webnovel

The Cold Season

Untuk sebagian besar hidupnya, Xiao You Ren merasakan ketidakberuntungan yang teramat besar. Setiap luka baru akan muncul di sisa-sisa malamnya. Luka yang membuatnya mengerang sakit akibat rasa ngilu yang menyentuh hatinya. Dia selalu menggigil di setiap malam yang dingin, mengharapkan sebuah tangan melingkar di tubuhnya. Pada setiap orang dia menjeritkan pertolongan. Memohon untuk obat yang dapat menghilangkan rasa sakitnya di musim dingin. Akan tetapi, tidak ada satu orang pun yang mampu memberikan hal itu padanya. Hingga dia terlibat sebuah hubungan dengan seorang laki-laki yang menawarkan obat. Alih-alih mendapatkan penawar bagi lukanya, dia justru menerima racun. Yang membuatnya menjadi kebal terhadap rasa sakit, bahkan meminta untuk mendatangkan perasaan itu terus-menerus. Xiao You Ren kian menggila sesaat setelah laki-laki itu menyuntikkannya sedikit rasa ‘diinginkan’. Seumur-umur Xiao You Ren tidak pernah merasakan hal menggelitik permukaan hatinya, hingga membuatnya menjadi sangat egois.

evilesther3 · LGBT+
Sin suficientes valoraciones
262 Chs

BONUS: WHEN I CRY INTO MY HANDS

WHEN I CRY INTO MY HANDS

Langit malam itu tampak sangat muram, tidak ada bulan yang tersenyum juga bintang yang berpendar. Semua keindahan langit ditelan oleh awan gelap yang menggantung dan siap memuntahkan tangisannya. Dari balik jendela kaca dalam kamarnya yang tak kalah redup, Xiao You Ren menatap lamat-lamat pada pemandangan di luar. Memperhatikan rinai hujan yang menetes kecil satu per satu dan menjejaki bumi, sebagian kecil mengenai kaca kamarnya. Mengetuk-ngetuk dengan semangat dan sedikit mengaburkan pendengaran diiringi oleh beberapa kilatan petir yang melintas.

Seseorang kemudian memasuki kamarnya tanpa permisi, mendekati remaja itu dan mengasongkan sepiring nasi. "Makanlah, You Ren," ucapnya lembut.

Mengalihkan atensi, Xiao You Ren memperhatikan sosok di hadapannya. Senyum lembut yang tampak sangat menenangkan mengusik sudut hati Xiao You Ren. Atensinya kemudian beralih pada makanan yang dibawakan untuknya. Mengulurkan tangan dan meraih piring tersebut, lalu melangkah ke sofa dan duduk dengan nyaman.. "Gege sudah makan?" tanyanya pada sosok itu.

Xiao Han Yu, kakak laki-lakinya, menganggukkan kepala berusaha meyakinkan. Namun, Xiao You Ren tahu jika itu adalah kebohongan. Xiao Han Yu selalu seperti itu, lebih mendahulukan Xiao You Ren dan mengabaikan dirinya sendiri. Sehingga peran Xiao You Ren sebagai adik pun harus mengerti dan memberikan perhatian lebih. "Ge, kita makan bersama. Duduklah di sini," tawar Xiao You Ren. Menepuk sisi kosong sofa yang diduduki. Melihat raut enggan dari kakak laki-lakinya, yang akan menolak, dia memberikan ancaman, "Aku tidak akan makan jika gege tidak."

Mendengar itu, Xiao Han Yu menurut. Adiknya memang lembut, tapi akan sangat keras kepala di beberapa momen. Dia berjalan mendekat dan mendudukkan diri di samping sang adik. Menerima suapan yang diberikan tangan kecil itu, Xiao Han Yu tidak bisa untuk tidak merasa hangat di hatinya. Setidaknya dia masih memiliki seseorang yang peduli di tengah kesukaran hidup mereka. Di dalam hatinya Xiao Han Yu bahkan berjanji akan melindungi sang adik.

"Ge, kapan mama akan pulang?" kunyahan di mulut Xiao You Ren melambat. Meski demikian, tangannya dengan lancar menyendokkan makanan dan menyuapkan pada yang lebih tua. Dalam keremangan malam itu juga desir air hujan dari balik luar, sudut mata Xiao You Ren ikut tergenang air. Belah bibirnya sedikit bergetar menahan tangis.

"Entahlah, mungkin beberapa bulan lagi," Xiao Han Yu menjawab asal. Tidak ingin menambah kesedihan sang adik dengan mengatakan yang sebenarnya mengenai ibu mereka. Tangannya terulur mengusap air di sudut mata Xiao You Ren dan mengelus surai hitam yang lembut. "Bersabarlah."

Pecahan kaca terdengar nyaring dari luar kamar, bahkan menyaingi derasnya suara hujan. Hal itu mengejutkan keduanya. Xiao Han Yu berdiri dengan spontan dan melirik pada pintu yang masih tertutup, kemudian beralih lagi pada adiknya yang tak kalah panik. Mengelus pipi Xiao You Ren dan berkata, "Gege akan mengeceknya, jangan khawatir. Tinggallah di sini dan habiskan makananmu."

"Mm." Xiao You Ren mengangguk. Kembali duduk dan menuruti perkataan kakak laki-lakinya. Membiarkan Xiao Han Yu keluar dari kamarnya dan menyelesaikan apa yang harus dilakukan. Bukannya Xiao You Ren tidak tahu tentang masalah yang tengah terjadi dalam keluarganya, tapi dia selalu diam dan bertindak seperti tidak mengerti apa pun. Kakak laki-lakinya selalu menjauhkan dia dari segala permasalahan dan tidak membiarkan Xiao You Ren terlibat.

Xiao You Ren sangat tahu, ibunya pergi meninggalkan mereka tanpa penjelasan. Sejak hari di mana ibunya melarikan diri, sang ayah selalu mengonsumsi minuman beralkohol dalam jumlah besar. Mabuk dan meledak-ledak tak terkendali. Pekerjaan di kantor pun mulai terbengkalai dan kedua anaknya diabaikan. Sudut hati Xiao You Ren merasa sedih, tapi tidak ada yang bisa dilakukan oleh remaja seusianya.

Dari balik jendela kamarnya, dia melihat lampu mobil yang menyala dan perlahan bergerak menerobos rinai hujan, keluar gerbang. Tak lama setelah itu, pintu kamarnya kembali terbuka. Wajah lesu Xiao Han Yu memasuki indera penglihatannya, Xiao You Ren bergerak mendekat. "Gege, baik-baik saja?" tanyanya penuh perhatian.

Xiao Han Yu mengangguk. Mengusak lembut rambut Xiao You Ren dan berkata, "Tidurlah, gege akan menemanimu sampai tertidur." Dia memaksa kedua sudut bibirnya untuk membentuk senyuman. Melangkah beriringan dengan sang adik ke arah ranjang dan mulai merebahkan tubuh mereka. Xiao Han Yu tidak bisa mengatakan yang sebenarnya, jika salah satu pipinya terasa sangat menyakitkan. Mungkin sebuah luka lebam keunguan menghiasinya dan dia tidak bisa menyembunyikan itu dari sang adik keesokan harinya.

Kelopak mata yang baru terpejam beberapa jam terpaksa harus melek. Guncangan pada tubuh Xiao You Ren mengganggu tidurnya, juga suara yang terus bergaung di telinga memanggil namanya dengan lirih. Xiao You Ren membuka mata dan mengucek dengan tangan, temaram dalam ruangan itu tidak berubah. Xiao Han Yu berdiri di samping tempat tidur dan menatap lamat-lamat padanya. Xiao You Ren bangun dari baringan, duduk di sisi ranjang dan memanggil dengan suara serak, "Ge."

Xiao Han Yu tidak mengatakan apa pun, tubuhnya bergerak untuk memeluk Xiao You Ren. Meskipun tanpa suara, tapi dari bahu yang bergetar itu dapat diketahui kesedihan yang melandanya. Secara refleks Xiao You Ren melingkarkan tangannya pada tubuh Xiao Han Yu, balas memeluk laki-laki itu. Bahkan tanpa mendapatkan penjelasan pun air mata Xiao You Ren ikut mengalir, seolah terhanyut dalam perasaan kakak laki-lakinya.

Cukup lama mereka dalam posisi itu, sampai dengan perlahan Xiao Han Yu dapat mengendalikan perasaanya, sedikit melonggarkan pelukan dan berujar dengan lirih, "Papa sudah pergi, You Ren. Papa meninggalkan kita."

Dada Xiao You Ren terasa nyeri, untuk sesaat dia lupa bagaimana caranya menarik dan mengeluarkan udara dari paru-parunya. Bahkan dengan kalimat yang tak rampung dari bibir kakak laki-lakinya itu saja sudah mampu menjelaskan alasan rasa nyeri yang bersarang. Air matanya kembali menetes dengan ringan, saling berlomba membasahi ke dua pipi. Bahunya bergetar dengan hebat mempengaruhi pelukan yang kian erat diikuti erangan pilu dari bibir yang bergetar, "Haaaaa ...."

.

Awan gelap berkumpul di bawah langit, menutupi luasnya biru yang biasanya terlukis di siang hari. Rintik hujan belum menapaki bumi, tapi suara menggelegar di udara saling berlomba menyapa gendang telinga orang-orang. Seakan memperingatkan langit yang siap menangis kapan saja. Di depan batu besar dengan wajah sosok tak asing terpampang, Xiao Han Yu masih bergeming. Tanpa air mata, juga tanpa kepiluan dari mulutnya. Tampak seperti sosok kakak yang begitu kuat dan siap memanggul tanggung jawab besar, padahal hatinya hancur berkeping-keping.

Satu per satu manusia mulai pergi meninggalkan dua kakak-beradik itu. Membiarkan mereka untuk mengambil lebih banyak waktu di depan tempat peristirahatan terakhir ayah mereka.

Di balik tubuh tegap Xiao Han Yu, Xiao You Ren berdiri dengan satu tangan menggenggam erat mantel sang kakak. Matanya masih memerah dan bekas lintasan air mata belum pudar, tapi dia berusaha menopang kaki dengan kuat untuk tetap berdiri tegak bersama kakaknya. Meskipun laki-laki di hadapannya itu tampak sudah mengikhlaskan segalanya, tapi Xiao You Ren tahu lebih baik dari oarng-oarang yang tadi menemani mereka. Kakaknya sangat terpukul, ada beban besar yang mulai mengisi celah hati laki-laki itu.

"Ge," panggil Xiao You Ren berusaha memberikan kekuatan pada sang kakak, namun suara bergetar yang keluar dari mulutnya tidak bisa membantu meringankan.

Mendengar hal itu, Xiao Han Yu justru merasa kian tercekik. Membalikkan tubuh dan mengambil Xiao You Ren dalam dekapan. Menangis sekeras mungkin bersama rinai hujan yang perlahan berjatuhan, membasahi kedua orang itu seperti ikut merasakan kepedihan di hati mereka. Xiao Han Yu mengeratkan pelukannya dan semakin menenggelamkan wajah di ceruk sang adik. "You Ren, hanya ada kita berdua sekarang, jangan pernah pergi jauh dari gege," ucapnya pilu. Mengalirkan listrik yang mulai menjalar hingga ke otak adiknya.

Hanya ada mereka berdua. Saling memiliki satu sama lain dan selalu bersama.

Perlahan persepsi itu mengakar dalam diri Xiao You Ren, isi otaknya terkontaminasi oleh kalimat-kalimat manis yang tanpa sadar mengembil alih kehidupannya. Terdengar indah dan sangat menyakitkan. Benar-benar menyedihkan.

Sejak hari itu, Xiao Han Yu dipaksa untuk bekerja lebih keras. Usianya bahkan baru menginjak 19 tahun ketika dia harus bekerja keras untuk mengambil alih perusahaan ayahnya dari tangan keluarga mereka yang serakah. Menyingkirkan banyaknya saingan yang tak bisa dikatakan mudah. Orang-orang yang memiliki keterampilan besar mulai memperebutkan kedudukan yang sebenarnya tidak diciptakan untuk mereka.

Meski dia bisa mengamankan jabatan dan kepemilikan perusahaan, namun hari-hari itu teramat sukar dilalui pemuda yang bahkan belum genap berusia 20. Tekanan dari pekerjaan itu secara bertahap membuatnya stres dan mulai mengganggu rasionalitasnya. Dia mulai menyalahkan banyak pihak dan kebenciannya terarah pada satu sosok, ibunya. Hingga tanpa sadar dia menjadi seperti monster yang menakutkan.

Ada kalanya Xiao Han Yu melampiaskan kemarahannya pada minuman beralkohol. Pulang dalam keadaan mabuk berat dan halusinasi yang menjadi awal dari kesalahan terbesarnya. Ketika sang adik berlari menuruni tangga untuk membantunya, yang terlihat di matanya adalah sosok yang di benci. Rentetan sumpah serapah dalam hatinya perlahan diteriakkan tanpa memikirkan apa pun. Bergerak maju, hendak melayangkan pukulan pada sosok yang terpaku di depannya dengan pandangan tak percaya. Tubuh yang tak memiliki keseimbangan itu ambruk dan menindih tubuh kecil adiknya.

"Ge," panggil Xiao You Ren pelan. Nada sendu di suaranya tidak bisa disembunyikan. Menyeruak tepat di telinga sang kakak yang mulai mendapatkan kesadarannya barang sedikit, mengangkat kepala dan melihat pada wajah sang adik yang terlihat memerah.

Pancaran cahaya remang yang terjatuh di wajah itu membuat Xiao Han Yu kelihalangan kendali. Wajahnya bergerak untuk mempertemukan dua bibir itu. Mengecup rasa manis yang diberikan pihak bawah. "You Ren, jangan tinggalkan gege. Kita hanya berdua sekarang, jika kamu pergi gege akan sendirian." Lagi-lagi itu menjadi senjata andalannya. Menarik simpati Xiao You Ren yang kemudian mengangguk. "Tidak akan, aku hanya punya gege," jawaban itu mulai bereaksi berbeda. Memberikn sinyal yang disalah artikan oleh mereka.

Xiao Han Yu kembeli mengecup bibir adiknya dan membawa remaja itu dalam petualangan terlarang.

Sejak malam itu semuanya berubah. Xiao Han Yu menjadi sangat menakutkan di mata Xiao You Ren, tapi dia tidak bisa menolak setiap perlakuan yang diberikan laki-laki itu. Xiao You Ren terbuai dengan persepsi saling memiliki yang dilontarkan sang kakak. Tidak peduli berapa banyak kalimat menyakitkan yang mengikuti kalimat itu. Hinaan dan kemarahan yang menjadi sering bergaung di telinga Xiao You Ren bahkan diabaikan. Dia mulai menikmati perannya dan menyukai berbagai rasa sakit yang mendera, lalu tergantikan kenikmatan sesaat.

Ketika Xiao You Ren sudah terbiasa akan peran kakak laki-lakinya, bahkan diam-diam mulai menginginkan hal itu dan perlahan menumbuhkan perasaan aneh di hatinya, Xiao Han Yu justru datang dengan kabar baik. Membawa seorang wanita cantik dan lembut untuk diperkenalkan sebagai kekasihnya.

"You Ren, ini Lim Sun Liam, dia akan menjadi kakak iparmu." Suara itu mengandung ribuan bunga yang mekar, terasa sangat bahagia dan ringan. Sangat ceria, seperti beberapa tahun yang lalu, ketika kedua orang tua mereka hidup dalam satu atap yang sama dengan mereka.

Hati Xiao You Ren tidak bisa untuk tidak merasa kecewa. Dalam imajinasinya, dia akan hidup berdua dengan kakak laki-lakinya untuk jangka waktu yang panjang. Menjalani kehidupan seperti biasa, saling memiliki dan menjaga satu sama lain. Namun, dia lupa. Mereka hanyalah adik dan kakak yang kesepian sehingga melampiaskan segala rasa itu kepada satu sama lain. Dia lupa jika mereka memiliki jalan yang berbeda dan tidak satu tujuan.

Pada saat itu, yang bisa dilakukannya hanyalah tersenyum sebahagia mungkin, memeluk kedua orang itu bergantian dan mengucapkan selamat. Mengirim doa terbaik yang akan menjadi tanda jika dia merestui hubungan mereka. Tidak peduli betapa remuk hatinya mengetahui kabar itu, secara bertahap Xiao You Ren kembali dalam realita yang menyakitkan.

Malam terakhir bagi Xiao Han Yu sebelum dia melepaskan masa lajangnya. Dia mendatangi sang adik, berdiri di balkon dengan segelas kopi dalam genggaman. Berbincang-bincang dengan normal, meskipun Xiao You Ren lebih banyak berdiam diri. Dia menyadari jika sejak malam di mana dia melebihi batasan mereka, hubungan keduanya terasa sangat canggung. Jarak mereka dekat, namun ada dinding tak kasat mata yang membatasi.

Dengan memperhatikan bulan yang perlahan ditutupi awan, Xiao Han Yu memulai pembicaraan yang berat. "You Ren, maafkan gege." Suara yang biasanya penuh ambisi itu berubah. Ketegasannya menghilang membawa serta arogansi yang mendarah daging. Xiao Han Yu sangat lembut dan penuh penyesalan.

Air muka Xiao You Ren masih datar, tatapan matanya terpaku pada langit yang mulai menggelap. Dia kehilangan harapan, tapi tampaknya itulah yang terbaik. Walau sudah berusaha tegar, hatinya tetaplah rapuh. Bagaimana caranya agar dia bisa menghilangkan semua kegilaannya? Menjauh. Tampaknya menjadi pilihan terbaik. Dan pada malam itu pula dia memutuskan jalan hidupnya, memilih sesuatu yang tidak akan lagi melibatkan orang lain.

"Ge," panggilnya tanpa mengalihkan pandangan. "Aku ingin kuliah di kota A."

Xiao Han Yu terkejut, ada rasa tidak rela dan takut di dalam hatinya mengenai kondisi sang adik jika berada jauh darinya. Dia ingin melayangkan protes, tapi suara Xiao You Ren, lebih dulu memecah keheningan.

"Aku ingin mencari jalan hidupku sendiri. Jika tetap bersamamu, aku tidak yakin bisa berdiri tegap dengan kedua kakiku. Sudah cukup bagiku untuk bergantung padamu, aku tidak ingin hidup terus-menerus dalam kenangan buruk."

Untuk pertama kalinya, Xiao Han Yu benar-benar memikirkan keinginan Xiao You Ren. Dia sadar jika selama ini selalu menjadi pihak yang egois. Berat hati dia menyetujui permohonan Xiao You Ren. "Jika kamu mengalami banyak masalah, jangan lupakan gege. Gege akan membantumu."

Ingatan mereka dipaksa untuk melupakan segala perbuatan di masa lalu dan berjalan dengan menatap ke depan. Xiao Han Yu berhasil keluar dari kegelapan dalam dirinya, tapi bagaimana dengan Xiao You Ren? Bukanlah perkara mudah untuk tutup mata setelah semuanya terjadi. Hari-hari yang akan dilaluinya akan sangat sulit.