webnovel

PROMISE (a way to find a love)

"Aku tidak akan meninggalkan mu." Aku janji pada adikku, tapi aku tidak menepatinya. Ketika seorang William Alexander, pria sempurna yang memiliki sebuah rahasia besar dimasa lalu, seorang anak adopsi yang meninggalkan adiknya untuk menggantikan posisi seorang pewaris kerajaan bisnis yang memiliki kebutuhan khusus. William harus menepati janjinya untuk setia dan menuruti apapun permintaan dari ayah angkatnya Jackson Alexander, pengusaha kaya yang ambisius dan berhati dingin agar Jackson mempertemukannya dengan adiknya kembali. Suatu ketika Jackson memintanya kembali ke negara asalnya, untuk menjadi seorang gubernur agar memudahkannya melakukan pembangunan real estate, untuk itu ia harus menikahi seorang wanita, Rose gadis berumur dua puluh tiga tahun, seorang superstar yang di cintai seluruh masyarakat yang ternyata adalah kekasih dari adik kandungnya sendiri yaitu Rayhan Adamson yang telah tumbuh menjadi seorang produser musik yang terkenal tanpa William ketahui, ia hanya ingin segera bertemu dengan adiknya seperti apa yang dijanjikan oleh Jackson jika ia berhasil menjadi seorang gubernur dan mendapatkan ijin pembangunan maka Jackson akan mempertemukannya dengan Rayhan adiknya. Akankah William akan dapat kembali bertemu dengan Rayhan, menebus dosanya yang telah meninggalkan Rayhan saat ia masih berusia tujuh tahun dan mendapatkan cintanya yang perlahan tumbuh tanpa disadarinya kepada Rose? *** hi, terimakasih karena sudah membaca novel buatan ku Aku akan sangat menghargai setiap review serta komen yang kalian berikan. Kalian bisa menghubungi ku di : lmarlina8889@gmail.com

mrlyn · Adolescente
Sin suficientes valoraciones
450 Chs

Jangan Berpaling

"Kapan kamu akan kembali ke negara asal mu Will?" Tanya Jackson di tengah pesta yang diselenggarakan oleh kakek Gwen untuk merayakan ulang tahun Gwen.

Sudah tiga hari sejak Jackson memintanya untuk kembali ke negara asalnya untuk menjadi seorang gubernur dan Jackson sama sekali tidak pernah membahasnya lagi, William mengira jika Jane telah berhasil membujuk Jackson tapi ternyata Jackson masih menginginkannya kembali ke negara asaalnya.

Sebenarnya William tidak keberatan jika hanya menjadi seorang gubernur tapi menikahi wanita lain adalah hal yang tidak dapat diterimanya apalagi kondisi kesehatan Gwen semakin membaik itu artinya pernikahan mereka semakin dekat. William sama seklai tidak membayangkan akan menikahi wanita lain selain Gwen.

Dan bagi Gwen, William adalah sebuah obat pereda rasa sakit, kondisinya perlahan membaik setelah mereka membicarakan tentang pernikahan mereka yang artinya semakin besar kemungkinan baginya akan berhasil sembuh.

Tapi Jackson tiba-tiba saja datang seolah memberikannya palu besar untuk menghancurkan pondasi yang akan dibangun oleh William dan Gwen walaupun awalnya William mengira semua akan kembali seperti sedia kala tapi kenyataannya malah sebaliknya.

"Aku akan menjadi gubernur tapi aku tidak akan menikahi siapapun." Jawab William dengan tegas.

Jackson kemudiam tertawa sebelum menyesap wine yang di pegangnya sejak tadi.

"Sayang sekali tidak bisa. Syarat agar kamu dapat masuk partai politik dengan mudah adalah menikahi anak dari pimpinan partai. Dia muda dan berbakat, juga terkenal ke seluruh penjuru negeri. Kamu tidak perlu melakukan banyak hal untuk mendapatkan ketenaran sebelum pemilihan."

"Kalau begitu aku tidak bisa melakukannya."

William menenggak wine miliknya dengan sekali teguk sebelum melangkah menjauh dari Jackson.

"Jadi kamu sudah tidak ingin bertemu dengan adikmu ya?" Tanya Jackson membut langkah William terhenti seketika.

Jackson menyeringai sebelum melangkah mendekat dan berbisik.

"Aku akan menyingkirkannya kalau begitu." Bisiknya sambil lalu.

Pria iblis...

"Baiklah..." Akhirnya dengan berat hati William mengeratkan giginya dan menahan amarah yang membumbung tinggi didalam hatinya, ia menyerah.

Jackson menoleh dan menyeringai "Putraku memang penurut." Tukasnya sebelum berlalu pergi untuk berkumpul dengan rekan bisnisnya yang juga hadir dalam pesta ulang tahun Gwen.

Pesta sudah dimulai satu jam yang lalu, pesta yang diselenggarakan secara mewah dan berkelas mencerminkan Gwen yang anggun. Gwen sendiri saat ini tengah berdansa dengan Mark walaupun dengan wajah kesal tapi karena William yang memintanya berdansa dengan Mark, akhirnya Gwen mau berdansa dengan Mark.

"Gwen sangat cantik." Puji Mark, senyumannya mengembang sempurna karena dapat berdansa dengan Gwen walaupun gerakan dansanya tidak terlalu bagus.

Gwen memutar bola matanya tanda jengah, padahal baru lima belas menit ia berdansa dengan Mark namun rasanya sangat lama terlebih Mark terus memujinya dan membuatnya sedikit muak.

"Aku lelah Mark, kita hentikan saja berdansa nya ya." Ajak Gwen dengan hati-hati, ia tidak ingin jika Mark akan menangis karena tidak ingin berhenti berdansa.

"Tapi Mark masih ingin melihat wajah Gwen dari dekat."

"Kamu tahu kondisiku bukan? Bagaimana jika aku sampai terjatuh pingsan? Aku bahkan harus kembali kerumah sakit besok."

Walaupun enggan akhirnya Mark menurut dan menghentikan dansanya. Gwen segera melangkah menjauh untuk mencari keberadaan William sementara Mark dengan perasaan kecewa bergegas menghampiri ibunya yang sejak tadi menunggu di tepi altar.

"Kamu berdansa dengan sangat baik." Puji Jane yang membuat rasa kecewa Mark terbang seketika berganti dengan senyuman merekah.

"Apa Gwen akan menyukai Mark karena Mark pandai berdansa, Bu?" Tanya Mark dengan polosnya, sebuah pertanyaan yang membuat senyuman di wajah Jane menurun, mengingat jika Gwen mencintai William dan kata-kata Jackson pada malam pertengkaran mereka kembali teringat dalam benak Jane dan menambah kepedihan dalam hatinya.

.....

William sudah meminum dua gelas wine yang diberikan pelayan padanya tapi ia tidak mabuk karena kadar toleransi alkoholnya cukup tinggi dan ini adalah gelas wine ketiga yang akan ia minum dan berharap ia menjadi mabuk agar dapat melupakan rasa sesak dalam hatinya.

"Kamu ingin mabuk di pesta ulang tahunku?" Tanya Gwen menggerutu, ia merebut gelas wine dari tangan William tanpa permisi dan menyuruh pelayan membawa winenya pergi menjauh dari William.

"Kamu sangat cantik." Puji William tersenyum, ia mengabaikan wine miliknya yang telah direbut Gwen karena tidak ingin memulai perdebatan kecil dengan Gwen layaknya apa yang selama ini selalu terjadi sebelum Gwen divonis oleh dokter.

Tapi meskipun begitu Gwen memang sangat cantik, walaupun ia mengenakan rambut palsu karena rambutnya sudah mulai rontok akibat terapi yang dijalaninya tapi wajahnya masih terlihat menawan bagai boneka Barbie.

"Ayolah, tidak ada wanita cantik yang memakai rambut palsu." Protes Gwen, sebuah protes yang sebenarnya Gwen lontarkan untuk menutupi rasa gugupnya atas pujian William.

"Lalu, haruskah aku menyebutmu tampan, sayang?" Goda William, tidak lupa ia menarik pinggang mungil Gwen dan membuatnya berdiri merapat padanya.

Tempat dimana William dan Gwen berada saat ini cukup jauh dari tempat keberadaan Mark karena mereka berada di taman luar sementara Mark dan Jane berada di dalam ruangan aula besar.

Wajah merona Gwen membuat William tanpa sadar tersenyum. Ia menyentuh lembut wajah Gwen sebelum mencium singkat bibir Gwen.

"Kamu harus sembuh dan kembali menjadi menyebalkan seperti dulu." Pinta William setelah melepaskan bibir Gwen dan memakaikan sebuah kalung bertabur berlian pada leher poloh Gwen.

"Tentu saja, aku akan sembuh dan kita akan menikah." Jawab Gwen penuh semangat terlebih karena William juga memberikannya hadiah sebuah kalung yang sangat indah.

"Mau berdansa denganku?" Ajak William, ia masih dapat merasakan kegundahan dalam hatinya tapi William tidak mau menyia-nyiakan kesempatan malam ini untuk membuat senyuman Gwen terus merekah.

"Tentu saja, aku menunggumu mengajakku berdansa sejak tadi." Jawab Gwen sedikit bergurau yang membuat William terkekeh pelan.

"Baiklah tuan putri, berdansa lah denganku." Ajak William, ia mengulurkan tangannya sebelum menggandeng Gwen dan membawanya menuju altar untuk berdansa.

Gwen sengaja merapat pada William agar dapat berbincang sambil berbisik.

"Katakan jika kamu lelah."

"Aku tidak akan lelah Will. Bahkan aku berharap dapat selamanya berdansa denganmu."

"Kamu memang ratu pesta."

"Oh ayolah, sebutan itu sangat kuno."

Gwen tidak dapat menahan tawanya hanya karena guruaan ringan yang William lontarkan padanya.

Melihat Gwen yang tersenyum bahkan tertawa bahagia membuat Mark merasa sedih seketika.

"Gwen tidak tertawa seperti itu saat berdansa denganku." Gumamnya sebelum melangkah menjauh, Jane yang berdiri disebelah Mark segera melangkah menyusul Mark sementara Jackson yang juga mendengar gumaman Mark hanya dapat memasang wajah tidak senang sebelum akhirnya menyusul langkah Jane.

Bahakan orang bodoh sekalipun dapat melihat dengan jelas hubungan istimewa yang terjalin antara William dan Gwen.

"Gwen..."

"Hem..."

Gwen mengangkat kepalanya dan menatap wajah tampan William yang saat ini tengah tersenyum menatapnya.

"Berjanjilah kamu akan sembuh." Pinta William dengan lembut.

"Tentu saja, aku akan segera sembuh."

"Jangan khawatir, aku tidak akan bersedih lagi. Aku akan berjuang agar tetap berumur panjang dan menghabiskan hari tua bersamamu." Lanjut Gwen, ia tersenyum lembut sebelum kembali menyandarkan kepalanya di dada bidang William.

Menghabiskan hari tua bersamamu...

Sekali lagi sebuah goresan terasa tertoreh pada hati William yang kesakitan.

"Gwen..." William kembali memanggil, hatinya perih karena harus meninggalkan Gwen tapi ia tidak dapat membiarkan Jackson menyakiti adiknya.

"Ya sayang..."

Air mata William akhirnya menetes tidak kuasa setelah mendengar Gwen menjawabnya dengan panggilan sayang. William lantas mengecup puncak kepala Gwen singkat.

"Aku harus pergi..."

Gwen mengangkat kepalanya dan menatap wajah William yang sendu saat ini.

"Pergi? Pergi kemana?" Tanya Gwen tidak mengerti.

"Ke sebuah negara di Asia, untuk waktu yang cukup lama." Jawab William dengan berat hati.

"Lalu bagaimana denganku?" Tanya Gwen, dengan cepat matanya memanas dan air matanya telah bertengger dipelupuk matanya.

"Aku akan kembali..."

"Berapa lama?"

"Dua tahun..."

Gwen menghela nafas berat sebelum menurunkan tangannya dari bahu William dan melangkah mundur satu langkah.

"Bagaimana jika aku tidak bisa bertahan dan mati tanpa melihatmu lebih dulu?"

"Kamu telah berjanji akan sembuh bukan?"

"TAPI ITU SEMUA JIKA KAMU TERUS BERADA DISISIKU WILL!!" Gwen memekik karena begitu emosional.

Ia memegangi kepalanya yang teras apening seketika sebelum akhirnya darah segar keluar dari dalam lubang hidungnya.

"Gwen..." William segera menyanggah tubuh Gwen yang akhirnya terjatuh pingsan tidak sadarkan diri.

****

Sudah dua jam Gwen tidak sadarkan diri, pesta ulang tahunnya telah berakhir kacau dan sekarang Gwen tengah terbaring diatas tempat tidurnya dengan William yang terus berada di sisinya dan memegangi tangannya erat. Ia merasa sangat bersalah karena membuat kondisi Gwen langsung memburuk.

"William... Jangan tinggalkan aku, aku membutuhkanmu, Will." Dengan mata yang masih terpejam erat, Gwen mengigau dan terus memanggil nama William.

William yang sejak tadi menunggunya segera memanggil namanya agar Gwen tersadar.

"Gwen, aku disini... Sadarlah sayang."

Perlahan bola mata Gwen bergerak gelisah dibalik kelopak matanya sebelum akhirnya Gwen membuka kedua matanya perlahan.

"Will..." Panggilnya lemah.

"Jangan pergi..." Punya Gwen, air matanya mengalir keluar dari sudut matanya.

"Jangan tinggalkan aku Will."

William menyeka air mata Gwen lembut dan mengecup punggung tangan Gwen cukup lama.

"Aku tidak meninggalkan mu, aku hanya pergi untuk sementara sayang. Sebelumnya aku juga sering pergi untuk perjalanan bisnis bukan? Dan aku tetap berada disini akhirnya, bersama denganmu." Bujuk William.

Terlihat Gwen sangat tidak senang, wajahnya kembali terlihat murung.

"Sayang... Mengertilah." Ucap William kembali, tidak lupa ia menyentuh lembut pipi Gwen yang akhirnya membuat Gwen luluh dan mengangguk tanda membolehkan William pergi walaupun dengan berat hati. 

"Kunjungi aku sesering mungkin dan jangan pernah berpaling dariku."

.....