webnovel

Silent Whore

Yunho seorang mahasiswa di suatu perguruan tinggi. Dia memiliki genk tempatnya selalu berkumpul untuk mengisi waktu. Yah mereka memang terkenal di kampus, bukan karena kepandaian atau ketampanan mereka, tapi karena kenakalan mereka.

Sutu ketika Yunho kalah bertaruh dengan temannya, sehingga harus melakukan sebuah tantangan sebagai hukuman. Temannya menantang dia untuk melakukan papapa dengan seorang pria. Awalnya dia menolak, tapi harga dirinya juga menolak kalah dari temannya itu, jadi Yunho menyetujuinya, lagipula dia sudah sering melakukannya dengan wanita, apa salahnya mencoba sekali dengan pria, yang penting bukan dia yang ditusuk.

Yunho tidak mau repot, dia hanya mau melakukannya, tapi tidak mau mencari sendiri orang yang akan jadi rekan papapanya, jadi dia menyuruh temannya itu, lagipula ini ide temannya, biarkan dia saja yang repot.

"Apa kau sudah menemukan orangnya?"

"Tentu saja, aku sudah memikirkannya sejak awal hahaha"

"Memangnya siapa dia? Aku tidak mau memperkosa, pastikan dia juga mau."

"Ah tenang saja, dia pasti mau. Ada yang pernah melihatnya bercinta dengan pria dewasa di sebuah gang, dia pasti sudah profesional! Bahkan dia mungkin akan meminta tarif padamu setelah selesai"

"Oh. Aku baru tahu ada pelacur pria di kampus kita."

"Datang saja besok sore ke gudang belakang oke? Aku akan memintanya untuk kesana juga."

"Oke."

------------------

Yunho sudah berada di dalam gudang yang dimaksud. Ruangan itu gelap, Yunho berdiri bersandar pada salah satu dinding sambil merokok. Tidak lama kemudian datang seseorang lain ke dalam ruangan itu. Seberkas cahaya dari luar menerangi sosok orang itu. Dia seperti mencari sesuatu sambil membawa secarik kertas. Yunho mematikan rokoknya, dia hanya ingin cepat menyelesaikan ini, jadi dia segera mendatangi orang itu.

"Ingin melakukannya dimana?"

"...."

"Ck. Yasudah ikut aku, aku tidak ingin berlama-lama"

Yunho meraih tangan orang itu bermaksud membawanya ke area yang lebih tertutup. Tidak ada ranjang, jadi Yunho berencana melakukannya sambil berdiri, dia tidak mau merebahkan badannya di lantai yang kotor itu. Tapi tangan Yunho segera ditepis. Orang itu lalu berbalik pergi, tapi terhenti karena pintu masuk itu tiba-tiba tertutup dan terkunci dari luar. Yunho terkekeh, pasti itu ulah teman-temannya yang takut Yunho kabur tidak menepati janji. Ruangan kembali menjadi sangat gelap.

"Tidak akan terbuka untuk beberapa waktu ke depan. Sudah ayo cepat jangan buang waktu."

Orang itu kembali menepis tangan Yunho dan mendorong badan Yunho menjauh. Yunho heran. Bukankah temannya berkata dia pelacur profesional. Yunho melangkah maju, memojokkan tubuh orang itu ke dinding, lalu mengurungnya dengan kedua tangan.

"Kenapa terus menolakku?"

"..."

"Apa kau takut aku tidak akan membayarmu? Hmh. Aku akan memberimu banyak, tenang saja."

"..."

Yunho mencoba menciumnya. Orang itu terus menghindar. Yunho menjadi tidak sabar, sehingga kemudian memaku kedua tangannya ke dinding.

"Katakan, kau mau melakukannya atau tidak?!"

"..."

Yunho tidak mendengar ada penokakan jadi Yunho melanjutkan aksinya.

"Ck. Kalau memang mau melakukannya jangan terus menghindar!"

Setelah itu Yunho melakukan segala serangan untuk merangsang kejantanannya untuk berdiri tegak. Yunho tidak dapat melihat wajah orang itu dengan jelas, tapi dia dapat mencium aroma tubuhnya, sangat lembut, seperti vanila, Yunho sangat menyukainya, jadi dia menyesap dalam-dalam ceruk leher orang itu, melepas bajunya, dan mencumbu seluruh badannya. Yunho agak kesal karena orang itu bahkan tidak mengeluarkan 1 pun desahan. Dengan segala bakat bercintanya, baru kali ini Yunho merasa gagal, dia berdecak kesal. Tapi dia tidak melakukan ini untuk kepuasan, jadi dia mengabaikan perasaannya dan segera melanjutkan pekerjaan.

Merasa sudah cukup terangsang, Yunho segera membalik badan orang itu, mencari lubang jalan masuk dengan satu jarinya, lalu memasukkan kejantanannya ke dalam situ. Lagi-lagi Yunho berdecak kesal, karena ketika kejantanannya masuk pun dia tidak mendengar sedikitpun erangan. Padahal semua wanita yang pernah tidur dengannya selalu mengerang ketika menerima ayam Yunho yang sangat besar itu. Yunho mulai berpikir pelacur ini memang benar-benar profesional atau mungkin dia maniak seks yang aneh. Yunho tidak peduli lagi, dia hanya ingin segera mencapai klimaks.

-----------

Yunho merapikan lagi celananya yang setengah terbuka. Lalu mengambil beberapa lembar uang dari dompetnya, dan menyodorkannya kepada orang itu. Tidak diambil. Yunho kemudian menyenggolkan uang yang masih dipegangnya ke badan orang itu, tapi masih tidak diambil. Jadi Yunho meletakkan uangnya begitu saja sembarangan, lalu pergi.

-------------

Yunho sedang berjalan sambil bercanda dengan temannya di lorong kampus. Tiba-tiba tubuhnya menabrak seseorang yang sedang berdiri mematung di depannya.

"Hei! Jangan berhenti di tengah jalan bodoh! Menyingkir!"

Karena orang itu tidak mau bergeser, Yunho mendorongnya supaya bisa lewat, lalu melenggang begitu saja. Tapi langkahnya terhenti ketika dia mencium aroma yang familiar. Dia menoleh, orang itu masih berdiri diam memunggungi Yunho di tempatnya. Tidak lama kemudian orang itu melangkahkan kakinya menjauh, Yunho masih menatapnya.

"Hei! Ayo cepat!"

Temannya memanggil, menyadarkan Yunho dari lamunannya yang sedang mengingat kembali kejadian 3 hari yang lalu di gudang.

"Orang yang kau kirim kepadaku kemarin dulu, siapa namanya?"

"Kenapa? Kau ingin menyewanya lagi? Hahaha"

"Ck.Aku hanya ingin tahu."

"J. Aku cuma tahu namanya J. Tidak ada yang tahu nama panjangnya. Dia mahasiswa kesenian. Dia sering membuat lukisan dan membubuhkan huruf J di lukisannya, jadi semua orang memanggilnya J. Ah dia sangat sombong, tidak pernah berbicara pada siapapun."

"Oh"

Yunho mulai penasaran dengan J, jadi dia mencari tahu keberadaan J di kampus. Dan akhirnya Yunho menemukannya. Yunho tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas waktu itu di gudang, baru sekarang dia bisa melihatnya, ternyata tidak buruk. Yunho mendengus, syukurlah dia tidak bercinta dengan orang yang jelek. 

----------------

Yunho tidak bisa tidur, perutnya lapar, jadi dia memutuskan untuk keluar jalan-jalan mencari camilan dan bir. Di tengah perjalanan, Yunho melihat seseorang yang dikenalnya keluar dari sebuah kedai. Itu J, orang yang bercinta dengannya di gudang. Yunho mengikutinya dari jauh. Sebenarnya bukan mengikuti, karena kebetulan jalan yang ingin dilalui Yunho juga searah dengannya, jadi dia menjaga jarak cukup jauh karena Yunho tidak ingin menyapa. Untuk apa mengalami situasi canggung bukan?

Yunho berjalan sambil sesekali melirik apakah orang itu masih ada di depannya. Beberapa saat berjalan, Yunho dapat melihat orang itu berbelok. Itu bukan jalan yang akan Yunho lalui, jadi Yunho menghembuskan napas lega. Yunho berjalan pelan meneruskan perjalanannya, sampai kemudian melewati belokan itu. Yunho menoleh dan berhenti sebentar, itu gang yang panjang, tapi orang itu sudah tidak terlihat, apa rumahnya disekitar situ? Tiba-tiba Yunho mendengar suara berisik seperti ketika kucing sedang berkelahi. Kemudian melihat sebuah kaleng menggelinding dari sebuah cabang gang. Apa sedang ada yang berkelahi? Yunho mulai penasaran, jiwa kepahlawanannya muncul untuk memeriksa keadaan. Jadi Yunho melangkah menuju ke arah asal kaleng tadi.

Yunho berdiri membeku di ujung gang sempit. Dia melihat J di sana. Seorang pria paruh baya sedang menggempur lubangnya dari belakang seperti yang Yunho lakukan padanya hari itu. Badan J dihimpit ke dinding, kepalanya menoleh ke ujung gang, jadi mau tidak mau mata mereka bertemu. Yunho menatap mata itu cukup lama sampai kemudian mendengus dan memutuskan untuk pergi. Ternyata benar-benar pelacur profesional yang bisa melakukannya dimanapun pikir Yunho.

Keesokan harinya saat di kampus Yunho lagi-lagi berpapasan dengan J di lorong, J membeku melihatnya, tapi kali ini Yunho juga ikut berhenti di depan J. Yunho bisa melihat ada plester di keningnya, dan sudut bibir yang agak lebam. Yunho tersenyum, lalu melanjutkan langkahnya.

"Maaf mengganggu permainan seru kalian tadi malam."

Bisik Yunho sambil melenggang pergi begitu saja. Yunho terkekeh membayangkan ternyata orang itu menyukai permainan bercinta yang kasar. 

--------------

Beberapa minggu kemudian seperti biasa Yunho berjalan-jalan mencari cemilan dan bir. Dalam perjalanannya lagi-lagi dia melihat J di depannya. Yunho terkekeh membayangkan apakah kali ini dia juga akan beruntung melihat adegan panas itu lagi. Yunho melirik ke arah gang yang dilalui J. Yunho mengernyit. Samar-samar Yunho melihat J sedang dikeroyok oleh 2 orang pria. Dengan ragu Yunho berjalan perlahan mendekati mereka. Dari kejauhan Yunho bisa melihat salah satu pria memukul J, J memberikan perlawanan dengan memukul balik, tapi pria lainnya menangkap J dari belakang dan menindihnya ke dinding, J terlihat meronta berusaha melepaskan diri tapi tidak berhasil. Pria yang menindihnya kemudian mulai melonggarkan celananya. Yunho membelalak dan mulai berlari. Yunho baru saja menyadari bahwa dia sedang menyaksikan upaya pemerkosaan.

Yunho tiba tepat waktu sebelum kejantanan pria itu menyentuh J. Yunho melayangkan tinjunya untuk menjauhkan pria itu dari J, lalu bertukar pukulan dengan mereka sampai akhirnya Yunho berhasil mengusir kedua pria itu pergi.

Yunho yang masih terengah-engah sehabis berkelahi tadi melihat heran ke arah J yang saat ini sedang berjongkok memunguti barang-barangnya yang jatuh berserakan.

"Apa kau bodoh?!"

"..."

"Kenapa tidak berteriak meminta tolong saat mereka menyerangmu?!"

"..."

"Ada banyak rumah disekitar sini! Seseorang pasti keluar kalau kau meminta tolong?!"

"..."

"Apa jadinya kalau aku tadi tidak melihatmu hah?!"

"..."

"Kenapa diam saja?! Apa kau bisu?! Katakan sesuatu!

J berdiri lalu menatap Yunho. Yunho bisa melihat mata J memerah dan berkaca-kaca, pipinya memar, sudut bibirnya pecah. Ada sedikit rasa kasihan yang muncul, tapi kemudian J berjalan pergi begitu saja meninggalkan Yunho.

"Huh. Bahkan ucapan terimakasih pun tidak!"

Yunho meludah lalu pergi juga dari tempat itu.

Dia terus-terusan mengumpat merasa pertolongannya tidak dihargai. Tapi kemudian langkahnya terhenti. Yunho teringat hari itu ketika berpapasan dengan J di lorong, dia melihat beberpa luka juga di wajahnya. Apakah itu berarti malam sebelumnya, saat Yunho melihatnya bercinta di gang, J diperkosa seperti hari ini? Yunho lalu berusaha mengingat-ingat lagi bagaimana J melihatnya saat itu ketika Yunho memergokinya bercinta. Jantung Yunho berdegup kencang, dia baru sadar jika itu adalah tatapan meminta tolong.. 

Yunho berlari mengejar J ke arah dia pergi. Yunho tidak tahu kenapa, dia hanya ingin bertanya pada J apakah dia betul-betul diperkosa hari itu? Yunho perlu tahu supaya dia tidak merasa seperti orang jahat yang membiarkan orang didepannya diperkosa begitu saja.

Yunho menyusuri jalan itu, dia tidak tahu harus kemana, dia hanya mengikuti naluri. Yah kalau memang tidak ketemu malam ini, dia bisa menanyakannya besok di kampus. Jalannya semakin melambat karena tidak kunjung menemukan J. Kemudian dia mendengar suara seorang wanita tua sedang berbicara sendiri. Yunho mengikuti sumber suara itu.

"Jaejong, kau terjatuh lagi?"

"Kasihan sekali.. lain kali lebih berhati-hatilah"

"Aku baik-baik saja, sebentar lagi aku akan masuk, hanya ingin mencari udara segar sebelum tidur."

"Ya, beristirahatlah, kau pasti lelah setelah bekerja. 

"Iya aku mengerti."

"Selamat malam juga."

Yunho terkejut melihat pemandangan itu. Dia melihat Jaejong sedang bersama dengan seorang wanita tua, mereka nampaknya sedang bercakap-cakap, tapi Jaejong menggunakan bahasa yang lain, bahasa isyarat...

Yunho segera melangkahkan kakinya mendekati wanita tua itu setelah Jaejong tidak terlihat. 

"Nenek, siapa itu tadi yang berbincang denganmu?"

"Oh itu Jaejong, dia tinggal di dekat sini. Ah dia sangat baik, hanya dia yang suka berbincang denganku. Untung saja aku mengerti bahasa isyarat karena suamiku dulu juga bisu."

Jantung Yunho seakan berhenti berdetak saat mendengar itu. Hatinya tiba-tiba terasa sakit.. Jadi.. J, Jaejong benar-benar bisu..?

---------------

Keesokan harinya Yunho berusaha mencari Jaejong, dia merasa harus meminta maaf padanya dan meluruskan sesuatu. Jika Jaejong benar-benar bisu, apakah hari itu di gudang...

Yunho mendekati Jaejong, mencoba mengajaknya berbicara, tapi Jaejong selalu menatapnya dengan tatapan yang sama seperti semalam dan pergi meninggalkan Yunho. Yunho merasa semakin merasa bersalah melihat tatapan sedih dan marah itu..

Karena tidak berhasil berbicara dengannya di kampus, Yunho mencarinya di luar, dia menunggu Jaejong keluar dari kedai tempat Yunho pernah melihatnya. Setelah seharian mengikuti Jaejong, Yunho jadi tahu kalau Jaejong bekerja di kedai itu sebagai pelayan sepulang kuliah. 

Akhirnya Jaejong keluar. Yunho segera menghampiri Jaejong, Tapi Jaejong yang menyadari kehadiran Yunho langsung pergi tidak peduli sesaat setelah melihatnya. Yunho masih mengikutinya. Dia menjadi semakin takut melihat Jaejong seperti itu. Sepertinya Yunho telah melakukan kesalahan besar padanya dan menjadi brengsek. Yunho tidak tahu harus bagaimana caranya meminta maaf, jadi dia hanya mengikuti Jaejong dari belakang.

Sesampainya di gang yang sepi, seorang pria mencoba menggoda Jaejong, Yunho yang melihat itu segera mendekat. Pria itu tidak jadi melanjutkan aksinya karena mendapatkan tatapan tajam dari Yunho yang telah berada di belakang Jaejong, Jaejong menoleh untuk mendapati Yunho berada disana. Dan lagi-lagi, Jaejong mengabaikannya.

Yunho terus mengikuti Jaejong setiap hari, di kampus, di luar, di mana saja. Yunho menjadi seperti penguntit tapi terang-terangan. Tapi berkat upaya penguntitannya itu, Yunho telah beberapa kali menggagalkan aksi beberapa pria bejat yang akan mengganggu Jaejong. Yah Jaejong memang sangat menarik, meskipun dia pria, tapi penampilannya tidak kalah mempesona dari wanita. Meskipun begitu Jaejong masih terus mengabaikan Yunho. Sampai suatu hari, tepat sebulan sejak Yunho menguntitnya, Jaejong akhirnya memberikan perhatian. Jaejong berhenti di depan gerbang rumahnya, membeku sesaat, lalu mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya. Yunho bisa melihat dari balik punggung Jaejong, Jaejong sedang menulis di sebuah papan. Kemudian Jaejong berbalik sambil mengarahkan tulisan di papan itu kepada Yunho. 

Apa yang kau inginkan dariku?

"J, maksudku Jaejong, aku.. aku ingin bertanya sesuatu.. hari itu, di gudang.. apakah aku.."

Suara Yunho tercekat, dia kesulitan melanjutkan kata-katanya. Dia bisa melihat mata Jaejong semakin memerah dan berkaca-kaca hingga air mata bisa jatuh kapan saja. Tidak perlu bertanya lagi, dengan melihat tatapan Jaejong saja Yunho bisa menyimpulkan.. dia telah melakukannya, hari itu di gudang.. dia memperkosa Jaejong... Teman-temannya mungkin telah menjebak Jaejong untuk datang ke gudang..

"Jaejong.. maafkan aku.. aku tidak tahu kalau kau.."

Yunho mengulurkan tangannya ingin menyentuh Jaejong, tapi Jaejong segera mengambil 1 langkah mundur menghindarinya. Hati Yunho menjadi semakin sakit, dia telah melukai Jajeong berkali-kali.. Sial, dia sangat brengsek.. Yunho mengepalkan tangannya dan mengumpati dirinya sendiri.

"Maafkan aku Jaejong.. Maafkan aku atas semuanya.. Hari itu di gudang.. Malam itu di gang.. Maafkan aku.. andai aku tahu kalau kau--- Aku tidak akan membiarkan orang itu melakukannya padamu.. Aku tidak akan membiarkan diriku melakukannya padamu.. Maafkan aku.. aku sangat brengsek.. Maaf atas semua perlakukan dan kata-kataku padamu..  Jaejong kau boleh menghukumku.. kau ingin memukulku? Silakan, pukul aku!"

Yunho mengatakannya dengan mata berkaca-kaca, dia benar-benar menyesal.. dia benar-benar berharap Jaejong mau menghajarnya sampai dia babak belur.. dia pantas mendapatkannya..

Air mata Jaejong mulai jatuh, tubuhnya bergetar meremat papan di tangannya. Jaejong tidak tahan lagi, dia melemparkan papan itu ke arah Yunho lalu masuk ke dalam rumahnya. Di balik pintu rumahnya yang saat ini sudah tertutup, Jaejong berjongkok dan menangis sejadi-jadinya, tapi tetap tidak ada suara yang terdengar. Suaranya telah benar-benar hilang 12 tahun yang lalu saat kecelakaan itu menimpanya. Kecelakaan mobil yang merenggut nyawa kedua orang tua dan pita suaranya. Hanya dia yang selamat. Sejak saat itu dia hidup dalam kesunyian. Tidak ada sanak saudara yang bisa merawatnya. Dinas sosial ingin mengirimnya ke panti asuhan, tapi Jaejong tidak mau, dia memilih untuk mengurus dirinya sendiri di rumah peninggalan orang tuanya. Beruntung orang tuanya tidak memiliki hutang, mereka bahkan meninggalkan sejumlah uang tabungan, sehingga Jaejong bisa menggunakan uang itu untuk menyambung hidupnya dan terus bersekolah. Jaejong sangat pandai sejak kecil, jadi dia selalu bisa memperoleh beasiswa di studinya. Tapi uang tabungan itu tidak bertahan selamanya, jadi Jaejong harus mulai bekerja untuk mendapatkan uang sendiri. Dia bekerja parttime apa saja yang dia bisa, tukang masak, tukang antar, pelayan, dia sudah punya banyak pengalaman bekerja. Jaejong sengaja tidak menunjukkan kalau dia bisu, hanya jika benar-benar diperlukan, karena dia pernah bertemu seorang bajingan yang memanfaatkan kekurangannya.

5 tahun yang lalu, saat dia masih di bangku sekolah menengah, seorang guru yang mengetahui kondisi Jaejong melecehkannya di sekolah, itu terjadi beberapa kali. Jaejong tidak bisa melawan, dia mengalami perkosaan untuk pertama kalinya saat itu. Dia selalu kalah saat berusaha melawan. Saat dia mengadu, tidak ada yang mempercayainya, tidak ada yang mendukungnya, dia tidak punya bukti, tapi dia masih ingin bersekolah.. jadi Jaejong hanya bisa terus berusaha melawan semampunya sampai akhirnya dia lulus. Sejak saat itu dia tidak pernah mengumbar kekurangannya kepada orang lain.

Semakin hari Jaejong tumbuh menjadi semakin mempesona. Tidak jarang dia menerima gangguan dari orang bejat saat di jalan. Kemudian tahun lalu, Jaejong lagi-lagi mengalami pelecehan seperti saat di bangku sekolah. Jaejong kalah saat berusaha melawan, sehingga akhirnya seorang pria paruh baya berhasil memperkosanya di sebuah gang. Ada beberapa orang yang melihat saat itu, tapi mereka diam saja, persis seperti yang Yunho lakukan. Mereka semua mengira Jaejong tidak diperkosa karena dia tidak berteriak meminta tolong. Jaejong hanya bisa menangis dan berteriak dalam diam. Dia sangat kecewa pada semua orang. Tidak ada yang pernah menolongnya. Kadang perkosaan itu tidak sampai terjadi. Jika orang yag menyerangnya tidak terlalu kuat, Jaejong bisa menang melawannya, paling-paling dia hanya terluka, tapi paling tidak dia bisa menjaga harga dirinya.

---------------

Keesokan harinya Jaejong tidak lagi melihat Yunho menguntitnya, tapi wanita tua di dekat rumahnya memberikan sebuah papan tulis baru kepada Jaejong, berkata bahwa seseorang menitipkannya untuk Jaejong. Jaejong tahu itu pasti dari Yunho. Dia hanya menyimpannya di dalam tas.

Beberapa hari kemudian ada seseorang pria yang menggodanya. Jaejong berusaha menghindar. Tapi kemudian pria itu kabur dengan sendirinya setelah melihat sesuatu. Jaejong heran lalu melihat ke belakang. Tidak ada apa-apa, Jaejong kembali melanjutkan perjalanannya. Hal serupa terjadi beberapa kali sejak itu, pria-pria bejat yang mengganggunya selalu pergi begitu saja setelah melihat sesuatu, tapi Jaejong tidak tahu apa itu karena dia tidak melihat apapun ketika menoleh ke belakang. Sampai suatu ketika wanita tua itu menyapa Jaejong.

"Kenapa kau tidak pernah mengundang temanmu masuk nak?

'Teman siapa maksud nenek?'

Jaejong bertanya dengan bahasa isyarat.

"Pria muda yang selalu berdiri di depan rumahmu setiap malam, yang memberimu papan tulis itu."

'Dia selalu melakukan itu tiap malam?'

"Ya, hanya sebentar, lalu pergi. Kukira dia datang bersamamu karena selalu muncul setelah kau masuk ke dalam rumah."

'..... terima kasih nek, aku masuk dulu. Jangan tidur terlalu malam, tidak baik untuk kesehatanmu. Selamat malam nek.'

"Iya, aku mengerti, selamat malam juga."

Jaejong masuk ke dalam rumahnya.

Lalu seperti yang kata nenek itu bilang, tidak lama kemudian Yunho muncul lalu berdiri di depan rumah Jaejong. Menatapnya sebentar lalu----

Jaejong muncul dari bali tembok pekarangannya. Yunho sangat terkejut ternyata Jaejong belum benar-benar masuk, tapi malah bersembunyi di situ. Mereka membeku untuk beberapa saat. Jaejong kemudian menulis sesuatu di papan.

Terima kasih.

'Sama-sama.'

Yunho tersenyum sambil menjawabnya dengan bahasa isyarat.

Jaejong mengernyit.

'Kau bisa bahasa isyarat?'

'Sedikit, baru belajar.'

'Kenapa mempelajarinya?'

'Supaya bisa berbincang denganmu.'

Jaejong tersenyum. Yunho baru tahu jika Jaejong sangat manis saat tersenyum. Yunho menjadi sedikit gembira karenanya. 

'Kau ingin mampir?'

'Tidak, terima kasih, aku akan pulang.'

'Baiklah, hati-hati.'

'Aku mengerti, sampai jumpa.'

'....sampai jumpa.'

---------------

Keesokan harinya Yunho menunggu di depan kedai tempat Jaejong bekerja, dia tidak lagi bersembunyi karena Jaejong telah memergokinya.

'Sedang apa di sini?'

'Hanya lewat.'

'Tidak perlu mengikutiku lagi.'

'Kebetulan tujuanku searah denganmu.'

'....'

Hal itu dilakukan Yunho setiap hari, Jaejong sudah menyerah melarangnya, jadi dia hanya membiarkannya saja, lagipula itu memberinya manfaat, tidak ada lagi yang mengganggunya. Lama kelamaan mereka jadi semakin dekat, Yunho sering mampir ke rumah Jaejong sekarang, tidak hanya di malam hari, terkadang sepulang kuliah Yunho juga menemani Jaejong pulang dan mampir setelahnya. Jaejong juga menjadi semakin terbuka kepada Yunho. Mungkin dia telah memaafkan Yunho.. ntahlah..

"Jae, kenapa tidak pernah menggunakan papan untuk berbincang dengan teman-teman di kampus?"

'Mereka tidak cukup sabar untuk menungguku menulis.'

Yunho menghela napas panjang, membayangkan beratnya hari-hari Jaejong tanpa teman.

"Luka-luka di tanganmu..."

Yunho menyentuh bekas-bekas luka di pergelangan tangan Jaejong. Jaejong segera menariknya. Yunho bisa menerka dari mana bekas luka itu berasal. Yunho sudah tahu tentang masa lalu Jaejong, Yunho juga tahu apa yang dialaminya sebelum mereka berteman.. Jaejong mungkin sudah beberapa kali berusaha bunuh diri..

Yunho segera menarik tangan Jaejong lalu mendekap tubuhnya. Jaejong meronta ketakutan.

"Aku tidak akan menyakitimu.. tenanglah.. aku hanya ingin memelukmu.. jangan takut.."

"....."

"Jae, aku akan selalu melindungimu mulai sekarang.."

"....."

"Aku tidak akan membiarkanmu merasa ketakutan lagi, apa kau percaya padaku?"

"..."

Jaejong mengangguk. Yunho tersenyum melihatnya, lalu mengecup bibir Jaejong. Yunho melepas kecupannya untuk melihat reaksi Jaejong. Jaejong membeku dan wajahnya memerah, tapi dia tidak menolak.. Yunho tersenyum lalu menautkan bibir mereka lagi. Kali ini Jaejong membalas ciuman itu. Jaejong menutup matanya dan menitikkan air mata, akhirnya dia menemukan seseorang yang akan melindunginya.

END.

******