webnovel

Chapter 257 : Pandangan Terhadap Para Duke

Keesokan paginya, di tempat latihan tahun kedua.

Irene, Charles dan yang lainnya tetap berlatih di tempat latihan itu meskipun tidak ada Rid yang ikut latihan bersama mereka. Mereka saling berlatih tanding dengan yang lainnya, salah satunya Irene yang saat ini sedang berlatih tanding dengan Chloe. Namun ada yang berbeda dari Irene kali ini. Irene sering kali melamun meskipun saat ini dia sedang berlatih tanding dengan Chloe. Akibatnya, Irene sering kali terkena serangan Chloe. Salah satu serangan yang mengenai Irene adalah serangan anak panah yang di arahkan Chloe ke kepala Irene. Normalnya Irene bisa menghindari serangan anak panah itu sepenuhnya dengan mudah, namun karena Irene sempat melamun, hal itu membuatnya tidak bisa menghindari serangan anak panah itu sepenuhnya. Serangan anak panah itu pun berhasil menggores pipinya dan membuat pipinya itu berdarah.

"Kamu kenapa, Irene ? Kamu hari ini sering melamun, kemarin pun juga begitu," ucap Chloe.

"Tidak apa-apa, Chloe. Mungkin aku hanya sedang kepikiran sesuatu saja," ucap Irene sambil menyembuhkan luka di pipinya dengan sihir penyembuhan.

"Kelihatannya kamu sedang kepikiran tentang Rid ya," ucap Chloe.

"Iya, kamu benar," ucap Irene.

"Kamu tidak perlu khawatir, Irene. Kemarin, ibundaku bilang kalau hari ini beliau akan datang ke sidang pengadilan Rid. Mungkin Ibundaku akan membantu Rid nantinya," ucap Chloe.

"Ayahandaku dan kakakku juga bilang kalau mereka ingin datang ke sidang pengadilan itu dan membantu Rid agar bisa terhindar dari hukuman. Tapi yang membuatku bingung adalah bagaimana cara mereka untuk membantu Rid sedangkan mereka tidak terlibat langsung dalam insiden itu," ucap Irene.

"Yah kamu ada benarnya, sepertinya sulit untuk membantu Rid apabila tidak ada saksi yang terlibat langsung dan mengatakan kalau Rid tidak bersalah. Tapi aku yakin mereka yang ingin membantu Rid pasti punya suatu cara, jadi kamu tenang saja, Irene," ucap Chloe.

"Baiklah," ucap Irene.

Sementara itu, Noa saat ini tengah berlatih tanding dengan Charles. Namun, tiba-tiba Noa ingin menyudahi latihan ini meskipun belum ada dari mereka yang kalah.

"Kita sudahi saja latihan kali ini, Charles. Aku tidak bisa fokus dalam latihan ini karena terpikir terus tentang Rid," ucap Noa.

"Hahaha, sepertinya kamu juga ya. Baiklah, kalau begitu kita sudahi latihan hari ini," ucap Charles.

Charles dan Noa pun menyudahi latihan mereka hari ini. Tidak hanya mereka berdua saja, tetapi yang lainnya pun juga menyudahi latihan mereka. Setelah itu, mereka pun bergegas pergi dari tempat latihan untuk kembali ke asrama. Namun saat mereka telah keluar dari gedung lobi akademi, mereka bertemu dengan nona Violetta yang sedang duduk di pinggiran air mancur yang berada di depan gedung lobi akademi. Nona Violetta yang melihat kehadiran mereka pun langsung menyapa mereka.

"Halo, kalian," ucap nona Violetta.

"Halo juga, nona," ucap mereka semua.

"Tumben sekali melihat nona Violetta pagi-pagi begini," ucap Charles.

"Aku setiap pagi selalu olahraga di sekitar akademi. Mungkin kamu berkata seperti itu karena baru pertama kali melihatku di pagi hari seperti ini, pangeran," ucap nona Violetta.

"Tidak perlu memanggilku dengan sebutan 'pangeran', nona," ucap Charles.

"Baiklah. Apa kalian semua baru saja latihan pagi ? Karena aku melihat masing-masing dari kalian sedang membawa senjata," tanya nona Violetta.

"Iya, kami baru saja selesai melakukan olahraga di tempat latihan murid akademi, nona," ucap Charles. "Begitu ya. Ngomong-ngomong, kenapa wajah kalian nampak tidak bersemangat seperti itu ? Padahal kalian baru saja melakukan latihan yang juga merupakan bagian dari olahraga. Harusnya saat ini kalian jadi bersemangat. Apa ada yang sedang kalian pikirkan yang membuat kalian tidak bersemangat seperti itu ?," tanya nona Violetta.

"Iya, memang ada, nona. Kami sedang berpikir tentang teman kami yang menjadi pelaku dalam insiden yang diberitakan di surat kabar kemarin," ucap Charles.

"Ah tentang temanmu itu ya. Memang surat kabar yang beredar kemarin itu benar-benar memberitakan hal yang menghebohkan. Aku tidak menyangka kalau temanmu itu akan membunuh putra dari seorang Duke," ucap nona Violetta.

"Rid tidak mungkin melakukan itu, ini pasti suatu kesalahan," ucap Chloe.

"Aku mengerti kalau kalian mencoba untuk tidak percaya tentang surat kabar itu karena pelaku yang diberitakan dalam surat kabar itu adalah teman kalian," ucap nona Violetta.

"Rid bukan hanya sekedar teman biasa, dia itu teman dekat kami. Bahkan dia sering mengajari suatu teknik atau sihir yang belum kami kuasai," ucap Charles.

"Begitu ya, kalian benar-benar memperdulikan teman kalian itu," ucap nona Violetta.

"Tentu saja, nona," ucap Charles.

Nona Violetta pun tersenyum.

"Ah ngomong-ngomong, aku punya suatu kabar yang mungkin kabar baik untuk kalian. Kemarin, nona Karina pergi meninggalkan akademi, apa kalian tahu soal itu ?," tanya nona Violetta.

Charles dan yang lainnya pun saling berpandangan. Mereka semua pun menggelengkan kepala sebagai pertanda kalau mereka tidak tahu.

"Tidak, nona. Kami tidak tahu tentang hal itu, kenapa nona Karina pergi meninggalkan akademi ?," ucap Charles.

"Kemarin nona Karina bilang kalau dia pergi meninggalkan akademi untuk membantu membebaskan teman kalian itu. Sampai membuat nona Karina untuk turun tangan sendiri, sepertinya teman kalian itu merupakan murid kesayangan nona Karina ya," ucap nona Violetta.

Mereka yang mendengar tentang hal itu pun terkejut.

"Bahkan nona Karina juga ikut untuk membantu membebaskan Rid ?," tanya Charles.

"Iya, apa yang kukatakan saat ini bukanlah kebohongan. Jadi kalian saat ini bisa sedikit lebih tenang karena kepala akademi sendiri yang turun tangan untuk membebaskan teman kalian itu," ucap nona Violetta.

-

Pukul 8 pagi, di kelas A tahun kedua.

Meskipun saat ini seharusnya sudah dimulai jam pelajaran, tetapi suasana kelas itu masih sangat ramai karena belum hadirnya tuan Alan di kelas itu. Mereka yang ada di kelas itu terus membicarakan tentang insiden yang melibatkan Rid dan Enzo.

"Aku masih tidak percaya kalau Rid melakukan hal itu,"

"Kelihatannya saja dia yang baik tapi ternyata dia adalah seorang pembunuh,"

"Kasian sekali tuan muda Enzo," ucap murid-murid yang lain.

Sementara itu, Charles dan yang lainnya hanya diam saja dan tidak menanggapi mereka.

"Mereka terus membicarakan tentang Rid dan beberapa dari mereka bahkan menjelekkan Rid. Apa harus kita biarkan saja, Charles ?," tanya Noa.

"Jika kita ribut nanti situasinya akan tambah gaduh, lebih baik biarkan saja mereka," ucap Charles.

"Baiklah, ngomong-ngomong, jam berapa sidang pengadilan Rid dimulai ?," tanya Noa.

"Jam 10," ucap Charles.

"Jam 10 ya, sayang sekali kita tidak bisa hadir untuk menonton sidang pengadilan itu," ucap Noa.

"Sudahlah tidak usah cemas, Noa. Lagipula Rid pasti akan bebas nanti, apalagi ada nona Karina yang ikut untuk membantu membebaskan Rid," ucap Charles.

Setelah Charles mengatakan itu, tiba-tiba ada seorang murid yang mendengar perkataan Charles.

"Apa ? Apa aku tidak salah dengar, pangeran ? Kamu bilang kepala akademi akan membantu untuk membebaskan Rid ? Mana mungkin hal itu bisa terjadi. Rid itu sudah membunuh putra dari seorang Duke, hukuman mati adalah hal yang sudah pasti akan dia dapatkan. Meskipun ada banyak orang yang membantunya, tapi itu tidak akan merubah apapun," ucap murid itu.

Setelah murid itu menyelesaikan perkataannya, tiba-tiba terdengar suara kencang di kelas itu.

*BAAAMMMM

Suara itu sangat kencang dan membuat semua murid yang ada di kelas itu terkejut. Mereka semua lalu menoleh ke asal suara kencang tersebut. Suara tersebut berasal dari tempat duduk Irene. Suara kencang itu diakibatkan dari Irene yang memukul meja tempat duduknya itu secara tiba-tiba. Leandra yang juga terkejut pun langsung bertanya kepada Irene tentang alasan dia melakukan itu.

"A-ada apa, nona ?," tanya Leandra.

"Tidak ada apa-apa," ucap Irene.

Setelah Irene memukul mejanya itu, situasi kelas yang sebelumnya ramai pun menjadi sunyi. Murid-murid tidak lagi saling mengobrol dan membicarakan tentang Rid. Lalu beberapa saat kemudian, tuan Alan pun datang ke kelas.

"Selamat pagi, semua. Tumben sekali kalian menjadi sunyi, biasanya saat aku datang kalian masih ramai," ucap tuan Alan.

Semua murid yang ada di kelas itu hanya terdiam dan tidak menanggapi tuan Alan.

"Yah, aku tahu kenapa kalian menjadi seperti ini. Kalian menjadi seperti ini gara-gara surat kabar yang beredar kemarin. Kelas ini telah kehilangan Enzo dan mungkin saja akan kehilangan Rid juga nantinya tergantung dengan hasil sidang pengadilan nanti. Aku tahu kalian menjadi seperti ini karena sedang memikirkan mereka berdua. Aku pun juga sama, terlebih mereka berdua adalah murid di kelasku. Aku merasa berduka atas apa yang menimpa mereka berdua," ucap tuan Alan

-

Disaat yang sama, di penjara San Sabaneta.

Saat ini aku sedang mengobrol dengan tahanan yang satu ruangan denganku. Sebelumnya aku sempat menanyakan nama dari tahanan itu tapi dia tidak mau memberitahukannya. Aku tidak tahu kenapa tetapi aku juga tidak mau memaksanya. Oleh karena itu, aku saat ini memanggilnya dengan sebutan 'tuan tahanan'.

"Ngomong-ngomong, tuan. Apa pendapatmu tentang Duke San Minerva ? Aku sebelumnya sudah memberitahukanmu kalau Duke San Minerva juga terlibat dalam rencana pembunuhan Yang Mulia Ratu kan ? Nah, aku ingin meminta pendapatmu apakah Duke San Minerva merupakan orang yang terlihat baik di luar ?," tanyaku.

"Duke San Minerva itu sama seperti James. Mereka sama-sama licik. Mereka suka menjebak orang lain agar mau menuruti perkataan mereka. Benar begitu, bukan ?," ucap tuan tahanan.

Ucapan terakhirnya itu terdengar seperti sebuah pertanyaan, tapi sepertinya pertanyaan itu bukan ditujukan untukku. Dan benar saja, tiba-tiba ada tahanan lain yang ikut berbicara. Tahanan itu berasal dari ruangan di samping kami dan dia ikut berbicara dengan suara yang cukup keras agar bisa terdengar oleh kami.

"Itu benar. Duke San Minerva itu sama brengseknya dengan Duke San Angela. Ah seharusnya aku tidak perlu memakai gelar Duke ketika membicarakan mereka. Yah pokoknya mereka berdua itu bersifat sama. Sesuai pertanyaanmu tadi, mereka itu orang yang terlihat baik di luar untuk menjebak seseorang lalu setelah itu mereka akan menunjukan diri mereka yang sebenarnya. Aku tidak heran jika Duke itu juga ikut dalam rencana untuk membunuh Yang Mulia Ratu," ucap tahanan itu.

Tahanan yang ikut berbicara itu terdengar seperti seorang lelaki dari suaranya.

"Begitu ya. Lalu bagaimana dengan Duke San Lucia ?," tanyaku.

"Hmmm kenapa kamu menanyakan tentang ayah dari pacarmu sendiri ?," tanya tuan tahanan.

"Aku hanya penasaran dengan pandanganmu terhadap para Duke, tuan," ucapku.

"Oh begitu. Hmmm Duke San Lucia ya, aku pikir beliau merupakan seorang Duke yang baik sebab tidak ada rumor atau hal buruk yang menimpanya sejauh ini. Sebenarnya ada satu, beliau disebut sebagai dalang pembunuhan orang-orang dari ras Elf yang berasal dari kerajaan Seleria. Mayat ras Elf itu ditemukan dalam keadaan tidak memiliki jantung. Alasan beliau disebut sebagai dalang dalam insiden itu karena mayat-mayat itu selalu ditemukan di wilayah San Lucia. Karena insiden itu, kerajaan Seleria memutuskan untuk tidak berhubungan lagi dengan kerajaan San Fulgen. Tetapi aku pikir itu hanyalah jebakan yang dibuat seseorang untuk menjatuhkan reputasi beliau," ucap tuan tahanan.

"Aku juga berpikir begitu. Karena meskipun beliau dituduh seperti itu, orang-orang yang tinggal di wilayah San Lucia seperti para bangsawan ataupun rakyat biasa tidak percaya akan hal itu. Mereka percaya kalau bukan Duke San Lucia lah yang melakukan hal itu. Itu menandakan kalau Duke San Lucia begitu dicintai oleh orang-orang di wilayah San Lucia. Seorang bangsawan yang banyak dicintai khususnya dari kalangan rakyat biasa itu membuktikan kalau bangsawan itu merupakan bangsawan yang baik. Jadi aku yakin Duke San Lucia itu merupakan orang yang baik," ucap tahanan lainnya yang ikut bersuara.

Tahanan ini berbeda dengan tahanan yang memberikan pendapatnya tentang Duke San Minerva. Tahanan ini juga seorang laki-laki dari suaranya.

"Nah kamu sudah dengar sendiri kan. Kamu beruntung karena mempunyai calon mertua yang baik," ucap tuan Tahanan.

"Calon mertua ya," ucapku.

"Yah itu benar juga sih karena saat ini aku merupakan pacarnya Irene, meskipun hanya pura-pura," pikirku.

"Apa ada yang mau kamu tanyakan lagi, nak ?," tanya tuan tahanan.

"Aku masih ada satu pertanyaan lagi, tuan. Bagaimana pendapatmu tentang Duke San Quentine dan Raja Albert ?," tanyaku.

"Duke San Quentine dan Raja Albert ya. Aku rasa mereka bisa dikategorikan sebagai orang yang baik. Karena aku juga tidak mendengar sesuatu yang buruk tentang mereka dan juga mereka juga dicintai oleh orang-orang. Bagaimana dengan pendapat kalian ?," tanya tuan tahanan kepada tahanan yang lainnya.

"Aku setuju, aku juga tidak pernah mendengar sesuatu yang buruk tentang mereka,"

"Aku juga," ucap tahanan-tahanan yang lain.

"Nah mereka juga sependapat denganku," ucap tuan tahanan.

"Begitu ya, terima kasih semuanya karena telah menjawab pertanyaanku," ucapku.

"Sama-sama, nak," ucap tuan tahanan dan tahanan yang lainnya.

"Sebelumnya aku berpikir kalau orang yang tidak bisa disebutkan oleh Javier dan Enzo kemungkinan adalah Raja Albert atau Duke San Quentine. Tapi setelah mengetahui tentang mereka dari tuan tahanan dan tahanan yang lain, sepertinya orang itu bukan salah satu dari mereka berdua. Jadi siapa sebenarnya orang yang tidak bisa disebutkan itu ?," pikirku.

Saat aku sedang memikirkan tentang itu, tiba-tiba seorang tahanan lain mulai berbicara. Tahanan itu merupakan seorang perempuan dari suaranya.

"Tidak....Duke San Quentine, bukanlah seperti yang kalian pikirkan," ucap tahanan perempuan itu dengan terbata-bata.

Tahanan perempuan itu terdengar seperti sedang ketakutan saat berbicara tentang Duke San Quentine.

"Apapun yang terjadi....Kamu jangan pernah mempercayai Duke San Quentine.....Karena dia itu-," ucap tahanan perempuan itu.

Namun sebelum tahanan itu sempat menyelesaikan perkataannya, beberapa prajurit yang mengawasi ruang tahanan di lantai ini pun datang dan langsung membentak.

"Siapa yang memperbolehkan kalian untuk saling berbicara seperti ini ?!," bentak salah satu dari prajurit itu.

Situasi di tempat ini pun langsung sunyi dan para tahanan tidak saling berbicara lagi.

"Gara-gara kehadiran para prajurit itu, aku jadi tidak tahu kelanjutan dari apa yang diucapkan tahanan perempuan itu. 'Karena dia itu-' apakah itu maksudnya 'Karena dia itu sangat berbahaya' ?," pikirku.

Para prajurit yang datang ke lantai ini pun mulai bergerak untuk menyusuri tiap ruang tahanan di lantai ini. Lalu sebagian dari prajurit itu berhenti tepat di depan pintu ruang tahananku. Prajurit itu pun membuka kunci dan pintu ruang tahanan. Setelah itu para prajurit itu pun mulai masuk ke ruang tahananku.

"Kami datang kesini untuk menjemputmu, Rid Archie, karena sudah waktunya bagimu untuk menjalani sidang pengadilan," ucap salah satu dari prajurit itu.

Aku pun tersenyum mendengar perkataan prajurit itu.

"Jadi sudah waktunya ya," ucapku

-Bersambung