webnovel

01 Accident One Night Stand

"Akh."

Claris meringis. Sakit tepat di selangkangan. Mata claris membulat. Noda darah di ranjang seolah mengejek. Bahwasanya ia tak bisa menjaga kehormatan sebagai perempuan.

Tak peduli sakit di pusat tubuh, Claris pergi. Tempat kosong di sampingnya lebih menyakitkan hati Claris. Ia ditinggal setelah diunboxing.

***

Di sisi lain, pada ruang tak begitu jauh, Javier terbangun. Kepala terasa berputar-putar. Satu-satunya hal yang Javier tahu ia mabuk dan berakhir di ranjang.

"Sayang sekali aku mabuk. Pengalaman seperti ini biasanya jarang aku lewatkan. Bagaimana desahan perempuan itu ya?"

Javier mengangkat bahu acuh. Bahkan noda darah di atas ranjang tak ia perhatikan. Fokus Javier tertuju pada sahabat yang ia ajak ke tempat laknat bernama club.

***

Plak!

Wajah Javier menyamping. Barusan ia ditampar sahabatnya. Javier maklum. Mabuk pertama kali sekaligus buat kesalahan bukan sesuatu yang mudah diterima seorang perfeksionis seperti Claris Arsen.

"Hehehe, sorry. Risiko minum kan memang mabuk," ujar Javier bodoh, lengkap dengan wajah polos.

"Kau tahu yang menimpaku gara-gara minuman sialan itu?"

"Apa?"

Claris mendengus. Tak dapat ia cegah, air mata mengalir keluar. Javier tahu, ada yang tak beres.

"Hey ada apa?" Javier mendekat. Tangan hendak memegang pipi sahabatnya.

"Kita sama-sama mabuk dan aku terjebak one night stand." Di akhir kalimat Claris makin banyak air mata yang keluar.

Kaku bukan untuk marah-marah, sudah pasti Claris pulang duluan. Mereka datang ke club memakai mobil masing-masing.

"Wah, kita sama dong," celutuk Javier. Sedetik kemudian mata elang Javier membulat. Javier menangkap masalah besar.

"What!?"

Otak Javier berproses. Terlintas wajah ibu Claris yang katanya galak. Melihat sikap keras kepala, kepribadian dan sikap Claris, di bayangan Javier, ibu Claris mirip monster. Aslinya, Javier bahkan belum pernah bertemu dengan Mrs Arsen.

"Aku harus bagaimana? Mom pasti marah."

Claris menutup wajah dengan tangan. Isak tangis mulai terdengar menyayat hati. Claris mendongkrak, ia menatap Javier nyalang.

"Gara-gara kamu Javier. Kalau kamu tidak merayuku ku ke club, aku tak akan berakhir begini."

"Ya sudah, biar aku tanggung jawab. Terlepas kamu hamil atau tidak Claris, aku akan bertanggung jawab atas kamu."

Atensi Claris teralihkan, dari yang awalnya meratapi nasib berubah menatap nyalang Javier. Intensitas tatapan tajam tersebut makin bertambah.

"Yang terjadi sekarang, kita berdua salah."

Napas Javier tercekat, tiba-tiba Claris menarik kerah bajunya.

"You hear me Javier Yunan. Tanggung jawab apapun ucapan Mom."

Niat awal Javier membiarkan Claris, tapi lama-kelamaan oksigen mulai sulit masuk ke paru-paru. Javier tak punya pilihan lain selain melepas paksa cengkraman kuat Claris padanya.

"Aku brengsek. Aku tahu dan mengakui semuanya. Kau lihat saja, potong kepalaku kalau aku tidak bertanggung jawab," pungkas Javier.

Claris kembali menunduk. Ia ingat harus pulang cepat.

"Aku mau pulang," ucap Claris. Perasaannya tidak kunjung membaik, tapi setidaknya Javier mau bertanggung jawab.

"Hey, kau ikut aku. Soal mobilmu biar asistenku yang mengurusnya."

Mata Claris bergerak gelisah. Ia takut. Amarah ibunya sangat tak boleh dianggap main-main. Javier tahu kekhawatiran Claris, tapi ia hanya tak tahu harus melakukan hal seperti apa.

Seumur hidup, belum pernah Javier merasa sebodoh itu sebelumnya.

"Matilah aku. Mrs Arsenia galak," gumam Javier dalam hati. Meski apapun itu, Javier bertekad ia tak akan lepas tangan. Rayuan maut Javier membawa mereka dalam perkara besar.

***

Keduanya sampai di kediaman Arsenia. Jantung Javier berdetak cepat. Baru pertama kalinya ia pergi ke rumah Claris. Well, Claris dan Javier rekan kerja. Claris CEO Arsen Corp sedangkan Javier CEO Yunan Corp.

Pertemanan mereka dimulai dari pertemuan kerja sama. Awal berjabat tangan hingga berlangsung sampai saat itu, di bawah kalimat sahabat baik.

Langkah Javier mulai goyah. Rumah Arsen megah namun memancarkan aura dark. Baru selangkah masuk, kedatangan Javier dan Claris disambut wajah datar Mrs Arsen. Nyali Arsen sedikit surut.

"Dari mana saja kamu, Cla?"

Javier berdehem. Sekilas, matanya beradu pandang dengan milik Mrs Arsen. Benar bayangan Javier mengenai Mrs Arsen, perempuan paruh baya itu menyeramkan!

"Selamat pagi Mrs Arsen."

"Aku tidak bicara denganmu. Aku bertanya dengan puteriku."

Kicep, diam dan terpaku. Seumur hidup, baru kali itu Javier mati gaya. Masalah apapun, Javier sikapi dengan tenang. Sisi yang membedakan Javier dengan yang lain adalah, Javier punya selera humor dark.

"Maaf Nonya, saya tidak bermaksud."

Mrs Arsen menatap datar. Ia tak memperdulikan Javier.

"Jadi Cla, kamu dari mana?"

"Aku dari... Club."

Javier berdehem. Ia menunduk dalam menunjukkan rasa penyesalan yang mendalam. Setelah itu, Javier menatap Mrs Arsen tepat di matanya.

"Kau..."

"Maaf Mrs aku...."

Plak!

Tamparan ke dua. Javier maklum. Ia pantas mendapat pukulan.

"Enyah dari hadapanku!"

Suara Mrs Arsen menggema di ruang besar nan megah. Pas sombong seperti pemilik tempat tinggal.

Tangan Javier mengepal. Wajahnya yang menunduk menatap serius. Dalam sekali tarikan napas, Javier berucap. "Cla dan aku mabuk di club. Kami tidak sadar. Aku dan Cla melakukan hubungan intim dan aku ingin bertanggung jawab atas perbuatanku. Aku, Javier Yunan ingin melamar anak Anda."

Mrs Arsen menatap nyalang Claris, yang ditatap punya rasa malu dan bersalah hingga menunduk dalam. Hati dan pikiran Claris berontak. Javier tak bohong. Setelah dapat satu tamparan, lelaki itu bicara lantang selayaknya lelaki sejati bertanggung jawab.

Mrs Arsen mendesah lelah. Percuma marah. Lebih baik ia perlurus masalah menimpa anaknya. Fokus Mrs Arsen beralih ke Javier. Aura dark nan mencekam kembali menghujam Javier. Membuat spot jantung Javier lebih kuat berdetak.

"Bawa orangtuamu besok. Aku harus tahu bibit, bobot dan bebet kau berasal. Mau kau CEO sekalipun, kalau kau bukan berasal dari keluarga baik-baik, lihat perhitunganku nanti."

"Sekarang pergi. Aku kecewa."

Javier menatap Claris. Ia iba, khawatir Claris dianiaya. "Tapi..."

"Pulanglah Jav. Kita bertemu besok."

"Cla."

"Kau tidak dengar, aku masih waras untuk tidak menghabisi anak tunggal. Pergi!"

Javier melangkah keluar, sebelum itu masih ia sempatkan mengusap lengan Claris. Bisa Javier rasakan Claris seperti tak punya emosi. Javier kesal, rumah tempat berpulang Claris adalah sangkar burung emas yang tak menyajikan kebahagiaan.

Sepeninggalan Javier, tatapan Mrs Arsen sedikit melunak.

"Mom tak percaya kamu melakukan ini, nak. Apa yang kau pikirkan?"

Claris menunduk. Ia tak tahu harus melakukan hal seperti apa.

"Maaf Mom. Aku salah."

"Kita lihat besok. Kalau orang itu pantas, Mom setuju. Sekarang kembali ke kamarmu."

Claris mengangguk. Sampai di kamar Claris mengacak rambut. Tak ada lagi Claris yang perfect dan elegan, yang ada hanyalah Claris yang hina.

"Sial, apa yang harus ku lakukan!?"

"Siapa lelaki itu. Dia langsung pergi setelah mengambil keperawananku? Dia mabuk atau tidak?"

"Sialan."

Claris berdecak. Saat tengah galau, biasanya Claris akan langsung kerja. Pengalihan pikiran, satu-satunya yang terpikir hanya itu.

Tanpa sadar Claris mengusap perut. "Oke Cla, sekarang kerja. Javier bertanggung jawab, kau tak perlu takut."

Claris memejamkan mata sejenak, setelah itu seperti rencana awal, ia pun bekerja.

***

Pagi harinya Javier dan ayahnya mengunjungi rumah Arsen family. Mr Yunan tak masalah Javier menikah, toh memang umur sudah matang.

Claris dan ibunya menunggu Javier datang. Saat pintu rumah dibuka, betapa terkejut Mrs Arsen. Tepat di hadapannya, Mr Yunan. Orang itu adalah mantan suaminya dulu.

Claris menangkap sinyal buruk. Tatapan ibunya mengatakan semuanya.

*****

Siguiente capítulo