Laras mengerjapkan matanya dengan perlahan. Cahaya minim yang berasal dari lampu tidur membuatnya sulit untuk memastikan bahwa memang benar kalau ada Panji di sampingnya kini. Laki-laki itu tengah tersenyum simpul sembari tangannya mengelus pipi Laras yang dingin. Dalam keterbatasan cahaya ini, Laras benar-benar kagum akan ketampanan Panji. Dia terlihat lebih tampan dari bawah. Apalagi alisnya yang tebal kadangkala membuat Laras sulit untuk menahan diri agar tidak menyentuhnya.
"Kamu udah bangun?" tanya Panji dengan suara yang sangat lembut. Suara berat yang mengalun indah di telinganya kontan membuat Laras seperti melupakan segala yang ada di kepalanya.
"Udah. Kamu, ngapain di sini?" tanya Laras, sembari berusaha bangkit dari posisinya. Namun gagal sebab dia meringis, perutnya masih sakit ternyata.
"Jangan bangun dulu, kamu masih sakit." Panji menahan pundak Laras dengan lembut.
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com