webnovel

TERLANJUR MENCINTA

Diary Ayyara 31, Desember. Saat pertama aku melihatmu, sejak itu aku selalu berdoa disetiap sujudku agar kita bisa kenal lebih dekat. Hari demi hari, Allah menjawab do'aku. dia mempertemukan kita walau hanya sekedar perkenalan. Aku kurang puas? tentu, aku kembali berdoa agar kita dipertemukan kembali. Dengan seiring berjalannya waktu, kita sering bertemu tanpa disengaja. Dan aku semakin menginginkan dirimu selalu berada disampingku. Tapi, disisi lain seharusnya aku sadar bahwa kita tidak akan pernah mungkin bersama, tapi kenapa kita selalu bertemu? Dan semenjak kamu memperkenalkan nya kepadaku, seharusnya aku tau bahwa saat nya aku harus mundur. Tapi apa dayaku, aku terlanjur mencinta. Rumah sakit, adalah tempat kebahagiaan ku dimulai dan juga tempat hatiku hancur melebur. Dan untuk seorang pria yang datang untuk menghiburku dari segala kejadian, aku berterimakasih kepadamu. Kamu menghiburku dan kamu juga menghancurkan hatiku yang sudah kamu obati sendiri. Givano dan Rafka, kalian adalah pria yang bisa membuat aku jatuh sejatuhnya diwaktu yang bersamaan. ( HIATUS )

giskasfa · Adolescente
Sin suficientes valoraciones
26 Chs

Persiapan diri

Hari ini tepat satu minggu sebelum pernikahan Rafka dan Tiara.

Dan hari ini saatnya rencana Ibunya Rafka

dan Ayyara harus dilaksanakan.

Ayyara yang sedang jadwal kelas dikampus, ia tampak risih sebab sedari tadi ada yang menelfonnya dan Ayyara lupa mematikan nada getarnya dan yang membuatnya risih yaitu kantung celananya ikut bergetar.

"Ayyara!" tegur dosen yang mengajar mereka di kelas.

"Kamu memperhatikan saya mengajar tidak?!" tanya dosen tersebut dengan nada tingginya.

"Saya p-perhatikan kok pak." jawab Ayyara gugup.

"Kalau begitu ulangi apa yang saya jelaskan tadi di depan!" perintah dosen tersebut.

Ayyara yang tidak tau apa apa hanya menunduk dan berucap dalam hati.

'mampus gue'–batin ayyara.

"AYYARA!" bentak dosen tersebut.

"I-iya pak kenapa?" cengo Ayyara.

"kenapa kamu bilang?! sekarang kamu keluar dari kelas saya!"

"T-tapi pak sa–"

"SHAKILA AYYARA SYAH PUTRI!!" Ayyara kaget saat dosen tersebut menyebut nama lengkapnya dengan nada tinggi, karena itu pertanda dosennya sudah hilang kesabaran.

"B-baik pak." jawab Ayyara pasrah dan keluar meninggalkan kelas dengan diperhatikan oleh semua mahasiswa yang berada dalam kelas tersebut.

****

Ini pertama kalinya Ayyara diusir dari kelas, ia bersumpah tidak akan mengulanginya lagi karena kejadian itu sangat sangat memalukan.

Ayyara yang tidak tau harus kemana, ia hanya duduk berdiam diri di bangku depan kelas.

"Sangat memalukan." ujar seseorang yang baru saja duduk disamping Ayyara.

"Lo!" Ayyara kaget, karena seseorang tersebut adalah Rafka.

"Kenapa?"

"Kok lo bisa disini?" tanya Ayyara penasaran.

"Gue kuliah disini juga." jawab Rafka santai.

"Masa? kok baru keliatan sih?"

"Kan gue tahun lalu udah wisuda, jadi ya nggak keliatan. Dan kedatangan gue disini buat ngurus kelanjutan S2 gue."

"Oh, Tapi kenapa baru sekarang?"

"Ya karena kan gue mau nikah, jadi rencananya gue nggak mau ngelanjutin.Tapi Tiara bilang, jangan sampai karena pernikahan. Pendidikan gue terputus. Dan dia nyuruh gue buat lanjutin S2."

"Kalau begitu pernikahannya nggak jadi dong?" tanya Ayyra dengat menyembunyikan rasa bahagianya namun berubah saat mendengar jawaban dari Rafka.

"Ya tetap jadilah." jawab Rafka terkekeh.

"O-oh waw, hebat banget berarti." balas Ayyara.

"Hebat apanya? Biasa aja kali."

"Y-ya hebat dong, berarti lo bisa ngejaga keluarga lo nanti plus ngurus kuliah lo." jawab Ayyara berbeda dengan perasaannya.

'lo hebat, karena udah ngehancucin harapan gue.' batin Ayyara.

"Ya gitulah, btw lo diusir dari kelas? kenapa?"

"Iya, tadi gue risih karena ada yang nelpon gue mulu. Mana lupa gue silent lagi. Cuma gue buat bergetar doang, jadi kantung celana gue ikut bergetar hehe." jawab Ayyara.

"Makanya lainkali diperiksa dulu Hp lo." ujar Rafka memberi peringat.

"Iya-iya."

"Oh iya lo mau kemana setelah diusir?" tanya Rafka.

"Ya nggak kemana mana, tunggu mereka keluar aja."

"Nggak bosan?"

"Ya pasti lah!" jawab Ayyara spontan dengan nada sedikit keras.

"Yauda mending ikut ke rumah sakit, disana ada bunda gue juga." ajak Rafka.

"Oh oke kalau gitu, dari pada gue disini kayak orang nolep." jawab Ayyara bangkit dari bangku.

"Yaudah ayok."

****

"Eh nak Ara." sambut Ibunya Rafka saat mereka sampai diruang rawat Tiara.

"Assalamualaikum tante, Tiara."

"Wa'alaikumsalam." jawab Ibunya Rafka dan Tiara bersamaan.

"Oh iya gimana kabar lo Tiara?" tanya Ayyara.

"Alhamdulillah aku udah sedikit bisa jalan." jawab Tiara dengan nada gembiranya.

"Oh, Bagus lah biar nanti pas nikah udah nggak pakai kursi roda lagi, biar nggak malu." balas Ayyara dengan sedikit sinis.

"Ehm iya." ujar Tiara sedikit merasa sedih.

"Ra! ucapan lo itu." tegur Rafka.

"Loh ada yang salah ya sama ucapan Ara? kan benar kata dia, biar nanti di resepsi nggak malu maluin pakai kursi roda." bukan Ayyara yang menjawab melainkan Ibunya Rafka dengan nada membela Ayyara.

"Bunda!" tegur Rafka dengan suara lantang.

"Apasih Raf, bunda disini nggak kemana mana juga."

"Rafka udah." ujar Tiara menenangkan emosi Rafka.

"Maaf kalau gue ada salah kata, kalau gitu gue keluar dulu ya, mau ketempat Mama gue." pamit Ayyara agar tidak disalahkan lagi.

"Eh nak Ara tunggu, tante ikut." seru Ibunya Rafka menyusul Ayyara keluar.

****

"Harus sekarang ya tante?" tanya Ayyara menanyakan pasal rencana mereka.

"Ya jadi mau kapan lagi, kan minggu depan mereka udah nikah."

"Tapi Ara takut tante."

"Udah nggak usah takut, kan nanti ada tante." bujuk Ibunya Rafka.

Kini mereka berada di kantin rumah sakit, setelah keluar dari ruangan Tiara.

"Tapi Tiara lagi bersama Rafka tante."

"Gini aja, sini tante bisikin." ujar Ibunya Rafka memajukan wajahnya ke telinga Ayyara guna membisikkan sesuatu.

"T-tapi tante." ujar Ayyara ragu.

"Udah tenang aja, kalau gitu ayo kita ke sana lagi."

"Oke deh." balas Ayyara pasrah.

****

Ayyara dan Ibunya Rafka sudah kembali ke ruang dimana Tiara dirawat.

"Permisi." Ayyara masuk kedalam dengan langkah kecil karena masih dengan rasa takutnya.

"Oh, hai Ara sini duduk disamping aku." sambut Tiara hangat.

"Ehm iya."

"Jadi cuma Ayyara doang yang disuruh duduk?" sindir Ibunya Rafka.

"Bunda!" tegur Rafka kembali.

"Apasih kamu Raf, dari tadi bunda bunda mulu."

"Udah Raf, gapapa." ujar Tiara kembali menenangkan seperti tadi.

"Bunda laper, jadi tolong kamu beliin bunda makan Raf." pinta Ibunya Rafka.

"Kenapa tadi nggak sekalian sih, kan tadi bunda dari luar juga."

"Oh jadi nggak mau beliin bunda makan? lebih milih ngejaga Tiara?"

"Raf, sana beliin bunda kamu makan gih. Kan kasihan cacing diperut bunda nanti." bujuk Tiara.

"Hmm iya iya." balas Rafka nurut, dan melangkahkan kakinya keluar.

"Tiba Tiara yang suruh cepet banget geraknya." sinis Ibunya Rafka saat Rafka sudah tidak ada di ruangan tersebut.

"Maafin Rafka ya tante."

"Anak saya nggak salah, kamu yang salah."

"I-iya, Tiara yang salah karena hadir dikehidupan Rafka."

"Tuh tau, kenapa baru bilang sekarang?"

"Maaf tante."

"Hm."

Ayyara yang melihat percakapan mereka, apalagi mendengar suara lembut Tiara membuatnya semakin tidak tega untuk menjalankan rencana tersebut.

"Ekhem." dehem Ayyara diakhir pembicaraan mereka.

"Tante Ara pulang dulu aja ya." pamit Ayyara ingin mengelak dari rencana tersebut.

"Ara! kamu ingat kan?"

"Iya t-tapi jangan sekarang ya tante, besok aja bisa tante?" tanya Ayyara sedikit takut.

"Yaudah, persiapkan diri kamu ya."

Tiara yang tidak diajak ngobrol, hanya diam membisu mendengarkan percakapan mereka yang tidak tau sedang membicarakan apa.

"Makasih tante, dan maaf kalau hari ini Ara gagal lagi. Kalau gitu Ara pulang dulu ya tante."

"Tiara gue pamit ya, persiapkan diri lu." ucapan tersebut membuat Tiara berpikir negatif namun berubah saat Ayyara melanjutkan ucapannya.

"Buat di pernikahan lu nanti, banyak banyak istirahat dari sekarang, biar nanti nggak kelelahan."

"Iya pasti, makasih ya Ra." jawab Tiara tersenyum lebar.

"Yaudah kalau gitu, assalamualaikum." ujar Ayyara sebelum keluar.

"Wa'alaikumsalam."

****

Diary Ayyara.

20, September

inikah saatnya aku menjalankan rencana keji itu?

sejahat itukah aku?

Hari ini aku gagal lagi untuk menjalankan rencana tersebut, waktunya hanya tinggal besok.

Aku harus mempersiapkan diri agar tidak ada yang mengetahui bahwa aku lah yang mencelakai Tiara.