-POV Nayla-
"Kan ada HP, aku pasti nelpon kamu."
"Tidak, Nayla. Tidak akan saya izinkan."
Huft, susah juga ya. "Trus gimana dong? Aku dapet kesempatannya sekarang, Reza, kalau nanti-nanti belum tentu akan dapat kesempatan kaya gini lagi."
"Nayla, saya sudah bilang tidak mau ambil resiko, kamu nanti diapa-apakan sama dia. Tolong pahami posisi saya. Saya tidak ingin kehilangan kamu." Reza menatap gue dengan sorot protesnya.
"Za, aku nggak mau antara kamu sama Aira ada prasangka yang nggak enak gini. Pengennya semua pada baik-baik aja." Gue juga protes.
"Tidak ada yang bisa dibaik-baiki Nayla. Tidak ada. Aira itu bukan orang baik, dia dulu dan sekarang itu jauh sekali berbeda. Kamu jangan terlalu percaya kepadanya." Reza mulai memeriksa kertas-kertas di mejanya itu.
"Za, kita nggak akan pernah dapetin jawabannya, kalau kita nggak nyari bukti. Ini kesempatan emas. Kamu harus sokong aku, biar bisa nyari tahu soal ini."
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com