Nenek Siti hanya tersenyum menanggapi celotehan atea yang terdengar sangat kesal dan tidak menyukai Jordan. bisa gawat kalau calon pasangan ini tidak akur atau saling membenci satu sama lain. bisa-bisa perjodohan yang sudah diatur lama itu gagal begitu saja.
"Tidak bisa, aku harus mencari cara untuk menyatukan mereka berdua." kata nenek Siti dalam hatinya sambil berpikir sejenak untuk memperlancar rencana perjodohan atea dan jordan.
Nenek Siti menepuk bahu atea beberapa kali untuk menghentikan ocehan atea yang tidak berguna itu.
"Ah... kamu ini. bicaramu itu seperti sudah pernah ketemu dia saja sebelumnya." kata nenek Siti yang hanya tersenyum menanggapi ucapan Atea.
Atea memeringkat tubuhnya memandang kearah nenek Siti dengan serius.
" Yah... nenek tidak percaya. aku memang sudah pernah bertemu dia di camp militer kak Bayu. si Jordan itu kan atasan kak Bayu nek, mayor jendral disana. Ya, orang yang paling menyebalkan yang pernah aku lihat." ucap Atea dengan bibir manyun dan cemberut.
"Oh, ya? Tapi ganteng to?" goda nenek Siti kepada Atea dengan tertawa kecil dan mencolek pinggang ramping gadis cantik ini.
"idih... nenek genit deh. ganteng sih... ganteng banget malahan. cuma nyebelinnya itu yang buat aku gak tahan" ucap Atea yang masih malas untuk mengakui kalau sebenarnya Jordan memang mempesona dan memiliki kharisma tersendiri yang bisa membuat seorang wanita tertarik kepadanya.
"Ya sudahlah... baru ketemu sekali ya begitu. kalau sudah sering ketemu dan kenal pasti orangnya baik." ucap nenek Siti nasehati Atea. nenek Siti tahu Jordan memang tampan dari foto yang dikirim oleh William sebelumnya. cuma wajah pemuda itu memang terlihat tegas dan dingin. mungkin karena memang profesi Jordan sebagai prajurit yang membuatnya seperti itu.
Atea mengeluarkan ekspresi wajah yang rasanya mual dan ingin muntah saja, ketika nenek Siti menyebut nama Jordan dan berharap mereka bisa bertemu lagi dan saling mengenal lebih jauh.
"Huekkk... Siapa juga yang mau ketemu lagi?! cowok resek seperti itu nek, enggak mau. Mendingan aku ketemu sama babi hutan saja, dibandingkan bertemu dengan Tembok es itu." gerutu Atea.
" nenek, aku bobo sini ya, kangen" atea tidur di samping nenek Siti seperti anak kecil.
Nenek Siti membelai lembut rambut Atea sampai ia tertidur" dasar gadis nakal, keras kepala dan tidak mau mengalah".
Plak... Tamparan keras mendarat di pipi Jordan" Mama kecewa kepadamu, bagaimana mungkin seorang laki-laki sejati seperti mu bisa melihat tubuh wanita yang bukan istrinya begitu saja" ucap Sarah sambil menangis.
Jordan melihat Sarah menangis hatinya begitu hancur" ma...aku benar-benar tidak sengaja, maafkan aku"
Namun Sarah hanya membuang muka, tidak ingin melihat wajah Jordan.
" Baiklah...aku akan bertanggungjawab dan menikahi gadis itu, jadi mama jangan menangis lagi" ucap Jordan sedikit terpaksa.
" Apa kau yakin...kau tidak membohongi mama. kamu mau menikah dengan gadis itu?" tanya Sarah memastikan.
"Iya...aku yakin dan mama juga tidak salah dengar. kalian atur saja kapan dan dimana pertunangan itu dilakukan, terserah kalian saja dan jika sudah siap kalian bisa memberitahu aku?" ucap Jordan.
Mayor jordan melangkah menuju ke kamarnya. sesampainya di kamar ia merebahkan tubuhnya di atas sofa" Puhh...Jordan dasar bodoh, bagaimana bisa kamu menerima begitu saja perjodohan ini. jelas-jelas kamu sudah menolaknya sejak dulu sampai kabur dari rumah juga. aku gak bisa bayangin deh kalau benar-benar sampai nikah sama gadis tengil itu" jordan sudah pusing kepala, tetapi mau bagaimana lagi ia terlanjur menyetujuinya. kalau tidak mamanya pasti akan membencinya.
Disisi lain di ruang tamu" Yes, mama sungguh hebat...bisa membuat jordan anak kita yang sekeras batu es itu luluh juga dan mau menerima perjodohan ini" ucap William dengan hati yang bahagia.
"siapa dulu dong, mama Sarah begitu. Lagian sampai kapan Jordan mau membujang terus, dengan sikapnya yang dingin dan super galak itu mana ada wanita yang berani mendekat. apalagi dia tinggal di dalam camp itu yang semua penghuninya adalah laki-laki kecuali tukang masak" ucap Sarah membanggakan diri.
"apapun itu alasannya, yang penting sekarang kita hanya perlu melanjutkan bagian kita untuk membertahu kepada pihak perempuan untuk ikut mempersiapkan segalanya. meskipun ini masih terlalu jauh juga untuk mempersiapkan pertunangan" jelas William dengan penuh semangat, akhirnya janjinya kepada almarhum temannya akan segera terlaksana.
"Kalau itu sih tugas papa, tugas mama cuma membujuk Jordan untuk menyetujuinya saja" gumam Sarah yang duduk di sofa di samping kakek Johnson.
Kakek Johnson berdiri dan berjalan mendekati William dan menepuk pundaknya" Sarah benar, sebaiknya kamu segera memberitahukan kabar gembira ini kepada keluarga Atmadja. sebelum Jordan berubah pikiran" ucapnya.
" Baiklah... aku akan segera berkunjung ke rumah keluarga Atmadja untuk membahas masalah ini" ucap William.
William Mengelurkan handpone dari sakunya kemudian menelepon ke rumah keluarga Atmadja.
Hallo...selamat sore juga, ini dengan pak William. ingin bicara dengan nenek Siti, beliau ada?" tanya William.
"Oh...nenek ya. baiklah tunggu sebentar akan saya panggilkan"
Bayu berjalan ke halaman belakang untuk mencari neneknya, jika sore hari bayu tahu benar neneknya pasti sedang minum teh di halaman belakang karena ini memang sudah kebiasaannya sejak dahulu.
" Nenek... ada telepon buat nenek" teriak bayu dari kejauhan dan berjalan mendekati neneknya.
Nenek Siti menoleh ke sumber suara Bayu" Ya...dari siapa?" jawabnya
Bayu yang sekarang sudah duduk di depan neneknya" dari bapak William katanya.
"Oh... si William ya, baiklah nenek akan segera merima teleponnya" nenek Siti berjalan ke arah ruang keluarga dimana telepon itu berada disertai dengan Bayu.
"Nek... Siapa sih sebenarnya bapak William itu? Kenapa sering sekali telepon kesini untuk mencari nenek?" tanya bau penasaran dengan sipa william sebenarnya.
Nenek siti mencoba menjelaskan sedikit tentang siapa william itu dari pada cucu kesayangannya ini penasaran.
"Oh... si William itu teman almarhum papamu. ayah william, kakek johnson adalah teman nenek dulu sewaktu sekolah. dia dulu sering kesini saat kamu masih kecil dan atea masih dalam kandungan juga. tetapi sejak dia di pindah tugaskan, Keluarga William jadi tidak pernah lagi kesini. tetapi tetap sering menelepon sebagai sarana menyambung tali silaturahmi." jelas nenek siti kepada Bayu yang sedari tadi hanya melihatnya Sambil manggut-manggut.
"Emm... begitu, jadi dia itu teman papa. aku kira...." ucap bayu sambil tertawa cengengesan sendiri, karena pikirannya sendiri yang kotor saat itu. .
"Memangnya kamu kira apa?" tanya nenek siti yang penasaran dengan ekspresi Bayu.
------****-------
hai readers....
Dukung novel ini dengan cara :
1. simpan di library
2.kirimkan power stone (PS)
3. tinggalkan komentar dan review terbaik
terimakasih.... atas dukungannya yang di berikan kepada karya saya. happy reading