Bayu bingung harus menjawab apa kepada pertanyaan neneknya. pertanyaan yang simpel tetapi susah sekali untuk di jawab.
" nenek... bukannya Bayu tidak ingin menikah secepatnya tetapi Bayu masih punya tanggungjawab kepada Atea, Bayu mau melihat atea menikah atau setidaknya tunangan dulu deh baru Bayu menikah begitu" jelas Bayu untuk mengurangi kesedihan nenek Siti.
Bayu tahu, di usia senja Seperti itu nenek Siti pasti ingin segera menimang seorang cicit dari batu dan juga atea. tetapi apa yang bisa Bayu lakukan, jangankan menikah pacar saja tidak punya. selain itu Bayu juga merasa memiliki tanggungjawab lebih kepada adik perempuannya. rasanya ia belum bisa membina sebuah rumah tangga, sebelum melihat adiknya itu ada yang menjaga lahir dan batinnya, serta siap untuk membahagiakan atea seumur hidupnya (suami).
" hemm... kamu Bayu tidak usah khawatir soal pasangan Atea. sebelum ayahmu meninggal dia sudah menjodohkan adik kesayanganmu ini dengan putra temannya yang juga sesama prajurit. tetapi sayangnya sebelum mereka berdua bertunangan ayahmu dan ibumu mengalami kecelakaan tragis itu" jelas nenek Siti kepada Bayu, supaya Bayu tidak terlalu menjadikan jodoh atea sebagai beban berat fi pundaknya.
" apaaa... dijodohkan?!" teriak Bayu dan atea bersama-sama. mereka berdua benar-benar kaget mendengar cerita dari nenek mereka. keduanya yang terkejut sampai bengong, sama sekali tidak percaya dengan ucapan neneknya dan menganggap Semua itu hanya bercanda saja.
" He'em" jawab nenek Siti dengan menganggukkan kepalanya, kemudian tersenyum. jawaban singkat itu sudah cukup untuk menjelaskan, bahwa nenek Siti tidak sedang bercanda, tetapi serius dengan yang ia katakan
" Haiiiisss...nenek ini jangan bercanda deh, aku ini masih sekolah nek, masak ia mau di jodohkan, sama orang yang aku gak kenal lagi, gak mau ah..." ucap atea sambil melipat melipat kedua lengannya didepan dada. muka atea cemberut jelas itu memperlihatkan bahwa ia sama sekali tidak setuju dengan perjodohan ini.
" nenek kenal dengan keluarga calon suami atea?" tanya Bayu yang masih begitu penasaran dengan cerita nek Siti.
" tentu saja... tetapi mungkin kalian belum saling kenal karena waktu perjodohan itu dilakukan kalian ini masih kecil" ucap nek Siti.
atea cuma diam dia benar-benar tidak tertarik dengan cerita perjodohan dirinya dengan laki-laki yang tidak dikenalnya tersebut.
" tetapi ayah kan sudah meninggal, apa perjodohan itu masih berlaku nek" tanya Bayu.
" tentu saja masih...bahkan itu akan di laksanakan tahun depan setelah atea lulus SMA"jelas nek Siti.
" apaa...tahun depan, aku tidak mau...di jodohkan, apalagi menikah dengan orang yang tidak aku kenal dan tidak aku cintai" ucap atea menolak dengan tegas.
" bagaimana kamu bisa menolaknya sayang...ini keinginan dan pesan terakhir dari ayah dan ibumu, apa kau ingin mengecewakan mereka. nenek juga sudah lihat fotonya kok, calon suamimu itu tampan sekali cuma nenek lupa ngaruh fotonya dimana. sebenarnya ingin nenek tunjukkan kepada mu atea, tetapi nenek yang sudah pikun ini tidak bisa mengingatnya lagi" jelas nek Siti.
" ngak tahulah nek...atea tidak mau memikirkan soal hal itu, yang jelas sekarang atea cuma mau konsentrasi belajar untuk persiapan ujian kelulusan dulu" ucap atea.
" ya sudah...soal ini kita bahas nanti saja jika kamu sudah lulus saja" ucap nek Siti.
" Kalau kamu Bayu bagaimana? mana calon istri kamu?" tanya nek Irma.
" he...he...kalau itu juga kita bahas, setelah atea tunangan saja" kata Bayu yang wajahnya merona karena malu.
" Dasar kalian berdua adik kakak ini sama saja" gerutu nek Siti kepada kedua cucu laki-laki dan perempuannya itu. jika saja kedua orang tua mereka masih ada, tentu mereka akan bangga dan senang melihat dua anaknya tumbuh dewasa.
pembahasan soal perjodohan ini berakhir disini. akhirnya mereka mengalihkan pada topik yang baru yang mungkin membuat mereka bertiga merasa canggung lagi untuk salaing berbicara.
hari sudah semakin gelap mereka memutuskan masuk kedalam rumah. setelah didalam rumah atea lebih memilih untuk menonton televisi sedang Bayu memilih rebahan di tempat tidurnya dan nenek sedang mengobrol dengan bik Inah.
derrtt... derrtt handphone Bayu bergetar, ada pesan singkat dari atea
kak...sini dong, nonton televisi sama aku. sepi nih!
Bayu membalas pesan singkat dari atea;
Dasar pemalas, jarak ruang tengah dengan kamarku cuma dipisahkan pintu,, teriak aja aku juga sudah dengar...ngapain kirim pesan singkat, ya sudah, oke aku kesitu.
--------
kedaan di dalam camp militer seperti biasanya tidak ada yang istimewa. semua prajurit yang ada di dalamnya melakukan kegiatan sehari hari yang mereka kerjakan. mulai lari pagi, sarapan, latihan fisik, latihan menembak dan lain sebagainya.
saat para prajurit menikmati sarapan pagi di dapur camp mereka terlihat saling berbisik-bisik ketika melihat mayor Jordan lewat.
" Heh...aku tidak menyangka kalau mayor bisa melakukan hal seperti itu didalam camp, dengan anak masih SMA pula. iya sih aku tahu mayor itu juga masih muda...ya kalau dengan gadis itu sih paling-paling cuma beda 9 -10 tahun lah" ucap Zeno.
"Eh...tutup mulutmu, jangan sembarang bicara kamu ini. jika mayor sampai mendengar apa yang baru saja kamu ucapkan, bisa mati kamu" ucap Yoga menasehati Zeno.
" Halah...yang namanya bangkai tetep saja bangkai mau disembunyikan seperti apapun tetap akan tercium bau busuknya. tetapi sebenarnya kalau di lihat-lihat adiknya kolonel Bayu itu lumayan cantik juga, seandainya dia masih suci alias perawan aku juga mau banget jadi suaminya gitu. tetapi sayangnya kok sudah bekas ciih..." ucap Zeno menghina Atea.
sebenarnya yang menggosipkan peristiwa antara mayor Jordan dan Atea adik kolonel Bayu itu tidak hanya Zeno saja tetapi hampir semua prajurit yang waktu itu melihat Atea dan Jordan di kamar itu memandang rendah Atea dan kolonel Bayu. mereka berasumsi bahwa kolonel Bayu sengaja mendatangkan adik perempuannya ke camp militer untuk menggoda mayor Jordan supaya lebih cepat mendapatkan promosi kenaikan pangkat.
Mayor Jordan yang secara tidak sengaja mendengar percakapan para prajurit yang sedang sarapan memutuskan duduk di tempat duduk yang masih kosong di dapur umum itu. melihat kehadiran mayor Jordan seketika semua prajurit yang tadinya sibuk bergosip sekarang benar-benar terdiam tanpa satu kata pun keluar dari mulut-mulut mereka. Mayor Jordan menggebrak meja dengan keras sehingga menimbulkan suara yang cukup nyaring dan membuat bergidik serta gemetar semua prajurit yang ada di ruangan itu.
" Jika kalian semua masih ingin hidup, lebih baik jaga mulut busuk kalian atau kalian tidak akan pernah melihat matahari terbit lagi" ucap mayor Jordan.
------****-------
hai readers....
Dukung novel ini dengan cara :
1. simpan di library
2.kirimkan power stone (PS)
3. tinggalkan komentar dan review terbaik
terimakasih.... atas dukungannya yang di berikan kepada karya saya. happy reading