Arka hanya terdiam, saat malam itu tiba-tiba saja pria yang tengah mereka bahas menampakkan batang hidungnya.
Senyum tipis itu tak pernah lagi absen, sementara pandangan tajam pria itu hanya fokus tertuju pada satu titik, Arka yang tengah meringkuk di ranjang tambahan itu menjadi sasaran.
Tanpa berniat bangkit atau pun menurunkan ponsel yang menampilkan rupa tampan sang pujaan hati, namun nampaknya Ruben jauh lebih cerdik dari pada yang bisa dipikirkannya. Tanpa kata peringatan, cukup dengan sentuhan ringan dari telapak kasarnya di wajah milik Arka sebagai perwakilan. Lihat saja bagaimana ketiga kawan remaja itu menatap mereka. Bahkan Brian yang mulanya menyusup di ketiak Arka pun memilih pergi walau dengan raut yang makin di tekuk.
Tak
"Aduch!" Arka memekik kesakitan saat ponsel miliknya terlepas, jatuh dan menimpa pangkal hidungnya. Salahkan Ruben yang saat ini malah terkekeh, apa-apaan dengan jemari yang menari-nari menjajah gurat wajah miliknya? Hei, itu geli!
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com