Senyuman penuh kemenangan di wajah Tatyana membuatku semakin geram.
Tiba-tiba aku merasakan sebuah tangan menyentuh pundakku yang menegang hingga aku tersentak sedikit lalu menoleh. Entah sejak kapan Alice berdiri di sampingku. Rambut pirang platinumnya yang halus tergerai membingkai wajah mungilnya yang cantik. Dan Alice sedang tersenyum pada kerumunan di seberangku.
"Tolong maafkan calon kakak iparku, Rosie terbiasa memiliki pikiran bebas dari negara asalnya. Ia masih belum memahami posisi bangsawan di kerajaan ini dan martabat kalian," ucapnya tiba-tiba yang membuatku terheran-heran. Senyuman manisnya membuatku ingin menggigil merinding.
Alice bukanlah seseorang yang bisa menunjukkan senyuman seperti itu di depan publik. Bahkan di depanku dan keluargaku saja Ia jarang menyunggingkan senyumannya, satu-satunya indikasi bahwa Ia menikmati makan malam bersama keluarga kami hanyalah melalui tatapan kedua matanya yang menghangat.
Dan Ia menyebutku kakak ipar...
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com