webnovel

My version, Lucia [Hunter x Hunter]

Aku adalah seorang gadis biasa yang berumur 29 tahun dan namaku adalah Airine. Hidupku bisa dibilang sangatlah biasa dan membosankan. Aku ini termasuk otaku, sangat menyukai anime. Untungnya masih belum akut. Pada suatu hari, saat aku terbangun dari tidurku dan membuka mataku, aku terkejut dan bingung. Kenapa? Ya karena aku bukan berada di dalam kamarku sendiri. Sepertinya aku sudah berada di dunia yang bukan dari duniaku. Aku melihat sekelilingku, tidak ada jendela, hanya ada satu pintu besi yang terkunci, dan ada banyak boneka dan mainan di ruangan ini. Kenapa aku terkurung di tempat ini? Entah kenapa aku merasa tempat ini tidak asing, dan aku sering melihat hal-hal seperti ini. Tapi dimana ya? Aku sangat yakin, kalau aku berada di dunia anime. Tunggu itu berarti... Apa aku mati?! Atau bereinkanasi? Bertransmigrasi? Tunggu! Kenapa tidak ada Dewa atau Dewi atau Tuhan yang akan memberikanku system atau apa pun itu yang biasanya muncul seperti yang aku baca di novel-novel pada umumnya? Silva, ayahku memberiku tugas dan aku keluar meninggalkan rumah. Aku mengikuti ujian Hunter. Bisakah aku menjadi seorang Hunter profesional bersama Gon dan teman-temannya? -------------------------------------------------------------- Sebelum membaca lebih lanjut, saya memohon maaf yang sebesar-besarnya, jika ada kata-kata yang menyinggung atau tidak berkenan dihati. Cerita ini hanya untuk kesenangan saya sendiri atau hanya untuk menghibur semata. Cerita ini hanyalah fiksi penggemar dan di ambil dari cerita HxH (Hunter x Hunter). Semoga kalian suka ya. Selamat membaca :D

Rybee · Cómic
Sin suficientes valoraciones
145 Chs

56 - Lulus x Jemputan Part 2

Lucia berdiri di ujung dek kapal bagian bawah lalu merapikan rambutnya yang tertiup angin. Lucia menyipitkan matanya lalu melihat lurus ke arah lautan.

Merasa ada yang ganjil, Lucia melompat ke atas tiang kapal karam yang tidak jauh dari kapal perang mereka dan tanpa sadar dia menggigit bibir bagian bawahnya.

Lucia : (Sial! Perkiraanku meleset! Badainya sudah datang!)

Gon melihat Lucia yang berdiri di ujung tiang kapal karam, lalu berteriak supaya Lucia bisa mendengar perkataannya.

Gon : Lucia, dilihat dari angin yang bertiup ini sepertinya badainya akan segera datang!

Killua : Bukannya katanya 24 jam setelah gelombang pertama? Sekarang saja masih belum sore.

Lucia mengabaikan Gon dan Killua. Dia langsung menggunakan telepatinya.

Lucia : "Kurapika!"

Kurapika yang fokus membaca buku catatan harian kapal dan memeriksa stir kemudi kapal sedikit tersentak kaget ketika mendengar adanya suara Lucia yang muncul di kepalanya.

Lucia : "Kurapika apa kau dengar suaraku?! Sudah tidak ada waktu lagi, badainya sudah datang! Cepat suruh mereka tembakan meriamnya! SEGERA!!!"

Kurapika langsung menghidupkan speakernya yang terhubung di beberapa ruangan.

Kurapika : Ini kurapika! Hanzo bagaimana disana?! Apa meriamnya sudah bisa ditembakan?!

Hanzo merasa aneh dengan intonasi nada suara Kurapika yang terdengar panik melalui speaker dengan segera menjawab panggilan Kurapika.

Hanzo : Ini Hanzo. Gozz, Bodoro dan lainnya sedang mengisi peluru. Ada apa Kurapika?

Tidak terdengar jawaban dari ujung sana, Hanzo yang khawatir pun terus memanggil nama Kurapika.

Kurapika terpaku terdiam melihat ke arah jendela. Pandangan matanya kosong dikarenakan syok dengan apa yang dia lihat dari ruangannya. Dia tidak menyangka badai sebesar itu akan datang secepat ini.

Sedangkan di ruangan penembakan Siper terkejut saat melihat melalui lensa senjata yang ada di ruangan penembakan.

Siper : Pimpinan! Badainya... Badainya datang!!!

Hanzo : Apa?! Bukannya katanya akan datang pada senja hari?!

Dari kejauhan terlihat angin topan yang lebih besar lima kali lipat dari angin topan gelombang pertama yang sedang memutar air laut ke atas, sehingga terlihat sangat jelas air laut bergejolak besar dan membuat pusaran air besar. Air laut terus meluap naik ke atas dan banyaknya kapal karam yang terseret dengan cepat.

Killua dan Gon masih belum melepaskan padangan mereka dari lautan. Killua menunjukkan ekspresi kesal yang tanpa sadar menggertakan giginya dengan geram. Sedangkan beberapa peserta ujian lainnya yang berada di luar kapal yang menyadari kedatangan badai berteriak heboh.

Peserta ujian : BA-BADAINYA DATANG!!

Lucia turun dari atas tiang kapal karam dan kembali ke dek kapal.

Lucia : Sial! Dengan kecepatan seperti itu tidak akan lama lagi badainya akan sampai di sini. Apa sih yang dilakukan peserta yang berada diruangan penembakan? Kenapa lama sekali?! (mengomel)

Killua dan Gon hanya diam mendengar omelan Lucia.

Lucia : Ayo kita kembali ke dalam!

Pada saat Lucia, Gon dan Killua hendak mau masuk ke dalam. Tiba-tiba terlihat meriam bergerak dan peluru ditembakan. Air laut bergejolak akan tetapi kapal masih belum bergerak sedikitpun.

Hanzo : Ayo tembak sekali lagi!! (berteriak keras)

Tembakan kedua dan ketiga secara berturut-turut membuat kapal yang tersangkut di batu karang berderit karena terjadi gesekan. Lucia terus berjalan cepat menuju ke ruangan penembakan. Gon dan Killua mengikuti Lucia dari belakang. Pintu terbuka. Semua peserta diruangan itu menoleh ke arah pintu yang terbuka.

Lucia : Teruslah tembak seperti itu tanpa henti!

Hanzo : Peserta nomor 80. Ayo cepat laksanakan!

Siper : Cerewet! Lihatlah, akan kutunjukan ke kalian keahlianku ini! (tersenyum lebar)

Pada saat Siper mau menekan tombol untuk menembakan peluru meriam yang berikutnya, Gon mengatakan sesuatu dan itu menghentikan aksi Siper.

Gon : Sebaiknya arah meriamnya jangan lurus saja, arahkan ke batu karang yang ada di belakang itu dan juga ke samping secara berturut-turut tiga kali!

Semua mata tertuju ke arah Gon.

Gon : Eh? Apa aku salah?

Lucia dengan cepat menggelengkan kepalanya lalu mengguncangkan tubuh Gon dengan cepat.

Lucia : Itu ide yang sangat bagus, Gon!!

Killua : Bagus Gon! (menyeringai dan mengacungkan jempol ke atas)

Lucia : Kakak nomor 80, mohon ditahan sebentar ya! Paman pinjamkan aku speaker itu, aku mau bicara dengan Kurapika!

Lucia : Kurapika, ini aku...

Kurapika tersadar dari pandangan kosongnya. Dia segera bangkit dan fokus mendengarkan perkataan yang dilontarkan oleh Lucia. Setelah itu terdengar pengumuman dari Kurapika. Semua peserta ujian menghentikan tugasnya dan mendengarkan dengan sesakma.

Kurapika : Perhatian buat seluruh para peserta ujian! Sesaat sebelum angin topan itu tiba disini. Lima menit lagi, tembakan dari meriam utama kapal akan diluncurkan untuk menghancurkan batu karang yang melingkar pada bagian utama kapal dan di saat yang bersamaan, seluruh kapal bisa di gerakkan dengan tenaga penuh dan kita bisa meninggalkan pulau ini! Harap semuanya bersiap-siap diposisinya dan menjalankan tugas masing-masing.

Lucia bersandar pada dinding. Dia tersenyum saat mendengarkan semua perkataan yang dilontarkan oleh Kurapika melalui speaker.

Gon : Kurapika hebat sekali ya! (kagum)

Leorio : Dia sangat cocok menjadi komandan, bukan begitu Hanzo?

Hanzo hanya tersenyum sambil mengangkat kedua bahunya ke atas.

Hanzo : Jangan banyak omong! Cepat isi pelurunya lagi.

Leorio : Siap pemimpin!

Hanzo dan Leorio tertawa dan dia kembali mendorong peluru meriam dan diberikan ke Gozz dan Bodoro yang siap mengisinya ke lubang. Lalu terdengar lagi suara Kurapika.

Kurapika : Nah, samakan waktu! Hitungan mundur dijalankannya rencana...

Kurapika melihat ke arah jam dinding.

Kurapika : Dimulai!!

Siper : Ok! (tersenyum lebar)

Siper langsung menekankan sebuah tombol berkali-kali. Meriam diarahkan ke batu karang sesuai arahan yang tadi di katakan oleh Gon. Bersamaan dengan peluru meriam yang meluncur dengan sangat cepat, angin topan semakin mendekat dan air laut pun semakin naik ke atas dan sudah memasuki kapal.

Ponzu dan Pokkle menghidupkan seluruh mesin lalu menarik tuas untuk menggerakkan baling-baling kapal. Kapal mulai tergeser. Semua peserta bersorak senang. Gon dan Killua saling mengetos. Lucia menggepalkan tangannya.

Kurapika : Peserta yang bekerja diluar, periksa kerusakan di setiap bagian, siapkan penembakan meriam tahap ke dua!!

Hanzo : Cepat!! Lebih cepat kerjanya!! Ayo cepat isi pelurunya!!

Siper memfokuskan dirinya pada lensa senjata.

Siper : Kali ini pasti berhasil! (tersenyum percaya diri)

Di bagian Lippo.

Narapidana : Tuan Lippo, sekitar 20 menit lagi kita akan tiba di tempat tujuan.

Lippo berdiri tegak menghadap ke jendela pesawat, tangannya diletakkan di belakang pinggangnya dan dia melihat keadaan luar dari jendela pesawat itu.

Dia membelakangi narapidana itu. Dia hanya tersenyum licik dan senyumannya terpantul di jendela pesawat balon udara. Dia mengabaikan narapidana yang melaporkan sesuatu kepadanya lalu menggumamkan sesuatu.

Lippo : Peserta ujian pada tahun ini sungguh luar biasa, akan tetapi badai langka yang hanya terjadi dalam 10 tahun sekali yang indah ini membuat saya penasaran berapa dari mereka yang akan lolos dari hadiah maut yang kuberikan itu? Fufufu..

Kembali di bagian Lucia dan peserta lainnya.

Siper yang melihat melalui lensa senjata semakin khawatir lalu berteriak keras.

Siper : Sial! Airnya semakin naik ke atas, kalau begini susah untuk menembakkan meriam. Ayo lebih cepat lagi isi pelurunya!!

Kurapika : Hanzo, apa pelurunya masih belum terisi?!

Hanzo : 30 detik lagi!!

Kurapika : Satu menit lagi tembakan meriam secara berturut-turut akan dilaksanakan! Peserta yang berada di ruangan tenaga listrik dan mesin kontrol bersiap-siaplah!

Hanzo : Ok, peluru siap untuk diluncurkan!

Siper : Bagus!

Kurapika : Samakan waktu! 10 detik lagi, tembakan meriamnya!

Siper langsung fokus pada lensa.

Kurapika : 5... 4... 3... 2... Satu! Tembak!!!

Siper : Kena kau!! (tersenyum)

Siper menekan tombol berkali-kali.

DORR!! DORR!! DORR!!

Peluru meriam diluncurkan, semua peserta yang berada di dalam ruangan menegang dan terpaku diam di tempat. Air bergejolak sangat hebat dan mengguncangkan seluruh isi kapal tersebut.

Tonpa yang berada di bagian mercusuar yang ada di sebelah kapal perang bersama dengan beberapa peserta yang berada di dek kapal lantai dua untuk mengawasi keadaan luar.

Tonpa : Luar biasa! Padahal suara anginnya begitu bising tapi suara ledakannya sampai terdengar sampai sini!

Kapal langsung terlepas sepenuhnya dari batu karang, akan tetapi guncangan keras mengakibatkan kapal menjadi tidak seimbang. Kurapika langsung terpental ke arah samping, bahu dan kepalanya terbentur keras.

Kapal semakin miring ke arah samping kanan, dan bersiap-siap untuk tenggelam. Terdengar suara Hanzo yang terus memanggil nama Kurapika.

Hanzo : Kurapika kapalnya semakin miring, kalau terus begini kapal bisa terbalik. Kurapika hey kau dengar?! Kurapika jawablah! Kurapikaaaa!!

Akan tetapi Kurapika tidak sanggup untuk membalas panggilan Hanzo. Pandangannya kabur dan mulai kehilangan kesadaran.

Killua : Hanzo, perintahkan untuk menembak sekali lagi meriamnya!

Hanzo : Apa?!

-Bersambung-

☆Please Vote and Comment☆