Hari demi hari berlalu, Altair tak kembali ke pondok. Killi terus merenungi nasibnya. Kenapa kekasihnya tak kunjung kembali? Apa yang telah terjadi?! Apa hal buruk menimpa Altair? Kini sudah genap sepuluh hari Altair pergi meninggalkannya. Killi ingin mencari Altair, namun rasa mual selalu menggagalkan aksinya.
Semakin hari rasa mual Killi semakin menjadi-jadi. Perutnya merasakan lilitan aneh, kadang bahkan berdenyut. Killi baru menyadari perubahan dari dirinya saat ia tak lagi menstruasi dan perutnya membesar. Killi tak pernah menyangka bahwa dirinya akan hamil.
Aldebaran juga terus tinggal di pondok itu. Menjaga Killi, menggantikan keberadaan sang adik.
Aldebaran terus memandang Killi bagaikan memandang sang penyihir merah. Ia seakan menemukan kembali kekasihnya dalam diri Killi. Tapi Aldebaran harus bersabar untuk menahan dirinya tidak menyentuh Killi.
"Hei, kau baik-baik saja?" Aldebaran mengelus punggung Killi, gadis itu baru saja mengalami mual hebat.
"Aku baik, Al."
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com