webnovel

Sang Luna Yang Beruntung

Kisah cinta Verona, seorang wanita yang dikutuk dengan penderitaan selama sisa hidupnya, Anderion, seorang Alpha dari Pack Revo yang jatuh cinta padanya, di mana Verona menjadi Luna bagi Anderion. Belbatom, yang bertemu Verona dan jatuh cinta, mencoba merebutnya dari Anderion. Mereka tidak saling berkelahi melainkan menjadi sahabat yang memperjuangkan satu cinta, berbagai cara dilakukan Anderion dan Belbatom untuk membuat hati Verona jatuh cinta pada mereka. Namun jalan mereka tidak selalu mudah, terkadang lika-liku cinta harus mereka lalui, dimana mereka berdua bersaing sehat untuk mendapatkan Verona, gadis yang diberi kutukan. Sebuah takdir, atau kerja keras yang akan menentukan cinta itu sendiri? Menjadi pertanyaan untuk mereka masing-masing, dan mereka mencari jawabannya dalam cerita yang mereka susun.

DM_Karim · Fantasía
Sin suficientes valoraciones
21 Chs

Tempat Yang Belum Ku Temui

Ku dapati sebuah kedai yang cukup menarik perhatianku, dimana diriku melihat seorang kakek tua renta yang menjual minuman, kebetulan sekali aku pun sedang haus karena jalanku yang cukup jauh dan juga panjang, membuatku merasa akan sebuah hal yang sangat membuatku mengetahui kalau ada sesuatu dengan Melva yang tidak bisa dia ceritakan kepada diriku.

Ku pesan minuman yang hangat, ku dapati kakek ini sedang membuatkan minuman untukku. Rasanya benar-benar nyaman dan nikmat sekali ketika aku meneguk beberapa tegukan, sebuah kursi kayu yang panjang, dan di kelilingi oleh perkebunan yang tampak sejuk di mata, terasa seperti lelah ku hilang seketika.

Sejenak membuatku lupa akan tujuanku, "Oh iya aku kan harusnya mencari Melva," Gumamku dan hendak untuk mencari Melva kembali.

Dimana aku bisa menemukannya kembali, pikirku sejenak, dalam lamunan ketika mengingat-ingat percakapannya ketika makan malam bersama dengannya, membuatku merasakan kehangatan, terasa nyaman dan sangat ku nantikan, waktu-waktu bersama dengan Melva, makan malam, berjualan bersama, memasak makanan yang akan kami jual dan sebagainya.

Bagiku Melva merupakan temanku sejak kecil yang paling berharga, karena dari sejak kecil kami yang di asuh oleh seorang kakek dirumah kami dan kami di tinggalkan begitu saja, namun aku dan juga Melva selalu bersama menemani hari kami dan juga membuat diriku merasa sebuah kebersamaan yang begitu indah ketika aku bersama dengan dirinya saat ini, dan saat aku mulai untuk bisa melakukan sebuah hal secara bersama-sama.

"Tolongg…..!!!" Jerit seseorang merintih ketakutan.

Dengan refleks aku pun segera menaruh minumanku dan membayarnya, "Untuk apa ini?" Ucap kakek tua yang menerima uang dari diriku.

"Untuk membayar minuman yang anda berikan pak" Ucapku kepadanya sambil memberikan uang untuk memberikan kepadanya.

"Apa aku terlihat seperti seorang pedagang" Lanjutnya yang mengatakan kepada diriku.

"Loh memangnya bapak ini tidak berdagang minuman?" Tanyaku yang sedikit bingung dengan apa yang dia katakan.

"Aku memberikannya secara gratis bagi siapa saja yang kehausan" Jawab kakek tersebut penuh senyum dan kebahagiaan kepada diriku.

"Kamu ingin menolong orang yang tadi menjerit? Apa kamu tahu siapa dan dimana dia?" Kata kakek tua itu kembali.

"Aku tidak tahu dimana, bahkan aku juga tidak tahu siapa dia, namun bila kita ingin menolong kita tidak perlu tahu asal muasal orang tersebut bukan?" Kataku kepada kakek tersebut.

"Tentu saja, sebab itulah yang namanya manusia, kita tidak perlu alasan untuk menolong seseorang, namun untuk menyakiti seseorang kita pasti butuh alasan" Katanya tersenyum kepadaku.

"Kalau begitu cepatlah kamu cari dan menolongnya, mungkin saja dia membutuhkan bantuanmu sekarang, sepertinya suaranya ada di belakang rumah ini, dan dia tidak begitu jauh dari sini" Ucap kakek tersebut yang mengarahkan diriku dan juga membuatku mengetahui dimana keberadaannya.

"Kalau begitu terima kasih," Ucapku sambil tersenyum dan menatap ke arahnya, ku lihat ketulusannya dalam membantu dan juga sangat baik, meskipun ini pertemuan pertama diriku dengannya namun dia seperti Ander dan Belbatom yang tidak memandang fisikku, atau juga tidak terlalu mempermasalahkan bau amis yang melekat di tubuhku, baginya mungkin aku seperti seorang anak remaja pada umumnya.

Aku pun pergi dari tempat kakek tersebut membagikan minuman, ada juga beberap potong roti yang dia bagikan kepada orang-orang yang lewat, entah mengapa dia membagikannya secara Cuma-Cuma, aku pun tidak mengerti akan hal itu, namun seperti katanya, untuk menolong seseorang kita tidak butuh alasan.

Dengan segera ku cari suara yang tadi, tidak ku dapati lagi suara orang yang berbisik saat itu, aku tidak menemukan suara yang terdengar keras seperti sebelumnya, membuatku berpikir apa yang terjadi, apakah ini sebuah kasus kriminal, atau ada sesuatu hal lain yang terjadi.

Sambil berlari ke belakang rumah yang cukup luas, pekarangan yang ditanami berbagai macam bunga, dengan sebuah pohon yang tinggi menjulang, tidak hanya satu pohon saja, bahkan di sepanjang jalannya banyak pohon tinggi dan besar, membuat suasana di sekitarnya tampak sangat nyaman sekali.

Membuat orang-orang yang lewat terpesona dengan keindahan mata yang memandang sekitar, begitu indah dan menebarkan bau yang begitu harum, aku pun merasa akan sebuah suasana sejuk dan damai, seperti terhipnotis akan sebuah keadaan, aku pun menjadi tidak tahu mengapa aku ke sini.

Terlihat di depan sana sosok laki-laki dengan jubah hitam yang menunggu diriku, aku hampir melihat wajahnya, langkahku semakin pelan, oh ada apa denganku, apa aku kelelahan karena berlari seharian, aku jadi tidak tahu apa yang terjadi, membuatku ingin mengetahui ada apa ini.

Mataku mulai pudar seperti melihat bayang-bayang yang semua, pandanganku perlahan mulai kabur dan tidak menentu, langkah kakipun semakin berat, kepalaku menjadi pusing.

"Aduh rasanya begitu aneh" Gumamku dalam sebuah pemandangan yang indah dan sejuk, namun begitu membius, membuat gerakanku menjadi tidak menentu dan aku pun menjadi sosok yang tidak berdaya di hadapan sebuah tempat yang tidak pernah ku kunjungi sama sekali, apa yang sedangku lakukan di sini sebenarnya.

Perlahan dan pasti, ketika aku terjatuh, ku lihat sosok laki-laki yang begitu misterius, dengan jubah hitam dan badan yang besar membuatku terasa takut, namun aku tidak dapat melakukan apapun lagi saat ini, karena bagiku sudah tidak mengerti dengan apa yang saat ini terjadi.

Ah sudahlah, mungkin ini salahku yang tidak begitu mengerti tentang dunia ini yang ternyata kejam, tapi mau bagaimana lagi aku pun sudah pasrah dengan keadaan diriku yang sudah lemas tidak berdaya, ingin ku berteriak namun aku tidak bisa, berlari pun aku tidak mampu, bahkan untuk berdiri dengan kedua kakiku kembali juga sudah tidak sanggup sama sekali, saat ini apa yang akan terjadi kepadaku, akan ku pasrahkan semuanya.

Aku sudah tidak memiliki kekuatan sama sekali untuk bisa lagi melakukan sesuatu yang bisa aku lakukan, saat aku akan memejamkan mataku, terdengar suara pertarungan yang aku sendiri sudah tidak bisa untuk mengetahui apa yang terjadi.

Kali ini aku pun tertidur, pingsan atau mungkin kelelahan aku sendiri juga tidak tahu apa yang terjadi, namun setidaknya aku ingin untuk memberikan sesuatu yang terbaik sebisa mungkin, dan kali ini akupun dapat untuk melakukan sebuah hal yang sangat ingin untuk bisa aku lakukan, namun aku tidak berdaya, begitu lemah dan payah.

Sulit sekali rasanya menjadi diriku yang serba kekurangan ini, tapi aku tidak pernah menyesal dilahirkan dan dibesarkan, karena meskipun hanya sedikit kutemui orang-orang yang baik kepadaku, namun aku tahu mereka yang ada di dekatku merupakan orang-orang yang tulus dan mencintaiku apa adanya, karena dengan kekuranganku aku melihat, mata yang indah dalam memandang, kata-kata jujur tanpa kebohongan, dan sebuah perjalanan yang begitu menyenangkan ketika bersama dengan mereka.

Aku yang saat ini tanpa pengetahuan yang mendalam, yang datang ketempat yang tidak aku ketahui, membuatku belajar, belajar tentang sebuah keberanian, dan belajar tentang sebuah pengambilan keputusan, semua ini adalah bentuk diriku untuk mencoba mencari seseorang yang setia menemaniku selama dua puluh tahun lebih, seorang sahabat, saudara, bahkan sosok ibu yang aku temui pada dirinya, sebuah keluarga yang melebihi harta karun sebesar apapun.

Aku tidak bisa berbuat banyak, karena aku pun saat ini tidak berdaya dengan keadaan, lemahnya fisikku membuatku harus tumbang dan tidak berdaya, namun akan aku lakukan semaksimal mungkin untuk bisa bertemu dengan Melva kembali.