webnovel

Marah Padaku?

" Bang!" sapa Daffa ada Brian.

" Daffa!" jawab Brian, mereka bersalaman saja. Lalu Daffa berjalan masuk diikuti oleh Fatma, tapi baru selangkah Fatma berjalan, tangannya ditarik oleh Brian dan Fatma menabrak dada Brian, Brian mendekap erat istrinya.

" Ada apa?" tanya Fatma kaget.

" Jangan terlalu lama memeluk pria lain! Aku tidak suka! Kamu adalah milikku! Dan hanya aku yang boleh memelukmu dengan lama!" kata Brian tegas.

" Yan! Mereka adalah keluargaku! Masak kamu cemburu pada mereka?" jawab Fatma geleng-geleng kepala. Dia baru menyadari satu lagi sifat suaminya yang parah, yaitu rasa cemburunya yang sangat besar. Sebenarnya Fatma senang, kata orang cemburu adalah tanda cinta, tapi cemburu sama keluarga? Masa iia! batin Fatma.

" Sayang!" ucap Brian memperingatkan.

" Iya! Aku nggak akan lama-lama!" jawab Fatma menenangkan suaminya.

" Beri aku kecupan!" kata Brian.

" Yan! Malu!" jawab Fatma.

" Kalo gitu aku akan berdiri disini saja!" jawab Brian ngambek.

" Astaghfirullahu! Yan, jangan seperti anak kecil, dong!" kata Fatma mencoba merayu.

" Aku tidak perduli!" kata Brian.

" Ya Allah!" ucap Fatma, lalu Cup! sebuah kecupan ringan mendarat di bibir Brian. Wajah Fatma seketika merona merah seperti biasanya.

" Trima kasih!" jawab Brian lalu menggandeng tangan istrinya masuk ke dalam ruang tengah.

" Abi! Ummi!" sapa Fatma.

" Kami kira kamu pulang, kok, nggak masuk-masuk!" kata Azzam.

" Ada yang kelupaan, Bi!" jawab Fatma. Fatma mencium punggung tangan Abinya lalu Abinya memeluk Fatma, tapi Fatma segera melepas pelukan Abinya, dia takut suaminya marah jika berlama-lama memeluk pria. Abinya sedikit kaget melihat sikap Fatma, tapi dia hanya diam saja. Fatma beralih ke Umminya. Brian menyusul mencium tangan ayah mertuanya lalu ibu mertuanya. Lalu bersalaman dengan Arkan dan Rania. Sepertinya Arkan masih memendam perasaan marahnya pada Brian dan Brian dapat merasakan itu.

" Ini sedikit oleh-oleh dari kami!" kata Fatma memberkan goodybag pada Umminya.

" Trima kasih! Semoga kalian selaly bahagia bersama! Aamiin!" ucap Ummi.

" Kak Rania seminggu lagi ya operasinya?" tanya Fatma mencairkan suasana.

" Iya, Fat!" jawab Rania tersenyum.

" Kapan kalian nyusul?" tanya Abi.

" Abi! Apa'an, sih?" kata Fatma malu.

" Lho! Anak itu amanah, Fatma!" jawab Azzam.

" Iya, Abi! Fatma tahu! Tapi nggak harus dibicarain juga kan?!" sahut Fatma

" Sudah! Jangan menggoda Fatma lagi! Kalian baik-baik sajakan?" tanya Ummi.

" Alhamdulillah, Ummi! Kami baik-baik saja!" jawab Fatma.

" Ayo yang wanita ke dapur! KIta akan membuat sesuatu untuk para lelaki!" kata Ummi. Brian menatap Fatma dengan pandangan tidak suka, Fatma tahu jika suaminya itu tidak mau jauh-jauh darinya.

" Abi! Brian mempunyai sesuatu yang ingin dibahasnya tentang agama!" tiba-tiba Fatma mengatakan hal yang membuat Brian terkejut.

" O. ya? Apa itu? Kita ke Mushalla saja!" kata Azzam. Brian menatap tajam istrinya, lalu dengan terpaksa dia mengikuti Azzam yang telah berjalan ke arah mushalla. Brian meraih ponselnya dalam saku jasnya lalu mengirim pesan ke ponsel istrinya. Sementara Fatma tersenyum melihat suaminya yang cemberut akibat ulahnya. Cukup lama Brian berbincang-bincang dengan Azzam, hingga Fatma datang.

" Assalamu'alaikum!" sapa Fatma.

" Wa'alaikumsalam!" jawab mereka berdua. Brian masih cemberut pada istrinya, tapi dia sangat merindukan Fatma. Dasar bucin! baru juga berapa jam gak bersama! Dasar Brian!

" Abi! Brian! Kita kembali ke ruang tengah, yuk! Kita makan dulu sebelum shalat Dzuhur!" kata Fatma dengan lembut.

" Iya, Fatma! Ayo, Nak!" kata Azzam pada Brian.

" Iya, Abi!" sahut Brian, lalu mereka bertiga berjalan kembali ke arah ruang tengah. Sesekali Brian memegang tangan istrinya, tapi Fatma melepas dengan lembut karena tidak enak sama keluarganya jika ketahuan.

" Ayo, Bi! Nak Brian! Kita makan kue bolu dan brownies dulu!" kata Ummi.

" Iya, Ummi!" jawab Brian singkat. Mereka menikmati makanan yang dibuat oleh wanita dari keluarga Azzam. Setelah makan siang dan shalat dzuhur, mereka kembali berbincang-bincang di ruang tengah dan bercanda. Sementara Brian sedikit sibuk dengan ponselnya karena ada sedikit masalah di perusahaan. Setelah shalat Azar, mereka kembali duduk di ruang tengah.

" Kenapa kamu resign?" tanya Arkan tiba-tiba.

" Resign?" ulang Azzam.

" Iya, Bi! Fatma resign dari kerjanya!" ucap Arkan.

" Itu saya yang menyuruhnya!" jawab Brian.

" Kenapa? Dia baru setahun mengajar disitu dan kamu menyuruhnya resign? Apa kamu tidak kasihan dia mengubur cita-cita dan hobinya begitu saja?" kata Arkan menusuk hati Brian.

" Sudah, bang! Fatma sekarang istri Brian! Apapun perkataan dia, aku harus menurutinya!" kata Fatma tegas.

" Dia hanya cemburu saja sama Harun!" sindir Arkan.

" Arkan! Kenapa membahas nama pria lain dalam keluarga kita?" tanya Azzam.

" Jawablah! Kamu takut Fatma berdekatan dengan Harun bukan?" cerca Arkan.

" Iya! Sebagai seorang suami, saya tidak suka istri saya dekat dengan pria lain! Apakah saya salah?" tanya Brian yang terasa menampar wajah Arkan.

" Kamu tidak salah, nak! Tidak ada satupun suami yang rela istrinya dekat dengan lelaki lain!" tutur Azzam menatap Arkan.

" Karena sudah hampir sore, kami izin untuk kembali ke rumah, Abi! Ummi!" kata Brian. Fatma sedih melihat perselisihan antara Arkan dan suaminya, tapi dia tidak tahu harus bagaimana?

" Ayo, Za!" ajak Brian. Fatma menganggukkan kepalanya tanda setuju. Mereka kemudian bersalaman dengan seluruh anggota keluarga.

" Hati-hati di jalan!" ucap Ummi,

" Iya, Ummi! Trima kasih! Assalamu'alaikum!" ucap Fatma diikuti oleh Brian.

" Wa'alaikumsalam!" jawab semuanya. Kemudian Fatma dan Brian masuk ke dalam mobil dan pergi meninggalkan rumah Azzam. Selama perjalanan Brian haya diam saja, dia masih marah dengan ucapan Arkan tentang Harun. Fatma tidak berani menegur, karena dia tahu suaminya masih marah pada abangnya.

" Ke rumah!" ucap Brian.

" Iya, Tuan!" jawab Wardi sambil melihat Brian yang hanya diam saja. Kenapa dengan mereka? Nggak ada lagi kedekatan yang menjijikkan? Apa Tuan sudah tahu kelakuan asli istrinya? batin Wardi senang. Sesampai di rumah Brian, jam menunjuk angka 5 sore.

" Assalamu'alaikum!" ucap Brian dan Fatma saat memasuki mansion mewah tersebut.

" Tuan muda!" sapa seorang wanita tengah baya.

" Mana mama?" tanya Brian.

" Ada di kamar, Tuan muda!" jawab wanita itu.

" Ini istriku!" kata Brian.

" Salam kenal, Nyonya Muda! Saya Elis!" kata Elis.

" Salam kenal juga, Mbak Elis!" jawab Fatma tersenyum. Brian berjalan naik ke lantai dua diikuti oleh Fatma.

" Mama!" sapa Brian yang melihat mamanya sedang berbaring di atas ranjang.

" Sayang? Kamu disini? Katanya sibuk?" jawab Iris.

" Iya, ma! Kebetulan kita lagi jalan-jalan!" jawab Brian bohong.

".Menantu mama! Sini, Zahirah!" kata Iris dengan tersenyum. Fatma mendekati mama mertuanya dengan tersenyum juga. Mereka saling berpelukan melepas rindu.

" Kamu selalu terlihat cantik dan anggun!" puji Iris.

" Trima kasih, ma! Mama juga selalu terlhat segar!" balas Fatma.

" Kalian menginap'kan?" tanya Iris pada Fatma.

" Iya, ma! Kami menginap!" jawab Brian. Fatma dan Brian lalu mengajak keluarga mereka yang beragama Islam untuk menunaikan shalat maghrib dan juga Isya' yang dibarengi dengan mengaji. Mama Brian dulunya adalah seorang kristiani, tapi sejak menikah dengan papa Brian, dia menjadi seorang mualah. Sedangkan Brisa sejak kecil tinggal dengan keluarga mamanya di Inggris, jadi Brisa menganut agama kristiani seperti mamanya.