webnovel

Steven #4

Pelajaran selesai dan semua bersiap pulang. Pada pelajaran terakhir ini Nadia tidak sempat tidur karena ada banyak tugas yang harus dikerjakan. Raut wajahnya sedikit kesal karena suasana kelas juga mengingatkannya pada hari kemarin. Ia lalu mengambil tasnya dan bergegas pulang.

Nadia berjalan santai sambil mendengarkan musik melalui earphonenya melewati lapangan out-door untuk sampai ke tempat parkir di mana mobilnya telah menunggu. Ia menyadari bahwa dirinya melewati lapangan basket terbuka dimana ada beberapa siswa yang sedang bermain menyambut akhir minggu. Ia mempercepat langkahnya agar tidak terkena bola. Walaupun Nadia dicap sebagai gadis kejam, tetap saja dia tidak suka permainan bola dan tidak suka terkena bola. Ia berbalik sebentar dan melihat posisi bola, namun ternyata bola yang dihindarinya sedang mendekatinya.

Nadia menghentikan langkahnya dan bersiap menyambut bola itu, bukan untuk dikenai tapi dia hendak melakukan passing agar tidak tekena. Ternyata seseorang berlari cepat ke arahnya untuk menangkap bola tersebut, namun orang itu menabrak Nadia yang berdiri diam. Keseimbangan mereka hilang dan keduanya ambruk bersamaan.

Nadia tidak punya waktu untuk marah karena dia terkejut. Seorang pemuda mendekati mereka, mengangkat temannya yang tadi menabrak seorang gadis kemudian mengangkat gadis itu.

"Lo nggak apa-apa?" tanya pemuda itu khawatir.

Nadia menatapnya dan teringat bahwa ini adalah pemuda yang sama di kantin tadi. Nadia menggeleng.

"Sorry, temen gue udah berusaha nangkep bolanya tapi dia nggak tau kalo lo udah berhenti di situ." Jelasnya sopan.

Nadia masih menatapnya. Pemuda ini terlihat sangat berbeda untuknya dibanding Alex yang menurutnya mempunyai sifat "kasar" yang tak jauh beda dengan dirinya sendiri.

"Lo beneran nggak apa-apa? Atau lo masih shock?" tanya pemuda itu lagi dan masih terlihat khawatir.

Nadia menatapnya lalu menggeleng lagi. Pemuda itu tiba-tiba melihat sesuatu, darah di siku Nadia. Wajahnya berubah semakin khawatir.

"Ya ampun, sorry! Tangan lo berdarah. Sini gue obatin dulu." Kata pemuda itu lalu memegang tangannya hendak dibawa ke UKS namun Nadia menggeleng. " tangan lo luka, harus diobatin." Katanya lagi.

"Nggak usah! Gue bisa ngobatin sendiri koq, di rumah. Gue cuman pengen pulang. Sorry udah ganggu permainan lo." Jawab Nadia tiba-tiba.

Pemuda itu mengangguk. Ini pertama kali gue denger suara dia sedekat ini sama gue dibanding pengamatan gue selama ini. Dia bener-bener cantik dan dingin. Batin pemuda itu lalu tersenyum.

"Boleh, gue anterin sampe mobil lo?" tanyanya tenang.

Nadia hanya mengangguk dan keduanya berjalan ke tempat mobil Nadia yang telah menunggu. Supir yang sedang menunggu segera keluar dari mobil begitu melihat Nadia datang bersama seorang pemuda yang merangkulnya bagai patung keramik.

"Kenapa, nona?" tanya pak Agus, supir keluarga mereka.

"Nggak papa, Pak. cuman jatoh aja tadi." Jawab Nadia sopan.

Pak Agus segera masuk ke dalam mobil dan bersiap pergi. Nadia telah membuka pintu mobil dan akan masuk saat pemuda tadi menahannya.

"Sekali lagi, gue minta maaf." Kata pemuda itu.

"Sekali lagi lo bisa pilih door prizenya. Biasanya sih piring cantik." Jawab Nadia cuek. Pemuda itu tertawa.

"Gue boleh tau nggak, nama korban gue hari ini siapa?" tanya pemuda itu malu-malu.

Nadia menatapnya dingin. "Jadi setiap hari lo punya korban dan selalu berujung kenalan?"

Pemuda itu terkejut dengan pertanyaan Nadia. "Nggak gitu, cuman nggak enak aja kalo udah nganterin sampe mobil, tapi balik tanpa tahu nama." Jawabnya salah tingkah.

"Gue udah biasa kayak gitu. Nggak penting harus kenal sama orang yang nggak ada hubungannya sama gue." Jawab Nadia datar.

"Kita ada hubungannya, koq. Gue merasa bersalah sama lo karena temen gue udah bikin lo jatoh." Jawab pemuda itu lagi.

"Nah! Apalagi itu. Kalo lo merasa bersalah mending nggak usah lagi ketemu gue, apalagi tau nama gue." Kata Nadia tenang.

"Hanya untuk kenal elo, nggak boleh?" akhirnya pemuda itu putus asa.

Nadia melihat seragam pemuda itu dan melihat tanda namanya, Steven. Ia lalu menyibakkan rambut panjangnya dan menunjukan tanda namanya. Pemuda itu tersenyum senang, mengucapkan terima kasih dan maaf lagi, lalu berpamitan. Ia kemudian pergi saat mobil Nadia juga telah pergi. Nadia... Batinnya sambil tersenyum dan berlari kembali ke permainannya.

Like it? You may want to add this book to your library!

I tagged this book, so come and support me with a thumbs up, please!

If you have some idea about my story,

please be free to comment it and let me know.

Creation is hard, so cheer me up!

*ps: your power stone will be refill every 24 hours,

so spare me one of them, please.

Thank You xoxo.

Weird_Unicorncreators' thoughts
Siguiente capítulo