Hari semakin malam, semakin gelap, tapi sejak tadi tidak asa tanda-tanda kehadiran Sean. Beberapa kali Reva menelepon, namun tak ada respon bahkan nomernya tidak aktif. Sebetulnya, ke mana Sean? Niat tidak sih buat datang? Kalau tahu seperti ini, Reva lebih baik manut dengan ajakan Fian untuk pulang bersama.
Angin yang berhembus kencang, suara gemuruh petir beberapa kali terdengar membuatnya terlonjak kaget. Reva tidak bisa terus-terusan di sini, kalau hujan turun, sudah dipastikan dia akan basah kuyup. Bukan lagi otak, kini hati Reva sama kalutnya.
Satu tetes air berhasil membuyarkan lamunan Reva. Lampu taman yang lumayan terang, seketika Reva mendongakan wajahnya. Ah, ternyata memang gerimis, tetapi Sean belum juga datang. Tidak ada pilihan lain, Reva memilih bangkit dari duduknya lalu berjalan menyusuri taman yang tidak terlalu ramai.
"Butuh tumpangan ga?"
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com