webnovel

Chapter 280 : Kembalinya Rid ke Akademi

30 menit kemudian.

"Aku rasa kita sudah mengobrol cukup lama. Mari kita sudahi obrolan kali ini, Rid. Lagipula kamu harus segera kembali ke akademi," ucap Duke Louis.

"Baik, paman," ucapku.

"Terima kasih karena sudah mau mengobrol denganku, Rid," ucap Duke Louis.

"Tidak perlu berterima kasih, paman. Aku yang seharusnya berterima kasih karena paman sudah memberikanku hadiah. Apalagi paman menyetujui usulanku untuk memberikan hadiah itu ke kampung halamanku," ucapku.

"Tidak perlu dipikirkan soal itu. Oh iya, ngomong-ngomong, aku sudah memberitahukan Nadine soal kamu yang dinyatakan tidak bersalah dalam insiden yang terjadi di hutan Hevea. Aku juga memberitahu kalau kamu akan pulang ke akademi saat sore atau malam ini. Aku yakin Nadine sudah memberitahukan tentang hal ini kepada Irene. Mungkin saat ini Irene sedang menunggu kepulanganmu di gerbang akademi," ucap Duke Louis.

"Aku tidak yakin kalau Irene akan menunggu kepulanganku," ucapku.

"Kenapa tidak ? Kamu kan adalah pacarnya Irene. Meski Irene yang sekarang sering menunjukkan sifat dan ekspresi yang dingin, dia masih peduli dengan orang-orang yang penting baginya. Karena kamu adalah pacarnya Irene saat ini, sudah pasti dia juga peduli denganku dan pastinya dia akan menunggu kepulanganmu," ucap Duke Louis.

"Yah, tidak mungkin aku bilang kalau aku dan Irene itu hanya pura-pura pacaran saja. Karena kami hanya pura-pura, tidak mungkin Irene akan menunggu kepulanganku. Tetapi ada kemungkinan juga kalau dia akan menunggu kepulanganku agar orang lain tetap menyangka kalau kami berdua benar-benar pacaran," pikirku.

"Yah, anda ada benarnya, paman. Mungkin Irene akan menunggu kepulanganku," ucapku.

"Lebih baik kamu sekarang langsung pulang ke akademi, Rid. Jika kamu terlambat pulang, kasian Irene yang sedang menunggu kepulanganmu karena dia harus menunggu lama," ucap Duke Louis.

"Aku memang berniat untuk pulang setelah mengobrol dengan anda, paman. Namun aku masih harus menunggu nona Karina terlebih dahulu karena beliau sedang pergi ke luar gedung pengadilan. Aku menunggu beliau karena aku akan pulang ke akademi bersama beliau," ucapku.

"Hmmm begitu ya," ucap Duke Louis.

"Anda sendiri bagaimana, paman ? Apa setelah ini anda akan pulang ke kediaman anda ?," tanyaku.

"Tidak, aku masih akan berada di gedung pengadilan ini. Aku tidak mungkin pulang ke kediaman terlebih dahulu sebelum Yang Mulia Ratu pulang. Setelah ini aku akan berkumpul terlebih dahulu dengan para prajuritku yang berada di halaman parkir untuk mendiskusikan sesuatu lalu setelah itu aku akan menemui Yang Mulia Ratu kembali," ucap Duke Louis.

"Begitu ya. Sepertinya anda masih punya sesuatu yang harus dibicarakan dengan Yang Mulia Ratu ya, paman," ucapku.

"Iya. Karena kami berdua merupakan target yang harus dibunuh oleh mereka, aku dan Yang Mulia Ratu harus merencanakan sesuatu untuk ke depannya," ucap Duke Louis.

"Karena kemungkinan masih ada dalang utama yang menjalankan rencana itu, situasinya masih belum aman ya," ucapku.

"Iya. Ngomong-ngomong, aku minta maaf, padahal tadi aku sudah bilang kalau aku akan mengakhiri obrolan ini, tetapi kita masih saja mengobrol," ucap Duke Louis.

"Tidak apa-apa, paman. Lagipula nona Karina juga belum kembali, jadi belum waktunya untukku kembali ke akademi," ucapku.

"Ya sudah. Kalau begitu, aku ingin pergi menemui para prajuritku dulu, Rid. Sampai jumpa," ucap Duke Louis.

"Iya, sampai jumpa juga, paman," ucapku.

Duke Louis pun pergi meninggalkanku untuk menuju halaman parkir. Sementara aku masih bersandar di dinding luar gedung pengadilan sambil menunggu kembalinya nona Karina. Sesekali aku melihat orang-orang yang berada di depanku. Ada dari mereka yang sedang mengobrol, sedang melihat-lihat keadaan di sekitar gedung pengadilan dan ada juga yang sedang melihat mayat para iblis yang berada di depan gedung pengadilan. Awalnya mayat iblis itu tersebar, ada yang berada di dalam gedung pengadilan, di luar gedung pengadilan dan di luar wilayah gedung pengadilan. Namun mayat-mayat yang tersebar itu kini sudah dikumpulkan di depan gedung pengadilan. Banyak orang yang saat ini sedang melihat atau memotret gambar para mayat iblis itu dengan menggunakan alat bernama 'kamera'. Di kerumunan orang yang melihat mayat para iblis itu, aku melihat Duke Remy yang sedang melihat mayat para iblis itu sambil berbicara dengan para prajurit miliknya yang ada di sekelilingnya. Saat ini, aku memilih untuk terus melihat ke arah Duke Remy karena aku merasa kalau beliau sejak tadi terus melihat ke arahku.

-

15 menit kemudian.

Nona Karina pun kembali sambil membawa sebuah tas yang terbuat dari kain. Beliau pun langsung menghampiriku.

"Apa itu, nona ?," tanyaku.

"Ini barang belanjaku," ucap nona Karina.

"Anda masih sempat-sempatnya belanja ketika situasi di gedung pengadilan sedang seperti ini ?," tanyaku.

"Kebetulan kebutuhan barang-barangku sudah menipis. Jadi mumpung saat ini aku sedang berada di luar akademi, aku sekalian saja membeli barang-barang untuk kebutuhanku," ucap nona Karina.

Aku hanya terdiam sambil terus melihat ke arah tas belanjaan milik nona Karina.

"Ngomong-ngomong, apa kamu sudah berbicara dengan tuan Louis, Rid ?," tanya nona Karina.

"Sudah, nona. Sekitar 15 menit yang lalu aku baru selesai berbicara dengan beliau," ucapku.

"Kalau begitu, apa sudah saatnya bagi kita untuk kembali ke akademi ?," tanya nona Karina.

"Iya, nona, lagipula aku juga sudah tidak memiliki keperluan lagi di gedung ini. Bagaimana dengan nona sendiri ?," tanyaku.

"Aku juga tidak memiliki keperluan. Kalau begitu, ayo kita segera kembali ke akademi. Tetapi sebelum itu, kita pamit dulu dengan Yang Mulia Ratu. Yang Mulia Ratu saat ini sedang berada di dalam gedung pengadilan, ayo kita pergi ke dalam," ucap nona Karina.

"Baik, nona," ucapku.

Setelah itu, aku dan nona Karina pun pergi ke dalam gedung pengadilan.

-

Di dalam gedung pengadilan, tepatnya di ruangan khusus terdakwa.

Terlihat Ratu Kayana dan komandan Oliver sedang berada di ruangan itu. Yang Mulia Ratu sedang terduduk di kursi itu sambil merenung, sementara komandan Oliver sedang berdiri di hadapannya.

"Anda tidak perlu terlalu memikirkan soal itu terlebih dahulu, Yang Mulia Ratu. Mungkin dokumen itu hanya dokumen palsu saja dan dokumen itu digunakan untuk menjebak Raja Albert," ucap komandan Oliver.

"Aku juga memikirkan tentang kemungkinan itu, tetapi aku juga memikirkan kalau bisa saja dokumen itu adalah dokumen asli yang menjelaskan kalau suamiku juga terlibat dalam rencana pembunuhanku dan seluruh keluarga San Lucia," ucap Ratu Kayana.

"Apa lebih baik saya menghubungi Raja Albert sekarang agar anda bisa mengkonfirmasi tentang hal itu kepada beliau ?," tanya komandan Oliver.

"Tidak perlu, tuan Oliver. Jika aku menghubunginya sekarang lewat kristal komunikasi dan menanyakan tentang hal itu, suamiku mungkin akan langsung melarikan diri jika ternyata apa yang tercantum di dokumen itu adalah benar. Aku akan mengkonfirmasinya sendiri setelah pulang nanti jadi anda tidak perlu menghubunginya," ucap Ratu Kayana.

"Baik, Yang Mulia Ratu," ucap komandan Oliver.

*Tok *Tok *Tok

Saat Ratu Kayana dan komandan Oliver sedang mengobrol, terdengar suara ketukan pintu. Ketukan pintu itu berasal dari pintu ruangan terdakwa yang terhubung dengan ruang pengadilan. Ratu Kayana dan komandan Oliver yang mendengar suara ketukan itu pun langsung menoleh ke pintu itu.

"Masuk," ucap Ratu Kayana.

Setelah Ratu Kayana mengatakan itu, pintu itu pun perlahan terbuka. Saat pintu itu terbuka, terlihat Rid, nona Karina dan juga Caroline tengah berdiri di depan pintu yang terbuka itu.

"Jadi anda ada disini ya, Yang Mulia Ratu. Tadi kami mencari anda di ruang pengadilan dan sekitarnya, tapi kami tidak menemukan anda. Kebetulan ada putri Caroline di ruang pengadilan dan dia bilang kalau anda ada di ruangan ini," ucap nona Karina.

"Kepala akademi dan juga Rid, ada perlu apa datang kesini ?," tanya Ratu Kayana.

"Saya dan Rid ingin kembali ke akademi sekarang, jadi kami ingin pamit dengan anda, Yang Mulia Ratu," ucap nona Karina.

"Begitu ya. Ya sudah, jika kalian berdua ingin kembali ke akademi, kalian kembali saja. Aku sudah menyiapkan sebuah kereta kuda yang terparkir di halaman parkir gedung ini beserta supir dan prajurit yang mengawal. Kalian bisa menggunakan kereta kuda itu untuk kembali ke akademi," ucap Ratu Kayana.

"Terima kasih, Yang Mulia Ratu," ucap nona Karina.

"Aku juga berterima kasih, kepala akademi, Rid, karena telah membantu menguak rencana kejahatan di kerajaan ini. Aku sebelumnya sudah bilang kalau akan memberikan hadiah kepada Rid. Kali ini, aku juga akan memberikan hadiah kepada anda, kepala akademi," ucap Ratu Kayana.

"Tidak perlu, Yang Mulia Ratu. Saya tidak ingin merepotkan anda," ucap nona Karina.

"Tidak, aku tidak repot sama sekali. Lagipula sudah sepantasnya bagiku untuk memberikan hadiah kepada rakyat kerajaan ini yang telah berkontribusi untuk kerajaan ini. Jadi aku mohon kamu terima hadiah yang akan aku berikan nanti. Aku akan memberimu sejumlah besar uang," ucap Ratu Kayana.

"Baiklah, Yang Mulia Ratu. Saya akan menerimanya," ucap nona Karina.

"Lalu Rid, aku juga akan memberikanmu hadiah uang, kamu tidak keberatan kan ?," tanya Ratu Kayana.

"Sebenarnya saya sedikit keberatan dengan hadiah uang itu, Yang Mulia Ratu," ucapku.

Ratu Kayana yang mendengar itupun sedikit terkejut.

"Memangnya kenapa ?," tanya Ratu Kayana.

"Sebelum itu, saya ingin bertanya, Yang Mulia Ratu. Bolehkah jika hadiah untuk saya itu diberikan kepada orang lain ?," tanyaku.

"Kepada orang lain ? Memangnya kamu ingin memberikan hadiah itu kepada siapa ?," tanya Ratu Kayana.

"Sebenarnya saya berniat untuk memberikan hadiah yang saya dapatkan kepada orang-orang di desa Aston yang merupakan kampung halaman saya. Oleh karena itu saya keberatan dengan hadiah uang itu karena saya lebih ingin hadiah kebutuhan pokok agar bisa diberikan kepada orang-orang di kampung halaman saya. Sebelumnya, tuan Duke Louis juga berniat memberikan saya hadiah, namun saya juga meminta untuk memberikan hadiah itu kepada orang-orang di kampung halaman saya. Apa boleh, Yang Mulia Ratu ?," tanyaku.

"Baiklah, jika kamu mau seperti itu. Aku mengizinkannya," ucap Ratu Kayana.

Beliau menjawab pertanyaanku secara langsung tanpa berpikir terlebih dahulu.

"Benarkah itu, Yang Mulia Ratu ?," tanyaku.

"Iya, lagipula itu kemauanmu sendiri. Tugasku hanya memberimu hadiah atas kontribusimu, soal hadiah itu mau kamu apakan itu terserah kamu, yang terpenting kamu senang dan puas dengan hadiah yang aku berikan. Tetapi kamu yakin kan tentang ini ? Kamu tidak akan berubah pikiran lagi ?," tanya Ratu Kayana.

"Tidak, Yang Mulia Ratu," ucapku.

"Baiklah, aku akan memerintahkan para prajuritku nanti untuk memberikan kebutuhan pokok kepada orang-orang di kampung halamanmu yang senilai dengan hadiah uang yang sebelumnya ingin kuberikan. Karena aku harus membeli kebutuhan pokoknya terlebih dahulu, mungkin kebutuhan pokok itu tidak dapat diberikan dengan lebih cepat. Tetapi aku jamin kebutuhan itu akan diberikan paling lambat saat malam tahun baru," ucap Ratu Kayana.

"Terima kasih, Yang Mulia Ratu," ucapku.

"Tidak perlu berterima kasih. Ya sudah itu saja yang ingin aku sampaikan, kalian ingin kembali ke akademi kan ? Hati-hati di jalan," ucap Ratu Kayana.

"Iya, Yang Mulia Ratu. Kalau begitu kami pamit," ucap nona Karina.

"Kami pamit, Yang Mulia Ratu," ucapku.

"Iya. Tolong sampaikan salamku kepada Charles dan juga Chloe ya, Rid," ucap Ratu Kayana.

"Baik, Yang Mulia Ratu. Komandan Oliver, Carol, aku pamit dulu," ucapku.

"Iya, hati-hati, tuan muda Rid. Sampaikan salamku kepada pangeran Charles dan putri Chloe serta kepada putriku, Elaina," ucap komandan Oliver.

"Baik, komandan," ucapku.

"Sampaikan salamku juga kepada kakak Charles dan kakak Chloe, kakak Rid. Sampai nanti, kakak Rid," ucap Caroline.

"Iya, sampai nanti, Carol," ucapku.

Setelah mengucapkan salam perpisahan, aku dan nona Karina pun pergi meninggalkan ruangan itu. Lalu aku dan nona Karina berjalan menyusuri ruangan pengadilan untuk menuju pintu keluar gedung pengadilan.

"Entah kenapa Yang Mulia Ratu terlihat aneh," ucapku.

"Aneh kenapa, Rid ?," tanya nona Karina.

"Yang Mulia Ratu terlihat murung, apa nona tidak memperhatikannya ?," tanyaku.

"Tidak, mungkin dia murung karena sedang memiliki banyak pekerjaan, apalagi setelah munculnya kasus itu," ucap nona Karina.

"Sepertinya begitu," ucapku.

Lalu aku dan nona Karina pun keluar dari gedung pengadilan. Setelah sampai di luar, aku melihat Duke Remy dan para prajuritnya sedang berjalan mengarah ke pintu gedung pengadilan. Kami pun saling berpapasan.

"Kepala akademi, anda mau kemana ?," tanya Duke Remy.

"Saya mau kembali ke akademi, tuan Remy. Saya juga mengajak Rid untuk kembali," ucap nona Karina.

"Begitu ya. Kalau begitu, hati-hati ya. Aku mengucapkan terima kasih kembali karena anda tadi sudah menyelamatkanku," ucap Duke Remy.

"Sudahlah, tidak perlu berterima kasih, tuan Remy," ucap nona Karina.

"Sudah sewajarnya untuk mengucapkan terima kasih kepada orang yang telah membantu, kepala akademi. Aku juga mengucapkan terima kasih atas apa yang kamu lakukan tadi, Rid Archie," ucap Duke Remy.

"Sama-sama, tuan Duke Remy," ucapku.

"Kalau begitu, kalian silahkan lanjutkan langkah kalian untuk kembali ke akademi. Aku minta maaf karena telah mengganggu waktu kalian. Aku ada perlu dengan Yang Mulia Ratu, jadi aku permisi dulu. Sampai jumpa," ucap Duke Remy.

"Sampai jumpa, tuan Remy," ucap nona Karina.

Duke Remy dan para prajuritnya pun berjalan memasuki gedung pengadilan. Aku dan nona Karina pun berjalan kembali menuju halaman parkir gedung pengadilan. Sesampainya di halaman parkir, aku dan nona Karina berjalan menuju kereta kuda yang disiapkan oleh Ratu Kayana.

"Kelihatannya kereta kudanya yang itu," ucap nona Karina sambil menunjuk salah satu kereta kuda yang ada di halaman parkir gedung itu.

Kereta kuda itu terlihat mewah, berbeda dengan kereta kuda yang biasanya digunakan untuk mengantar orang biasa. Kami pun langsung menuju kereta kuda itu. Saat kami berdua sedang menuju kereta kuda itu, aku melihat Duke Louis sedang mengobrol dengan para prajuritnya di salah satu sisi di halaman parkir itu. Duke Louis pun melihatku yang sedang berada di halaman parkir itu. Setelah itu beliau terlihat berbicara kembali dengan para prajuritnya lalu kemudian beliau pun menghampiriku dan nona Karina

"Apa kalian sudah mau pulang, Rid, kepala akademi ?," tanya Duke Louis.

"Iya, tuan Louis," ucap nona Karina.

"Iya, paman," ucapku.

"Kalau begitu, hati-hati ya. Tolong sampaikan salamku kepada Irene dan juga Nadine ya, Rid," ucap Duke Louis.

"Baik, paman," ucapku.

"Sampai jumpa, Rid, kepala akademi," ucap Duke Louis.

"Sampai jumpa juga, paman," ucapku.

"Iya, sampai jumpa juga, tuan Louis," ucap nona Karina.

Lalu setelah itu, Duke Louis pun pergi meninggalkan kami berdua dan kembali menghampiri para prajuritnya.

"Kelihatannya kamu sangat akrab dengan tuan Louis sampai memanggil beliau dengan sebutan 'paman'. Tetapi ketika banyak orang, kamu tidak memanggil beliau dengan sebutan 'paman'," ucap nona Karina.

"Ya itu sama seperti anda yang memanggil kakak anda dengan 'Yang Mulia Ratu' ketika sedang ada banyak orang," ucapku.

Kami berdua pun terus berjalan menuju kereta kuda yang kami tuju. Saat kami sudah berada dekat dengan kereta kuda itu, terlihat dua orang prajurit kerajaan dan satu orang yang terlihat seperti sopir sedang berdiri di samping kereta kuda itu. Melihat kami berdua yang datang, ketiga orang itu pun langsung menghampiri kami.

"Kepala akademi dan Rid Archie, kami bertiga diperintahkan oleh Yang Mulia Ratu untuk mengantar kalian kembali ke akademi," ucap salah satu dari kedua prajurit itu.

"Iya, aku sudah diberitahu tadi oleh Yang Mulia Ratu. Apa kita boleh berangkat sekarang ?," tanya nona Karina.

"Baik, nona," ucap mereka bertiga.

Lalu sopir kereta kuda itu pun mulai menaiki kereta kuda itu dan bersiap untuk mengantar kami. Sementara dua orang prajurit itu mulai menaiki kuda mereka masing-masing dan bersiap untuk mengawal kami.

"Ayo kita segera naik, Rid," ucap nona Karina.

"Baik, nona," ucapku.

Aku dah nona Karina pun langsung naik ke kereta kuda itu.

"Apa sudah siap untuk berangkat, nona ?," tanya sopir kereta kuda itu.

"Iya, berangkat sekarang juga," ucap nona Karina.

"Baik, nona," ucap sopir itu.

Lalu kereta kuda itu perlahan mulai bergerak lalu melaju meninggalkan gedung pengadilan. Kereta kuda ini pun mulai menyusuri jalan-jalan ibukota San Estella untuk menuju San Fulgen Akademiya.

Di perjalanan menuju akademi, nona Karina terus melihat ke arahku. Aku yang merasa bingung kenapa nona Karina terus melihat ke arahku pun mulai menanyakannya.

"Ada apa, nona ? Kenapa anda terus melihat ke arahku ?," tanyaku.

"Tidak ada apa-apa. Aku hanya sedang memperhatikan seragam akademi yang kamu kenakan. Apa seragammu mengalami kerusakan ? Jika iya, aku akan memberikan satu buah seragam yang baru," ucap nona Karina.

Lalu aku pun melihat dan memperhatikan seragam yang aku kenakan secara keseluruhan.

"Ada sedikit robek dibagian tertentu, nona. Tapi ini masih bisa diperbaiki," ucapku.

"Tidak perlu, aku akan memberikanmu seragam yang baru. Bagaimana dengan pedang akademi milikmu ?," tanya nona Karina.

"Pedang akademi milikku disita saat aku dipenjara, nona," ucapku.

"Begitu ya, kalau begitu aku juga akan memberikanmu pedang akademi yang baru," ucap nona Karina.

"Terima kasih, nona," ucapku.

"Iya," ucap nona Karina.

-

20 menit kemudian.

Kereta kuda yang kami tumpangi pun telah sampai di gerbang akademi. Kereta kuda yang kami tumpangi pun berhenti tepat di depan gerbang akademi. Setelah kereta kuda itu berhenti, aku pun langsung turun dari kereta kuda itu. Aku pun terus memperhatikan dinding dari gerbang akademi itu.

"Akhirnya aku kembali kesini lagi setelah mengalami berbagai hal yang tidak menyenangkan," ucapku.

Setelah itu, aku pun melihat ke arah gerbang akademi. Aku begitu terkejut karena di gerbang akademi itu terlihat ada banyak orang. Mereka semua terlihat sedang menunggu kepulanganku.

"Rid!!,"

"Akhirnya kamu kembali, Rid!!,"

"Kami sudah menunggu lama untuk menyambut kepulanganmu!," teriak orang-orang itu.

Aku melihat ada Charles, Chloe dan yang lainnya juga berada di kerumunan orang-orang itu. Mereka juga berteriak memanggil namaku. Aku tidak heran apabila Charles, Chloe dan teman-temanku datang untuk menyambutku. Tetapi aku tidak menyangka kalau banyak murid lain yang datang untuk menyambutku.

"Kamu sangat populer ya, Rid. Bahkan ada banyak yang menyambut kepulanganmu," ucap nona Karina yang tiba-tiba berada di sampingku.

"Apa nona Karina yang merencanakan ini ?," tanyaku.

"Tidak, aku tidak merencanakan apa-apa. Bukannya itu wajar kalau ada banyak murid yang menyambut kedatanganmu ? Lagipula kamu merupakan wakil ketua Elevrad dan kamu juga pemenang turnamen akademi sebelumnya, jadi wajar kalau ada banyak orang yang menyambut kepulanganmu karena kamu sangatlah populer di akademi ini," ucap nona Karina.

"Hmmm begitu ya," ucapku.

Meski nona Karina bilang kalau beliau tidak merencanakan ini, aku masih merasa curiga dan terus melihat ke arahnya.

"Berhenti melihat ke arahku, Rid," ucap nona Karina yang sadar kalau aku terus melihat ke arahnya.

Sementara itu, di tengah kerumunan orang yang sedang menyambut kepulangan Rid di gerbang akademi, terlihat seseorang sedang berlari sambil menerobos kerumunan orang itu. Orang itu terus berlari dan menerobos sampai akhirnya dia berhasil keluar dari kerumunan orang itu untuk berlari ke luar gerbang akademi.

Sementara aku yang sedang melihat ke arah nona Karina, merasakan kalau ada seseorang yang sedang berlari ke arahku. Aku pun langsung menoleh ke arah orang yang berlari itu. Saat aku menoleh, aku melihat kalau orang yang sedang berlari ke arahku ternyata adalah Irene.

"Irene ?," ucapku yang terkejut.

Setelah aku mengatakan itu, tiba-tiba Irene langsung melompat dan memelukku hingga membuat aku terjatuh.

-Bersambung