webnovel

PERTAMA

"Apa kau sudah memutuskan mau melanjutkan sekolah dimana?"

Aku yang tadinya lagi menikmati sarapan pagi, harus menoleh karna mendengar pertanyaan yang di lontarkan oleh Ayahku. Padahal aku sedang tidak ingin membahas masalah sekolah dulu, lagi menikmati masa bebas setelah kelulusan. Aku tidak menjawab pertanyaan Ayah, menurutku itu bisa di bicarakan secara baik-baik bila tiba saatnya nanti.

Ayah menutup koran dan meletakkannya di samping gelas kopi. Matanya mulai menatapku, menunggu jawaban yang mungkin membuatnya harus memikirkan masa depanku kelak karna aku anak kesayangan keluarga Choi, pendidikanku harus yang terbaik.

Enam belas tahun adalah usia yang cukup muda untuk menikmati kehidupan sebelum beranjak dewasa di mana fase akan berganti. Aku ingin menikmati masa-masa kebebasan sebelum sebuah tugas berat menanti di sepanjang jalanku sebelum menemukan seseorang yang dapat membuatku bahagia.

Melepaskan masa mudaku hanya untuk memikirkan aku harus masuk mana dengan jurusan apa? Itu sudah membuatku frustasi dan stres, baru saja terbebas dari penjara pendidikan kini harus kembali lagi masuk kedalamnya. Aku hanya membutuhkan waktu untuk menfress kan otakku kembali sebelum ia kembali bekerja.

"Belum tau Ayah mau masuk ke sekolah mana. Aku belum memikirkan sampai kesana." Aku menjawab pertanyaannya.

"Jangan bohong. Bukankah, kau sudah punya rencana jauh-jauh hari sebelum hari kelulusanmu tiba. Kau sudah memikirkan sekolah mana yang menjadi targetmu."

Aku cukup kaget dengan perkataan Ayah. Bagaimana ia mengetahui semuanya kalau aku sudah merencanakan semuanya dari jauh-jauh hari. Apa dia diam-diam datang ke kamarku hanya untuk menguping pembicaraanku atau dia sengaja pasang sesuatu alat misterius untuk memata-mataiku. Bukankah itu sangat licik.

"Hm, itukan saat aku masih anak-anak dulu. Jangan di ungkit lagi." Aku memasukkan makanan kedalam mulutku dan mengunyahnya dengan kasar, saat ini aku sedang kesal.

"Sudahlah Yah, jangan maksa Sena untuk menentukan pilihan. Dia kan baru saja lulus, kasih dia ruang untuk bernapas." Seorang wanita berparas cantik datang menghampiri dengan membawa semangku sop ayam dan meletakkannya di atas meja. Lalu tangan lembut itu mengelus kepalaku. "Kalau sudah waktunya baru di bicarakan. Pelan-pelan saja Yah..."

Aku langsung memeluk pinggang Ibu dengan manja. "Benar apa yang di katakan Ibu. Aku butuh ruang untuk bergerak dan bernapas." Aku langsung mengiyakan ucapan Ibu.

Ayah menghela napas, sepertinya ia sudah di kalahkan oleh dua wanita di rumah ini.

"Baiklah, Ayah akan memberikan waktu untukmu." Ucap Ayah dan itu membuatku senang. "Tapi... kalau sudah saatnya kau harus benar-benar mendengarkan ucapan Ayah. Mengerti." Ucap Ayah tegas dan aku langsung mengangguk, mengerti.

Dan akhrinya percakapan ini berakhir dengan kepergian Ayah ke kantor dan juga Ibu. Mempunyai orang tua yang serba sibuk sangatlah tidak mengenakan, setiap hari di tinggal pergi bekerja. Dan bahkan mereka tidak punya waktu untuk menemaniku di rumah hanya sekedar untuk ngobrol saja, waktu mereka banyak di habiskan di kantor.

Ayahku seorang presdir direktur Shine Appelo, sebuah perusahaan mobil yang terbesar di eropa dan bahkan kami mempunyai 4 cabang di setiap negara termasuk korea. Sedangkan Ibuku adalah seorang desainer ternama di kota Roma, bahkan dia mempunyai perusahaan modeling.

Di dalam kesendirianku di rumah sebesar ini, aku hanya duduk nonton tv, makan popcron, dan minum jus jeruk. Tidak ada yang bisa aku lakukan, kegiatanku benar-benar membosankan. Jika dulu aku punya banyak kegiatan di luar rumah, sekarang malah membosankan.

Apanya yang kebebasan, ini lebih tepatnya karantina diri sendiri. Aku mendengus kasar sambil mematikan tv, meletakkan remote di meja dan berjalan pergi.

TRING!!!

Langkah kakiku terhenti saat benda persegi panjang berwarna hitam mengeluarkan bunyi. Aku merogoh saku celana dan mengambilnya, sebuah notifikasi Line muncul ketika aku menyalakan ponselku.

Maria.

Aku membaca nama pengirimnya, ternyata itu Maria teman sekolahku yang mengirim pesan Line. Aku menekan aplikasi Line dan membaca pesan Maria.

"Hai, apa kabar?"

Aku tersenyum dan langsung membalas pesannya.

"Kabarku baik. Kalau kau gimana kabarnya?"

Gak butuh waktu lama, Maria langsung membalas pesanku.

"Kabarku baik. Gimana, apa kau sudah menentukan akan masuk SMA mana?"

Aku menghela napas membaca pesan Maria yang membahas soal sekolah. Baru juga di bicarakan dengan Ayah sekarang malah Maria yang ngebahas.

"Aku belum memikirkan soal itu, masih pusing mau masuk SMA mana? Yang jelas untuk beberapa hari ini aku masih ingin menikmati kebebasanku dulu. Kalau kamu sudah menentukan pilihan mau masuk SMA mana?"

Aku memberikan pertanyaan untuknya. Cukup lama juga dia membalas pesanku, aku menunggu balasannya sambil mendengarkan musik.

Dia mengirimkan sebuah foto. Aku membuka dan gambar sebuah sekolah terpajang di layar ponselku.

"Meio School". Batinku saat membaca nama besar yang ada di bangunan sekolah. Jadi dia telah menentukan akan masuk SMA MEIO SCHOOL.

"Bagaimana menurutmu?"

Dia minta pendapatku tentang MEIO SCHOOL. Apa yang bisa aku katakan sekarang.

"Bangunan yang sangat bagus. Apa kau akan masuk ke sana?"

"Iya. Aku berencana akan masuk SMA SOPA. Apa kau tidak ingin masuk kesana?"

Kedua mataku terbelalak membaca pesan di akhir kalimat Maria. Kenapa dia malah mempertanyakan soal ini padaku.

"Belum tau... Ah, aku masih ingin menikmati masa liburanku dulu. Jika sudah waktunya aku akan mempertimbangkan mau masuk SMA mana."

Dia hanya mengirim sebuah emoji yang mungkin sangat aku benci hanya untuk mengejekku.

"Jangan terlalu lama memikirkannya nanti terlambat."

"Aku tau soal itu."

Tidak ada balasan dari Maria, mungkin saja dia sedang sibuk dengan urusannya atau sedang jalan-jalan bersama keluarganya. Siapa yang tau.

"Aku doakan agar kau cepat menentukan pilihan."

Aku tersenyum membaca pesannya.

"Iya, aku juga mendoakan agar kau di terima di SMA SOPA."

"Amin. Oh, ya. Apa kau di undang oleh Nicole?"

Dahiku mengkerut. Aku menunjukan ekspresi bingung dengan pertanyaan Maria. Nicole? Memangnya Nicole mau mengadakan pesta apa. Pesta kelulusan atau pesta kemenangan karna ia di terima di salah satu SMA ternama di Italia.

"Tidak. Memangnya dia sedang mengadakan pesta apa?"

"Ulang tahunnya. Ku dengar pestanya akan di rayakan di kapal pesiar. Semua alumi di undang, ku pikir kau tau tentang undangan tersebut."

"Tidak. Aku tidak mengetahui apapun. Kau juga di undang?"

"Hahahaha... Sejak kapan princes mau berteman dengan rakyat jelata seperti aku. Kalau di undang pun pasti akan menjadi bahan bullyan saja.

Aku tertegun dengan ucapan Maria. Memang benar yang di katakan Maria, pasti akan menjadi lebih parah. Sejak masih sekolah, Maria adalah satu-satunya murid yang sering kali di bully sama Nicole dan kawan-kawannya hanya karna Maria adalah anak penjaga sekolah.

Perbedaan kasta yang membuat Maria selalu menjadi bahan bullyan teman-teman sekolah.

"Hahahah... Apa hebatnya pesta di kapal pesiar, nanti juga pada tersapu ombak."

Aku mencoba untuk menghibur Maria dengan mengatakan hal-hal yang lucu agar dirinya tidak memikirkan soal pesta kapal pesiar tersebut. Sebenarnya aku di undang khusus oleh keluarga Nicole, mengingat Ayah Nicole adalah maneger di perusahaanku, otomatis Ayahnya Nicole pasti akan mengundang keluarga kami bahkan kami adalah tamu VIP.

Dan, chat kami pun terputus. Aku menghempaskan tubuhku di sofa sembari menghela napas. Undangan kapal pesiar, Ayah memang mengungkit soal itu kemarin pagi tetapi aku tidak tau kalau Ayah Nicole yang mengundang kami. Dan dengan bodohnya aku malah menjawab ia saat Ayah mengajakku karna ku pikir itu pesta anak teman Ayah, ternyata...

Aku mengambil ponsel dan menekan Googel disana, menekan 4 huruf dan semua informasinya pun keluar bahkan gambarnya juga. Aku membaca setiap artikel mengenai MEIO SCHOOL dan itu membuatku tertarik, ternyata MEIO SCHOOL adalah sekolah terbaik di Korea dan para aluminya banyak yang menjadi artis atau pun penyanyi k-pop.

Apa sebaiknya aku mendaftar disana? Biar satu sekolah dengan Maria, kan enak punya teman lama di sekolah baru. Pada akhirnya aku menetapkan hati untuk melanjutkan sekolah di Korea. Aku mendowload salah satu gambar dan mengirimkannya kepada Ayah. Dan gambar pun terkirim.

TRING!!

Tidak perlu menunggu lama, Ayah sudah membalas pesan Line ku dan coba kita lihat reaksi Ayah soal sekolah MEIO SCHOOL.

"Nanti kita bicarakan, Ayah lagi sibuk."

Yah, selalu saja seperti ini sibuk dan sibuk padahal tinggal balas 'sekolahnya bagus, apa kau ingin mendaftar disana? Ayah akan bicara dengan kepala sekolahnya agar kau di terima disana.' Gampang kan, gak perlu susah-susah. Bodohnya aku banyak berharap kalau Ayah akan merespon semuanya, ternyata pekerjaan lebih penting dari pada masa depan anaknya. Keluarga macam apa ini yang kau berikan kepadaku.

"Hallo, aku ingin kau mencari tau tentang sekolah SOPA. Kalau ada informasinya segera kabarin aku. Baik, terima kasih."

=BERSAMBUNG=