"Hari ini..." Alex nyanyi.
"Hari yang kami tunggu," sahut Rendra.
"Hadirnya ayang Cia." Alex menyambung lirik Rendra.
"Bahagialah kitaaa ...." Sambung Andi.
"Yang kami beri, bukan jam dan cincin. Bukan seikat bunga atau puisi juga kalung hati." Aneth nyerobot semua lirik buat Alex yang ingin nyambung jadi kesal.
Begitulah euforia mereka menyambut Cia, mereka saling berpelukan. Seminggu terasa lama karena tidak sehari pun mereka bertemu apalagi Cia yang jarang banget balas pesan.
"Terharu gue, makasi ya?" Walau terharu tapi Cia nggak mau nangis, dia nggak semelo dan semenyek-menyek itu.
Cia melirik gerombolan barongsai, dia berdehem dan mengambil alih perhatian mereka.
"Jo," panggil Cia. Mantan gebetan bermulut pedas menatapnya penuh tanya.
"Menurut lo mereka cantik?" Jo dan yang lain mengikuti arah tunjuk Cia.
"Maksud lo?" Tanya Jo tidak mengerti tapi dia menilai satu-persatu mereka yang di maksud bebebnya, walau nggak sempat di panggil bebeb.
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com