webnovel

Kok Satu Kamar?

"Jadi kita harus satu kamar selama orang tua kamu ada di Indonesia?" tanya Karel yang diangguki oleh Milea.

"Hm sepertinya begitu, memang tujuanku dari awal aku ngajakin kamu kerja sama untuk jadi suami pura-puraku, supaya mereka percaya kalau aku beneran udah menikah. Tidak mungkin kan kalau nanti mereka tinggal di sini, terus melihat kita beda kamar? Pasti mereka akan menaruh curiga, sebisa mungkin kita harus bisa membuat mereka benar-benar mempercayai akting kita. Aku tidak mau kalau sampai diseret pulang ke Korea, kalau sampai ketahuan aku berbohong," jelas Milea.

"Lah terus nanti kita satu kamar ngapain? Maksudnya di kamar kamu kan cuma ada satu kasur, terus aku nanti di mana?" tanya Karel.

"Iya nanti begitu sudah ada di dalam kamar, kita tidak perlu tidur satu ranjang, kamu bisa tidur di kasur bawah aku punya kasur cadangan, oh atau enggak kamu bisa tidur di sofa aja. Kan sofa yang ada di kamarku panjang banget tuh, nah dia muat untuk satu orang tidur di sana jadi tidak masalah," ujar Milea membuat Karel mengangguk paham.

"Terus sekarang apa yang harus kita lakukan?" tanya Karel.

"Yang harus kita lakukan sekarang adalah memindahkan barang-barang yang ada di dalam kamar kamu ke dalam kamarku, tapi jangan dipindahkan semuanya sebagian besar saja yang penting-penting yang sering kamu gunakan setiap harinya," suruh Milea.

"Ya udah kalau gitu aku kemasin barang-barang aku dulu," ujar Karel kemudian berjalan menuju kamarnya dan hendak mengemasi barang-barangnya sesuai dengan perintah dari si pemilik rumah.

"Aku tidak yakin kalau selama kalian nanti satu kamar, tidak terjadi sesuatu apapun diantara kalian," celetuk Yasmine yang sedari tadi ikut menjadi pendengar antara dua insan yang sedang melakukan aktingnya.

"Maksudnya, bagaimana?" bingung Milea.

"Berdasarkan pengalaman yang aku pelajari selama ini, tidak ada dua insan yang berbeda jenis kelamin tinggal dalam satu atap apalagi satu kamar, tapi mereka tidak melakukan apapun dan itu sangat mustahil sekali," ujar Yasmine membuat Milea memutar bola matanya dengan malas.

"Jadi maksudnya aku bakalan ngelakuin sesuatu dengannya, begitu?" tanya Milea.

"Bisa jadi seperti itu, kita tidak akan pernah tahu setan apa yang akan merasuki kalian berdua saat nanti berada di dalam satu kamar." Entah kenapa Yasmine seperti yakin sekali, kalau cepat atau lambat mereka pasti akan melakukan sesuatu hal yang tidak pernah mereka pikirkan sebelumnya.

"Huh sudah pernah aku bilang bahwa dia bukanlah tipeku, aku tidak suka dengan brondong. Walaupun dia itu ganteng, tapi aku sungguh tidak selera sama cowok yang usianya lebih muda dari aku," elak Milea membuat Yasmine terkekeh.

"Kamu masih ingat kan dengan taruhan kita sebelumnya? Kalau kamu sampai jatuh cinta dengan Karel, kamu harus mentraktir aku di restoran yang paling mewah. Feelingku selama ini tidak pernah meleset apalagi soal masalah percintaan, walaupun saat ini aku tidak punya pacar tapi aku sudah sangat berpengalaman dibandingkan kamu," ujar Yasmine dengan kepercayaan dirinya.

"Hilih bicit, punya pacar dulu sana baru bisa dibilang kamu ahlinya," cibir Yasmine.

"Aku tuh lagi males banget kenal sama cowok yang cuma kebanyakan toxic doang, makanya sampai sekarang aku memilih untuk menikmati hari-hariku sebagai seorang single high quality. Aku lagi enggak pengen cemburu menjalin hubungan dengan pria, karena cowok-cowok zaman sekarang itu kebanyakan cuma numpang hidup doang sama ceweknya. Aku kalau enggak mau kalau sampai nanti dapat cowok yang kayak gitu," ujar Yasmine membuat Milea memutar bola matanya dengan malas.

"Heleh alasan aja, ayo kita bantuin Karel buat beberes barang-barangnya takutnya nanti orang tuaku keburu sampai di Indonesia," ajak Milea sembarang menarik tangan sahabatnya.

Ddrrtt drtt drttt!!

"Papa"

Is calling...

"Halo?"

"Halo, Milea? Kamu lagi ada di mana sekarang? Apa kamu sudah dalam perjalanan menuju ke bandara?"

"Emm belum pa, aku masih di rumah. Papa dan nama sudah sampai di bandara?"

"Iya ini sudah sampai, kamu buruan datang ke sini."

"Yasudah begini saja, kalian tunggu di restoran di dekat bandara saja nanti aku ke sana, pasti kalian lapar setelah perjalanan jauh."

"Baiklah kalau begitu, kamu jangan lama-lama dan jangan lupa juga ajak suami kamu juga untuk menjemput kami."

"Iya, Pa. Kalau begitu aku siap-siap dulu."

Milea bergegas menaiki tangga menuju kamar pribadinya, untuk membersihkan badannya terlebih dahulu sebelum bersiap-siap berangkat ke bandara. Sedangkan Yasmine yang membantu Karel untuk mengemasi barang-barangnya.

"Aku boleh nanya enggak sama kamu?" celetuk Yasmine membuat Karel yang sedang memasukkan pakaiannya ke dalam tas seketika mendongakkan kepalanya.

"Mau nanya apa?" ucap Karel.

"Mulai hari ini kamu kan bakalan tidur satu kamar dengan Milea, ya maksudku apa yang kamu rasakan saat ini? Ada rasa senang kah? Atau deg-degan? Atau apa gitu? Apalagi sebentar lagi kamu juga akan ketemu dengan orang tuanya Milea dan itu berarti, kamu harus bisa bersikap normal dan memperlihatkan bahwa kamu benar-benar suaminya milea bukan cuma pura-pura. Apa kamu sudah siap? Secara yang perlu kamu tahu adalah orang tuanya Milea itu bukan orang yang sembarangan, kamu ketahuan melakukan kesalahan fatal bisa-bisa nyawa kamu yang menjadi taruhannya." Yasmine tidak bermaksud untuk menakut-nakuti, hanya saja sejauh yang ia tahu bahwa orang tuanya Milea sangat tegas dan galak, terutama papanya Milea.

"Aku tidak tahu siap atau nggaknya, tapi ya mau bagaimana lagi aku kan sudah terikat kontrak sama dia, aku juga sudah tanda tangan daripada masa depanku yang terancam karena harus mendekam di penjara, lebih baik aku menuruti kemauan dari sahabat kamu itu," ujar Karel membuat Yasmine mengangguk paham.

"Apa pacar kamu tidak marah kalau kamu tidur satu atap dengan perempuan lain?" tanya Yasmine.

"Hm? Pacar aku, siapa? Aku tidak punya pacar," jawab Karel.

"Wah ternyata kalian memang ditakdirkan untuk bersama," ujar Yasmine membuat Karel mengerutkan keningnya.

"Kenapa, begitu?" heran Karel.

"Ya karena Milea juga sama tidak punya pacar, jadi tidak ada salahnya kalau kalian hidup bersama dalam satu atap," ujar Yasmine.

Lagi asik-asiknya ngobrol tiba-tiba Yasmine mendapatkan pesan dari salah satu partner kerjanya, yang mengharuskannya untuk pergi dari rumah sahabatnya secepatnya karena harus bertemu dengan pada kerjanya tersebut.

"Nanti kasih tahu sama Milea, kalau aku balik duluan karena udah urusan pekerjaan. Jangan lupa nanti kamu temanin Milea ke bandara untuk menjemput orang tuanya," pamit Yasmine sembari melambaikan tangannya.

"Huh, kenapa dia bisa berpikiran sejauh itu kalau aku cocok dengan, Milea? Buat ngobrol aja sama dia aku udah ngerasa insecure," gumam Karel.