webnovel

Hari-hari Biasanya.

Aku dan Bara memutuskan untuk menanam tumbuhan rosemary di luar dinding kamar, meskipun awalnya aku ragu untuk memaku dinding-dinding tanp sepengetahuan si pemilik. Hanya terbuat dari kaleng bekas susu kental manis sisa dari kafe, Bara membantuku menyusunnya di dinding. Terlihat lebih hidup sekarang dengan adanya tumbuhan rosemary, aku pun senang setiap pagi dapat menghirup aroma segar merekah dari rosemary.

"Daun rosemary ini sepertimu, Anung."sambil melihatku dengan tersenyum.

"Aku ? Kenapa ?." aku menjawab dengan nada genit padanya dan sambil membals senyumannya.

"Rosemary, aromanya seperti dirimu. Mengingatkanku selalu tentang siapa diriku." balas Bara.

"Kamu gombal ?", nadaku sedikit menggenit lagi.

"Hahahaha, kalau saja di Lembah Hitam itu ada kamu. Mungkin aku tidak akan memilih sendirian selama ini. Sayangnya di dunia yang dikatakan seliar itu aku tidak menemukanmu Anung."

"Bukankan kamu menemukanku sekarang ? Masih kurangkah setiap malam-malam ini kamu menghangatkanku Bara ?."

"Tidak kurang. Hahaha... Pertanyaanmu itu."

"Pertanyaan aneh ?"

"Aneh kalau kamu tidak memelukku." Bara melepaskan barang di tangannya dan memelukku yang tidak terlalu jauh darinya.

~

"Kenapa namanya Onta?"

"Karena yang punya sangat menyukai Onta, Bara."

"Tapi, Onta itu tidak gagah seperti kuda Anung."

"Hahahahaa, lalu kamu mau Onta berotot seperti kuda ?"

"Mmmmm, bukan aku tidak membayangkan seperti itu. Coba kamu bayangkan seekor kuda berwarna hitam, dengan gagah datang menghampirimu."

"Yayaya, kuda hitam itu kamu!!"

"Bukan Anung, aku bukan kuda." Bara cemberut dengan lucu. Mungkin seperti terlalu dewasa melihatnya dengan mimik wajah seperti itu. Tapi, dengan wajah itu kafe tidak terasa sunyi.

Kafe menjadi bertambah pelanggan dengan adanya Bara. Memang penampakannya mencuri perhatian kaum hawa. Pesonanya yang polos membuat banyak pelanggan perempuan yang datang berkali-kali, bahkan ada yang datang sampai dua kali kemari. Sesekali dari balik mesin kopi yang besar aku memandang ke arah Bara, dia ramah dengan pelanggan. Kulit putih yang pucat seperti dingin untuk disentuh tapi begitu hangat senyumannya.

Bara setiap pagi hari menyiram rosemary yang kami tanam bersama, sesekali dia membuat sarapannya toast peanut yang hangus. Aku juga sesekali melarangnya untuk keluar dari kamarku yang kecil ini. Sesekali juga aku mengijinkannya untuk mengajakku keluar bermain di area taman dekat Onta Kafe. Hari-hari biasa kami sangat menyenangkan.

~

Di Onta Kafe,

Suasana kafe yang padat dengan pelanggan.

"Pesanan atas nama Dewi, Dewi!!" Suaraku terdengar cukup bulat untuk menyebut nama pembeli.

"Pesanan atas nama De..." aku berhenti memanggil, perhatianku teralihkan. Lalu, di antara perempuan-perempuan yang aku tidak tau yang mana namanya Dewi. Ada sosok pria yang tidak asing.

Aku mempehatikan seseorang datang ke arahku, tepat ke arah meja bar. Aroma laut bebas, dan lagi disertai aroma cokelat yang manis.

Celana pendek batik dan kaos hitam. Dia datang kembali.

Like it ? Add to library!

gendhisirengcreators' thoughts