyalahgunakan egonya untuk memiliki Irina, apalagi saat tau jika Marcus menyukainya. Nekad mendatangi rumah Irina saat itu untuk melamarnya di depan ibunya yang tengah kesulitan dalam hal ekonomi, membawa seseorang yang mengaku sebagai orang tuanya ke hadapan ibu Irina.

Demi mendapatkan restu, tetapi Irina tau kalau itu bukan orang tuanya. Tentu Irina yang paling tau bagaimana orangtua kandungnya, namun perempuan itu tetap menerimanya sampai saat ini.

Dia hanya ketakutan saat itu ketika mengetahui Marcus mencoba mengambil perhatian Irina, dia tak mau seseorang yang hanya menjadikan dia sebagai poros kehidupannya diambil. Setelah hidupnya disetir oleh sang ibu dan di abaikan oleh ayah kandungnya sendiri, dibandingkan dengan kakak tirinya yang bisa hidup bebas memilih apa yang dia inginkan dan pantas untuknya.

Tubuh keduanya terasa panas, napas keduanya memburu dan mereka berciuman dengan suara decap yang nyaring. Kamar itu mulai terasa panas, hawa dari dua tubuh yang tengah memadu kasih itu mulai terasa.

"Ken..." Suara merdu itu terdengar indah di telinganya.

Kanneth berhenti bergerak dengan nafas memburu, kemudian mendekat untuk meraup bibir Irina yang merah terbuka. Di atas ranjang lebar itu, keduanya memeluk dengan erat.

"Yah... aku disini.. aku disini..." Ujar Kanneth kembali bergerak sambil melihat bagaimana tubuh Irina merespon dengan baik.

"Ah..." Irina memeluk leher Kanneth saat melihat pria itu terus menatapnya.

Tanpa sadar air mata menitik dari kedua irisnya, entah kenapa. Malam ini dia merasa melankolis sekali, padahal suasananya tak pantas untuk dibilang melankolis kala Kanneth memeluknya lebih erat dan tubuhnya semakin dalam bersamanya. Bibirnya terus mendesah, dan dia memeluk erat hangat tubuh Kanneth saat ini.

Menyebut namanya, alunan suara Kanneth selalu terdengar indah.

"I love you, as always babe..." Bisiknya di tengah-tengah akhir sesi bercinta mereka.

Saat dia bangkit, kekosongan itu mulai terasa. Irina menoleh kearah suaminya yang memejamkan mata, dia mulai mengantuk dan Irina mendekatkan tubuhnya ke arah Kanneth.

"Kamu udah ngantuk?"

"Em..." Gumaman itu menjawab pertanyaannya.

Namun ternyata setelah beberapa menit, akhirnya Kanneth membuka matanya kembali dan menatap Irina yang tengah mengusap kedua matanya.

"Kamu menangis lagi, ada apa?" Kanneth akhirnya bertanya sambil bangun dan menarik Irina lebih dekat ke arahnya.

Irina balas memeluk suaminya, rasanya menyedihkan karena hanya saat mereka bercinta Irina merasa memiliki suaminya seutuhnya. Jika mengingat hari sebelumnya, Kanneth tak pulang ke apartemen dan tengah singgah di hotel bersama Olivia. Ingin bertanya tentang hal itu, benar atau tidaknya pun tak mampu, dan hanya terus menyimpan hal ini di dalam hatinya.

Dan saat pertanyaan Kanneth didengar olehnya, Irina semakin terisak. Dia tak baik-baik saja, dan Kanneth paham untuk tak bertanya lagi selain memeluk tubuh kecilnya. Langit tengah mendung, menangis bersama Irina dan Kanneth merasa jika ada sesuatu yang tak nyaman di sudut hatinya ketika tiba-tiba saja mengingat dia berselingkuh dengan Olivia.

Suara hujan dan dingin malam ini menemani keduanya dalam pikiran dan perasaan mereka masing-masing, Kanneth menunduk untuk mencium kening istrinya dan berucap.

"Tidurlah, aku akan tetap disini..."