Tegukan demi tegukan darah segar yang panas mengalir ke dalam tenggorokanku. Pria itu— entah siapa namanya tadi, tidak bisa menggerakkan dirinya dari cengekeraman tanganku yang berada di kedua bahunya. Suara erangan kesakitan bercampur nikmatnya terdengar cukup nyaring hingga sesaat membuatku khawatir.
Dan benar saja, tiba-tiba suara pintu toilet yang menjeblak terbuka terdengar hingga suara musik di luar ikut masuk walaupun hanya sesaat. Kubekap mulut pria itu sementara bibir dan taringku masih berada di lehernya. Jantungku berdebar lebih cepat dan seluruh indera di tubuhku berubah menjadi lebih tajam dari sebelumnya.
Suara langkah kaki itu semakin lama semakin mendekat ke arah bilik yang kutempati hingga akhirnya bergenti tepat di depan pintu bilik. Erangan teredam mangsaku kembali terdengar, tapi aku mengabaikannya. Kuteguk lagi darahnya bersamaan dengan pintu bilik yang ditarik dengan paksa hingga terbuka.
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com