webnovel

29

Tha;

Wiy, kamu lah biang keroknya, aku bianglalanya. Kamu yang memulainya, melukainya dan kamu pula yang ingin mengobatinya. Tetapi maaf, kini obatmu tidak mujarab lagi, biarkan aku saja mengobati diriku sendiri. Usah payah ingin menyembuhkan luka orang lain, sembuhkanlah dulu lukamu oleh calon suamimu itu.

Kamu ingin aku mencintaimu supaya kamu benar-benar sembuh dari sakitmu? Oh maaf, Wiy, aku bukan pelampiasan, aku bukan obat bagimu. Obatmu adalah banyak-banyak beristighfar, banyak-banyak shalawat kepada baginda Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam. Ingat-ingat lagi kesalahanmu, pakailah perasaanmu dan gunakan akal sehatmu. Agar kedepannya kamu tidak sampai hati dan berprilaku begitu: mengusirku sesuka hatimu!

Tidak ada lagi perempuan sekejam dirimu, memalukanku, menghina keluargaku, mengusirku lalu menikamku dengan ucapanmu. Katamu di kampung Sepakat ada kursus belajar akhlak? Tetapi kenapa kamu sendiri seperti tidak ada sopan santunnya! Ada baiknya kursus akhlak itu berlaku juga pada perempuan sepertimu. Begitukah caramu memuliakan tamumu? Bukannya menjamu malah mengusirku.

Ah sudahlah, Wiy, usah lagi meminta maaf. Aku sudah memaafkanku. Adapun cinta dan rindu, sudah kukubur dalam-dalam, malah sudah kuinjak-injak tanah kubur cinta dan rinduku padamu itu di halaman rumahmu. Kamu mau tahu letak kuburannya? Ketika kamu keluar dari pintu rumahmu, lihatlah halamanmu, ingat kembali di mana posisiku berdiri waktu itu. Kalau kamu tidak mengingatnya, aku beritahu padamu: sebelah kiri, dekat pot bunga lidah buaya! Nanti saat menyapu halaman, periksalah!

Kejam katamu? Siapa sebenarnya yang kejam dan jahat di antara kita? Kamu atau aku? Atau jangan-jangan dua-duanya kita kejam? Tapi aku lebih merasakan sekali kekejamanmu. Bila kamu juga merasakan kekejamanku berarti kita sama-sama kejam.

Oh tetapi kuyakin kamu tidaklah serius mengatakan aku ini kejam. Karena tidak ada lagi perempun sekejammu yang telah mengusir orang yang hendak melamarmu. Orang yang mencintaimu sepanjang waktu, sampai mati. Orang yang menyanyangimu, setiap detik.

Oh mungkin terlalu berlebihan kalau kukatakan setiap detik, baiklah setiap bernapas. Masih berlebihan kah, Wiy? Baiklah setiap berkedip aku mencintaimu dan merindukanmu. Jika aku sedang tidur, mataku terpejam dan tak berkedip lagi, berarti aku tidak lagi merindukanmu. Bagaimana bisa aku rindu padamu sementara aku sudah di alam mimpi? Nanti malah makin berlebihan dan terkesan absurd jika kukatakan aku rindu padamu saat aku tidur. Bukankah kamu ingin realistis, Wiy?

Ya itu adalah bukti nyata dariku bahwa aku mencintaimu setiap kali aku berkedip, jika mataku tidak berkedip sepuluh menit, berarti aku sedang melamun. Dalam lamunanku aku masih mencintaimu. Dan kemudian kamu mengusirku, Wiy! Hati kecilmu benar-benar telah mati!!

Kejam katamu? Coba ingat-ingat dulu siapa di antara kita yang lebih kejam? Kejam katamu? Kamulah yang kejam itu! Kejam katamu? Kamu sedang mengingatkan dirimu! Kejam katamu? Gigitlah lidahmu dulu, bila kamu merasakan sakit, berarti lidahmu sendiri mengakui bahwa kamu kejam! Dan pastilah kamu merasakan sakit! Bila tidak berarti lidah palsu! Jangankan mengakui kesalahanmu, mengakui kebaikanmu saja kini kamu tidak tahu!

Kejam katamu, Wiy? Sikat gigi dulu sana, jangan lupa sikat juga lidahmu! Kejam katamu? Sebaiknya kamu diruqiyah. Jangan-jangan sebangsa jin sedang bersarang di hatimu, sedang berselancar di lidahmu, sedang berdendang di gendang telingamu, sedang bermain sulap di kelopak matamu. Kejam? Itu adalah kamu!

***