Seminggu.
Aku sudah memberi waktu Lana untuk 'lari' selama seminggu. Hanya Nick yang menyadari ada sesuatu yang salah denganku saat aku kembali dari San Fransisco lebih cepat dari biasanya. Aku harus menghargai usahanya untuk tidak bertanya dan mencampuri urusanku.
Tapi... usahanya hanya bertahan selama tiga hari.
Nick... bisa menjadi lebih menyebalkan dari biasanya saat Ia penasaran. Aku tidak tahu bagaimana Ella bisa bertahan dengan mahkluk seperti Nick. Jika orang normal lain sedang penasaran, biasanya mereka akan bertanya langsung padamu.
Tapi Nick bukan orang yang bisa dimasukkan ke dalam kategori normal.
Mungkin awalnya Ia terlihat tidak peduli, lalu lama-lama Ia mulai menganggumu dengan pandangan bertanyanya, lalu pandangan bertanyanya berubah menjadi pandangan menganalisa, lalu berubah lagi menjadi pandangan curiga. Nick tidak akan bertanya sebelum Ia membuatmu gila dengan pandangannya.
Sebenarnya hidup kami akan lebih mudah jika Ia bertanya langsung padaku.
Jadi setelah melewati tiga hari di bawah tatapan menganalisanya yang menyebalkan, aku memberitahunya tentang Lana. Dan Ia tidak terlihat terkejut saat mengetahuinya.
"Lalu apa yang akan kau lakukan?" tanyanya dengan tenang seakan-akan Ia tidak melihat kantong mataku yang menghitam. Kami berada di kantor Nick setelah meeting terakhir dengan klien, dan hari itu adalah hari terakhir Nick bekerja sebelum mengambil cuti. Ella sedang memasuki minggu terakhirnya sebelum Ia melahirkan dan Nick ingin bersiap di sebelahnya dua puluh empat jam penuh.
"Tentu saja aku akan menemukannya." balasku pendek.
"Aku tahu. Maksudku apa yang akan kau lakukan pada Miss Morrel saat kau menemukannya? Aku tahu Ia memiliki penyakit yang sepertinya... cukup parah."
"Kau juga tahu?"
"Aku dan Eleanor sudah mengetahuinya, Greg, tapi kami berpikir kau akan..." Nick tidak melanjutkan kalimatnya.
"Tentu saja aku akan mengubah Lana..." jawabku sambil menggertakkan gigiku, "Setelah aku menemukannya."
Nick terdiam memandangku sejenak. "Kurasa Miss Morrel memiliki alasannya sendiri saat lari darimu. Mungkin Ia tidak ingin kau mengubahnya."
"Jika Ella yang berada di posisi Lana sekarang, apa kau akan membiarkannya juga, Nick?" tanyaku sebelum membalas tatapannya. Dari ekspresi di wajah Nick aku sudah tahu jawabannya, Ia berdiri dari kursinya lalu menepuk punggungku, "Jika kau membutuhkan bantuanku, katakan saja."
Aku tersenyum kecil mendengar tawaran kakakku, "Kecuali Ella?"
Ia mengangguk dengan wajah serius, "Kecuali Eleanor." Nick berjalan lagi menuju jendela besar yang menjadi background kantornya, "Aku tidak ingin Ia stress, Greg."
"Apa Ella tidak pernah membahas Lana akhir-akhir ini?"
"Kudengar Miss Morrel hanya mengatakan Ia sedang berlibur ke Yunani. Bagaimana dengan ayahnya? Kau sudah bertanya padanya?"
Aku mengangguk kecil, "Lana tidak dekat dengan ayahnya, Ia bahkan tidak tahu dimana putrinya saat ini. Tidak ada teman kantornya yang mengetahui juga setelah Lana mengundurkan diri dua minggu yang lalu."
"Jadi Miss Morrel menghilang ditelan bumi begitu saja?" Nick kembali duduk di balik mejanya, sebuah senyuman samar menghiasi wajahnya.
"Apa?" tanyaku dengan tidak sabar. Sepertinya Nick mengetahui sesuatu.
"Tidak ada apa-apa... Kau pemburu yang cukup baik, Greg... Aku hanya terkejut kau belum menemukannya."
Kutarik kedua sudut mulutku kebawah dengan kesal. "Kau memiliki petunjuk, kan."
Nick mengangguk kecil, senyuman menyebalkannya masih menempel di wajahnya. "Menghilang secepat itu tanpa jejak pasti membutuhkan bantuan seseorang."
"Dan?"
"Miss Morrel memiliki keluarga yang mungkin membantunya. Kebetulan aku pernah bertemu sepupu jauhnya... Walaupun mereka tidak memiliki hubungan darah langsung tapi Ia adalah sepupu satu-satunya."
"Siapa? Apa aku mengenalnya juga?"
Nick terdiam sejenak. "Luke Lancaster, Ia bekerja di Crossfire."
"Perusahaan sistem keamanan yang baru terkenal itu?" tanyaku kembali.
"Yeah, perusahaan itu milik Mr. Orwell. Kita pernah bertemu dengannya beberapa kali."
Aku tersenyum berterimakasih pada Nick sebelum berdiri dari sofa kantornya. "Kalau begitu aku hanya perlu menemui Lancaster." Balasku dengan suara rendah.
Nick menggelengkan kepalanya, "Lancaster adalah sepupu Miss Morrel, Greg. Ia tidak akan memeberitahumu jika tahu kau lah alasan Miss Morrel pergi."
Untuk pertama kalinya dalam tiga hari terakhir ini kurasakan kedua sudut bibirku membentuk senyuman.
"Aku tidak peduli." Gumamku sambil membalikkan badanku dan berjalan keluar dari ruangannya.
"Tapi sebelum kau menemuinya, Greg, kau harus tahu satu hal..."
Kuhentikan langkahku lalu menoleh ke arahnya lagi.
Ekspresi di wajah Nick membuatku merasa apa yang akan dikatakannya tidak akan menyenangkan untukku. "Lancaster dilindungi oleh Alice."
***
Aku pernah memburu Alice hampir seratus tahun yang lalu. Dan saat itu adalah momen terdekatku dengan kematian. Tidak seperti manusia, Volder adalah mahkluk abadi. Tapi abadi bukan berarti mustahil untuk mati. Jika mau membandingakannya dengan Valkyrie, ras kami justru lebih mungkin mati dibanding ras mereka. Aku tidak tahu bagaimana Luke Lancaster bisa mendapat perlindungan Alice. Tentu saja hal itu tidak akan menghentikanku jika Lancaster tahu dimana Lana berada.
Apartemen Lancaster rupanya mempunyai sistem keamanan tersendiri yang lumayan canggih, bahkan Ia memiliki lift pribadi. Kurasa hanya orang tertentu yang memiliki akses selain Lancaster sendiri. Bagaimana aku bisa masuk ke apartemennya? Ah, setiap gedung bertingkat biasanya selalu memiliki tangga darurat. Cukup sulit untuk mengetahui dimana tangga darurat yang terhubung dengan apartemen milik Lancaster, tapi setelah bertanya pada orang yang tepat hal itu bukan masalah lagi.
Aku tidak memiliki waktu untuk memeriksa siapa Luke Lancaster sebelum datang ke apartemennya, yang kutahu dari Nick hanyalah kami bertiga pernah bertemu satu kali saat menangani kasus yang menyeretnya juga beberapa tahun lalu. Perusahaan yang dipimpinnya menyediakan jasa sistem keamanan untuk melindungi informasi penting yang digunakan oleh perusahaan dan bank-bank besar di seluruh dunia.
Jam digital di ruang tamunya berkedip menunjukkan pukul 6 sore, aku sudah menunggu selama lebih dari tiga puluh menit dan kurasakan kesabaranku sudah mulai habis.
Setelah berpikir sesaat aku beranjak dari sofa di ruang tengah apartemennya, bermaksud untuk mencari informasi dari apartemennya. Jika Alice tertarik pada pria seperti Lancaster berarti Ia bukan pria biasa. Hal yang paling aneh bagiku adalah bagaimana Lancaster, yang hanya manusia biasa, bisa membuat Alice menjadi pelindungnya.
Sebelum aku sempat menuju ruangan yang kurasa adalah kamar Lancaster, suara lift yang bergerak mendekat terdengar. Akhirnya. Kuhentikan langkahku bersamaan saat pintu di seberangku terbuka. Luke Lancaster memandangku dengan pandangan bosan. Diluar dugaanku Lancaster tidak terkejut saat melihatku. Ia hanya memandangku sekilas lalu melanjutkan langkahnya ke arah dapurnya.
"Siapa yang mengirimmu? Ah-ah, biar kutebak... Humbert Bale?" suaranya yang terdengar santai entah mengapa membuatku merasa marah. Kukepalkan kedua tanganku lalu mengikutinya masuk ke dapurnya. Dominasi warna hitam, abu-abu, dan putih yang minimalis sepertinya menjadi warna utama di apartemen milik Lancaster.
"Bukan. Aku tidak mengenalnya." Balasku sambil memandangnya punggungnya yang membelakangiku. Ia sedang membuka kulkasnya yang terlihat kosong, lalu mengeluarkan sebotol air mineral.
Lancaster kembali memandangku sambil meneguk airnya, kedua mata hijaunya mengamatiku dengan tidak tertarik. "Cukup basa-basinya. Siapa kau? Bagaimana kau bisa masuk ke apartemenku?" tanyanya dengan nada arogan. Aku yakin kedua mataku saat ini pasti sudah menjadi lebih gelap dari beberapa saat yang lalu.
"Dimana Lana?" tanyaku perlahan.
Lancaster mengedipkan kedua matanya sekali seakan-akan pertanyaanku membuatnya terkejut. Lalu ekspresi di wajahnya berubah menjadi lebih serius, Ia menelengkan kepalanya sedikit sebelum tersenyum tipis. "Pantas saja aku merasa pernah melihatmu... Kau salah satu dari Shaw bersaudara. Nicholas dan Gregory?"
Kugertakan gigiku lalu membalas senyumannya dengan senyuman dingin. "Dimana Lana?" Kurasakan kedua taringku mulai memanjang di dalam mulutku.
"Sebelum aku mempertimbangkan pertanyaanmu, aku harus tau apa hubunganmu dengan Lana." Lancaster meletakkan botol air mineralnya di atas meja granit di depannya lalu menambahkan, "Aku tahu siapa kau sebenarnya, jenismu. Jadi kau tidak perlu bersikap sopan padaku, Shaw."
Mungkin Ia melihat perubahan kedua mataku, tapi aku tidak peduli bagaimana Ia tahu tentang Volder. Tujuanku bukan itu. "Bagus. Karena aku tidak akan berpura-pura bersikap seperti manusia lagi jika kau tidak memberitahuku, Lancaster."
"Whoa... kau mengancamku?" balasnya sebelum meneguk botol air mineralnya lagi. Ada sesuatu yang salah dengan pria ini. Ia tidak terlihat terganggu saat melihatku berada di apartemennya, seakan-akan Ia sudah terbiasa melihat orang asing membobol apartemennya setiap hari.
"Dimana. Lana." ulangku untuk yang ketiga kalinya, pandangan Lancaster tertuju pada kedua taringku terlihat jelas saat aku menyeringai membuka mulutku.
"Aku tidak bisa memberitahumu dimana Lana walaupun aku menginginkannya sekalipun." Lancaster terdiam sejenak, "Lana memberiku instruksi khusus, Ia memintaku untuk tidak memberitahumu, dan aku ingin menghormati permintaannya."
"Apa Ia memberitahumu alasannya?"
Lancaster mengangkat bahunya, "Mungkin Ia tidak menyukaimu? Hey, Shaw, aku tidak bermaksud sok tahu tapi saat wanita mengatakan 'tidak' itu artinya mereka memang tidak menyukai���"
Sebelum Ia menyelesaikan kalimatnya tangan kananku mendorong lehernya hingga punggungnya menabrak kulkas di belakangnya. Hanya dengan sedikit tenaga ekstra aku bisa mematahkan lehernya dengan mudah. "Hati-hati dengan ucapanmu." bisikku dengan suara yang tenang, walaupun sebenarnya aku sama sekali tidak merasa tenang.
Kali ini senyumannya tidak sesantai yang sebelumnya, kami berpandangan selama beberapa saat hingga akhirnya Lancaster mengalihkan pandangannya ke balik punggungku. "Aku benci mengatakan ini padamu, Shaw, tapi sebaiknya kau melepaskan tanganmu sebelum seseorang melukaimu."
Aku mendengar suara langkah yang berhenti tidak jauh di belakangku, tentu saja aku sudah tahu siapa yang berdiri di belakangku saat ini. "Halo, Alice." sapaku tanpa membalikkan badanku. Lancaster mengangkat kedua alisnya dengan sedikit terkejut saat mendengarku menyapa Alice.
"Aku tidak ingin mencampuri urusanmu, Gregory..." Balas Alice, "Tapi Ia dalam perlindunganku saat ini."
"Uh-huh, Nick sudah memberitahuku." Tanpa melepaskan tanganku, aku menoleh ke balik punggungku. Alice berdiri beberapa langkah di belakangku sambil bersandar di counter dapur, Ia mengenakan gaun berwarna biru tua yang robek di bagian ujungnya... Aku tidak akan bertanya mengapa. Valkyrie adalah mahkluk yang sangat berbahaya, mereka memiliki kekuatan dan kecantikan yang menjadi senjata utama dalam membunuh mangsanya. Aku lebih menyukai menyebutnya mangsa, karena sebagian besar korban dari Valkyrie adalah... laki-laki.
"Kau tidak perlu bertanya pada Mr. Lancaster, aku akan memberitahumu dimana Miss Morrel."
Kami menoleh ke arah Alice bersamaan. "Kau tahu?" kali ini Lancaster mendahuluiku sebelum aku sempat bertanya. Kulepaskan tanganku dari leher Lancaster, "Alice, dimana Lana?"
Lancaster mengerutkan keningnya dengan ragu, "Tunggu dulu, Alice, kau tidak mungking tahu dimana—"
"Helsinki, Finlandia." potong Alice. Kutatap kedua mata abu-abu kebiruan Alice sesaat sebelum beralih pada wajah Lancaster, ekspresi terkejutnya cukup untuk meyakinkanku.
"Thanks, Alice, aku berhutang padamu."
"Kau ingin tahu penyakit yang dimiliki Miss Morrel juga?" tanya Alice saat aku berjalan menuju pintu keluar apartemen Lancaster.
"Tidak, tidak perlu." gumamku. Aku tidak peduli dengan penyakit yang dimiliki Lana, karena begitu aku berhasil menemukannya aku akan memastikan Ia tidak akan bisa pergi dari sisiku lagi.