webnovel

TERLANJUR MENCINTA

Diary Ayyara 31, Desember. Saat pertama aku melihatmu, sejak itu aku selalu berdoa disetiap sujudku agar kita bisa kenal lebih dekat. Hari demi hari, Allah menjawab do'aku. dia mempertemukan kita walau hanya sekedar perkenalan. Aku kurang puas? tentu, aku kembali berdoa agar kita dipertemukan kembali. Dengan seiring berjalannya waktu, kita sering bertemu tanpa disengaja. Dan aku semakin menginginkan dirimu selalu berada disampingku. Tapi, disisi lain seharusnya aku sadar bahwa kita tidak akan pernah mungkin bersama, tapi kenapa kita selalu bertemu? Dan semenjak kamu memperkenalkan nya kepadaku, seharusnya aku tau bahwa saat nya aku harus mundur. Tapi apa dayaku, aku terlanjur mencinta. Rumah sakit, adalah tempat kebahagiaan ku dimulai dan juga tempat hatiku hancur melebur. Dan untuk seorang pria yang datang untuk menghiburku dari segala kejadian, aku berterimakasih kepadamu. Kamu menghiburku dan kamu juga menghancurkan hatiku yang sudah kamu obati sendiri. Givano dan Rafka, kalian adalah pria yang bisa membuat aku jatuh sejatuhnya diwaktu yang bersamaan. ( HIATUS )

giskasfa · Adolescente
Sin suficientes valoraciones
26 Chs

PDKT?

Pagi ini Ayyara kembali memulai dengan menyusun skripsi nya yang tinggal 3 bab lagi.

"Nih minum, biar fokus." ujar Givano menaruh secangkir coklat dingin di meja yang berada di hadapan Ayyara.

Ayyara hanya melirik kearah gelas yang diletakkan dimeja dengan sekilas, lalu kembali fokus dengan laptopnya. "Hm." guman Ayyara.

"Sama sama." ujar Givano.

"Kelasnya jam berapa?" tanya Givano setelah menyeruput coklat dingin miliknya.

"Dua belas." jawab Ayyara singkat.

"Masih marah?" tanya Givano lagi.

"Marah?" ujar Ayyara membalikkan pertanyaan.

"Yang semalam itu."

"Oh." ujar Ayyara hanya ber 'oh' ria.

Givano yang melihat Ayyara tidak menjawab pertanyaannya hanya menghela napas.

"Maaf." ujar Givano.

"Untuk?" tanya Ayyara yang masih fokus mengetik laptopnya.

"Yang semalam Ra." ujar Givano memelas.

"Oh." jawab Ayyara singkat.

"Lo kenapa sih Ra? kalau ada masalah sok atuh cerita." ujar Givano.

Ayyara yang mendengar nya langsung menjawab. "Apaansih lo No, nggak jelas banget."

"Lo yang nggak jelas Ra, tiba tiba marah." balas Givano.

"Kapan gue bilang kalau gue lagi marah hah?!!" tanya Ayyara menghentikan ketikannya.

"Y-ya dilihat dari sikap lo." jawab Givano dengan nada menciut.

"Gue lagi datang bulan." ujar Ayyara berbohong, agar Givano tidak banyak bicara lagi.

"Ck, bilang dong kalau lo lagi ada tamu bulanan." balas Givano sinis.

"Emang kalau gue lagi halangan, harus kasih tau lo gitu iya? 'Aduh Givano, gue lagi datang bulan nih' gitu hm?"

"Y-ya nggak juga sih."

"Nggak jelas lo." ujar Ayyara melanjutkan ketikannya.

Detik demi detik, menit demi menit. Kini Ayyara selesai dengan ketikannya hanya tinggal 5 lembar lagi menuju ke bab 3.

"Yuk!" seru Ayyara yang sudah bersiap siap untuk ke Kampus nya.

"Hm."

"Ck, mulai lagi dah."

"Apanya?" tanya Givano.

"Lu cuek lagi." ujar Ayyara blak blakan.

"Ya gantian lah, tadi lo yang kayak gitu." balas Givano.

"Terserah lo lah, sekarang antar gue ke Kampus cepat!" perintah Ayyara.

"Iya iya, bawel amat sih."

"Ingat gue lagi ada tamu!" ujar Ayyara mengingatkan.

"Yaudah suruh masuk lah, terus suguhkan minuman." ujar Givano bercanda.

"Bukan itu konsepnya Bambang." sinis Ayyara.

"Givano bukan Bambang." ujar Givano meralat.

"S3, Suka Suka Saya!" ujar Ayyara melangkah keluar rumah, meninggalkan Givano.

"Dasar Bunglon." ujar Givano yang masih berada dalam rumah Ayyara, Lalu menyusul Ayyara keluar rumah.

****

"Pulang jam berapa?" tanya Givano saat sampai di Kampus Ayyara.

"Sekitar jam setengah lima." jawab Ayyara memberikan helm kepada Givano.

"Nih makasih yaa, btw tumben lo gak bawa mobil lagi?" tanya Ayyara yang masih belum beranjak.

"Kotor, belum dicuci mobilnya." jawab Givano mengikat helm yang Ayyara pakai tadi di pergelangan tangannya.

"Kok bisa kotor?" tanya Ayyara.

"Ya bisalah."

"Yaudah gue masuk dulu, bye Assalamualaikum." pamit Ayyara yang entah ada angin apa mencium punggung tangan Givano sebelum masuk ke Kampus nya.

Hal itu membuat Givano kaget plus membuat jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya.

"Wa'alaikumsalam." balas Givano dengan ekspresi bengong.

Setelah berapa detik kemuadian ia langsung sadar dan mengucap istighfar dalam hati. Lalu melajukan motornya kembali menuju rumah dengan hati yang was was.

****

Kelas Ayyara telah selesai, kini para mahasiswa yang berada dikelasnya berhamburan keluar gedung kampus, namun ada sebagian mahasiswa yang menuju kantin ataupun perpus.

Seperti sekarang, Ayyara dan Keyla sedang berada di kantin. Guna mengisi perut mereka yang berbunyi saat didalam kelas tadi.

Saat selesai makan. Seperti biasanya mereka akan membahas sesuatu yang sangat random.

"Gue liat liat nih ya Ra, pengganti dosbing lo ganteng ya Ra." puji Keyla.

"Emang." jawab Ayyara santai.

"Nggak ada kalem kalem nya lo." protes Keyla.

"Hah?"

"Seharusnya lo jawab kayak gini 'biasa aja, masih gantengan Shawn Mendes' gitu Ra." jelas Keyla.

"Ya emang masih gantengan Shawn. Tapi gue jujur kalau Givano emang ganteng. Tapi sorry stroberi busway, hati gue bukan untuk dia." ujar Ayyara tersenyum bangga.

"Idih kegeeran banget lo kalau dia bakal suka sama lo."

"Kita itu harus percaya diri Key."

"Bukannya percaya diri Ra, tapi lebih tepatnya kepedean."

"Bodo amat." sinis Ayyara.

"Oh iya, nama nya tadi siapa?" tanya Keyla

"Ayyara." jawab Ayyara.

"Bukan nama lo ogeb." geram Keyla.

"Jadi?"

"Pengganti dosbing lo Ra."

"Oh, Givano." jawab Ayyara.

"Nah iyaa, Givano."

"Emang kenapa?" tanya Ayyara.

"Minta nomornya Ra." ujar Keyla memasang puppy eyes nya.

"Ekspresi lo kondisikan dulu itu."

"Ck, kan biar imut Ra." ujar Keyla sebal.

"Bukan imut, tapi malah amit amit."

"Jahat amat sih lo."

"Bodo amat." ujar Ayyara bangkit dari bangku yang ia tepati tadi. Kini menuju keluar gedung kampus yang diikuti oleh Keyla.

"Ih Ayyara tungguin gue anjir!!" ujar Keyla sedikit berteriak.

"Apaansih lo Key."

"Hehehe, nomornya Ra." pinta Keyla mengedipkan matanya berkali-kali sembari menyodorkan ponselnya dihadapan Ayyara.

"Sini." jawab Ayyara mengambil ponsel tersebut, namun tidak mengetik sesuatu di ponsel tersebut dan malahan ia melanjutkan langkahnya menuju parkir.

"Loh Hp gue mau lo bawa kemana Ra!!" protes Keyla yang terbirit-birit menyamai langkahnya dengan langkah Ayyara.

"Minta nomor lo." ujar Ayyara saat sampai dihadapan seorang pria yang sedang duduk di motor sportnya yang tidak lain adalah Givano.

"Hah?"

Keyla yang meliat itu spontan menghentikan langkahnya dan diam bak seperti patung.

"Gue minta nomor lo." ujar Ayyara mengulang.

"Tapi lo udah ada nomor gue."

"Tuh." tunjuk Ayyara menggunakan dagu ke arah Keyla.

"Dia mau pdkt sama lo." ujar Ayyara terang terangan.

Keyla sendiri rasanya seperti ingin hilang dari tempat tersebut dan merutuki Ayyara.

"Oh, sini." ujar Givano mengambil ponsel yang berada di genggaman Ayyara. Lalu mengetikkan nomor ponselnya.

"Nih." ujar Givano memberikan ponselnya kembali, namun bukan kepada Ayyara melainkan ke Keyla.

"M-makasih." ujar Keyla gugup, dan mengambil kembali ponselnya dengan tangan yang gemetaran.

"Udah kan? Gue mau pulang, mau istirahat." ujar Ayyara yang merasa menjadi nyamuk.

"Makasih sekali lagi."

"Iya sama samaa, santai aja kali Key." bukan Givano yang menjawab, melainkan Ayyara.

"Hm." balas Givano dengan berdeham.

"Dah Key, gue pulang dulu." pamit Ayyara pada Keyla.

"Hehehe iya Ra, dahh." jawab Keyla.

Setelah Givano menjalankan motor sport nya, dan sudah tidka terlihat lagi oleh Keyla.

Saat itu Keyla langsung lompat lompat, saking senangnya mendapatkan nomor Givano.

"Akhhh ganteng banget sumpah. Gue bakalan gebet tuh orang, moga berhasil. Eits Ayyara udah hampir mempermalukan gue saatnya membalas Ara hehehe. Gue bakalan cari siapa cowo yang lo suka Ra, bakal gue comblangin ntar." ujar Keyla bermonolog.

****

Diary Ayyara.

08, September.

Hari ini cukup menyenangkan, sedikit menjaili Keyla hahaha.

Kami berteman dari saat menjadi maba, namun jarang sekali untuk sekedar nongkrong di cafe seperti yang lainnya, karena kami berdua memiliki kesibukan yang lain.