webnovel

Kehadiran mu membuat ku percaya dan kembali kecewa. (Bab 4)

Keesokan harinya di sekolah Airlangga semua siswa/siswi berkumpul di lapangan sekolah. Segerombolan orang membentuk lingkaran. Aku melihat Lia, Tia, Dina dan anak-anak yang kemarin menjahili ku sedang memegang poster yang bertuliskan.

[Maafkan kami Shella, kami takkan mengulangi kesalahan kami. Jadilah teman kami ! Tolong maafkan kami.]

Spontan melihat mereka berlutut dilantai aku langsung mengejar mereka dan meminta mereka untuk bangkit.

"Lia, Tia, Dina dan yang lain apa yang kalian lakukan? Jangan seperti ini, cepat bangun!" Menarik tangan Lia.

"Tolong maafkan kami Shella!" Memasang wajah memelas.

"Dan aku juga baru tau, ternyata selama ini kau banyak menolong kami. Awalnya kami pikir, kau tak ingin berteman dengan kami. Lagi pula aku selalu iri dengan mu, karena selalu unggul dalam semua mata pelajaran. Papa ku selalu menekanku dan membanding bandingkanku dengan mu. Setelah mengetahui dari Jonathan kau pernah menolong ku, aku jadi merasa sangat bersalah." Kata Lia dengan raut wajah penyesalan.

"Apa... Jonathan?"

Flashback Dua bulan yang lalu.

" Aish..." Rintih Lia yang berjalan menuju toilet.

Shella yang mendengar suara Lia, menoleh dan melihat bercak darah di rok sekolah Lia.

"Lia kayanya lagi datang mens deh."

Shella berlari mengikuti Lia ke Toilet dengan membawa pembalut dan celana olahraganya. Di jalan menuju toilet Shella bertemu Jonathan.

"Shell mau kemana lari lari?" Menarik tangan Shella.

"Aku ngejar Lia. Em... ini urusan wanita!"

Shella tau benar ini adalah hal yang sangat tabu jika di jelaskan kepada seorang pria.

Sesampainya di toilet, Shella menyodorkan celana olahraga dan pembalut dari bawah celah pintu kamar mandi. Lia seakan mengerti dan mengambilnya saat melihat celana dan pembalut tersebut, tak lupa Lia mengucapkan terimakasih. Namun Lia tidak tau siapa orang yang sudah memberikannya kedua barang itu.

Dua Minggu setelahnya, Shella melihat Tia dihukum membersihkan ruang guru. Tapi Tia tidak mengerjakannya sedikit pun. Shella yang tidak ingin Tia semakin di hukum, akhirnya Shella memutuskan membantu Lia membersihkan ruang guru sendirian. Tanpa sengaja saat itu Jonathan kebetulan sedang melewati ruang guru.

"Shella," mengendap endap dan mengejutkan Shella.

" Uahh!" Shela terkejut dan langsung memeluk Jonathan.

Dughhhh!! dughhhh! Suara jantung Shella.

"Plakkkk!!!" Memukul tangan Jonathan. "Kamu ngagetin aku." Shella mundur beberapa langkah menjauhi Jonathan dan berusaha bersikap biasa.

"Kamu ngapain di sini bukannya seharusnya Tia yang dihukum?"

" Aku cuma nolong dia sedikit."

Saat itulah Jonathan sedikit merasa bahwa Lia dan Tia seharusnya tau, nyatanya ada orang yang masih mau berbuat baik meskipun sudah di sakiti oleh mereka.

"Ya... Dan setelah tau semua itu dan banyak lagi hal yang kamu lakuin untuk mereka, mereka berinisiatif minta maaf ke kamu, aku ga maksa mereka kok!" Potong Jonathan dari belakang Shella.

"Tapi aku udah maafin kalian semua kok!"

"Aku gak dendam sedikit pun sama kalian."

"Makasih Laa, O ya... kita semua sepakat mau jadiin Shella sahabat kita. Shella mau ga jadi sahabat kita, kita bisa belajar bareng , dan hang out bareng juga. Plissss mau ya Shell!"

"Ya... Aku mau kok jadi sahabat kalian, aku juga mau minta maaf karena selama ini kurang mau komunikasi dengan kalian, yang membuat kalian berfikir negatif tentang aku. Aku mohon kalian juga maafin aku ya."

Semenjak hari itu hubunganku dan Lia Cs semakin akrab, bahkan kami sering belajar dan hang out bersama. Tak lupa Jonathan juga sering ikut bersama kami.

Aku Shella yang dulu tak mau percaya dengan orang lain, entah mengapa bisa berubah sejauh ini. Dan aku yakin semua berkat Jonathan.

Tak terasa, kami melalui masa SMA dengan banyak canda tawa. Tapi tetap saja mereka tak mengetahui identitas ku yang sebenarnya. Mereka hanya tau aku adalah anak yang bisa masuk sekolah ini melalui jalur beasiswa. Dan tak terasa 6 bulan lagi kami akan lulus SMA. Perasaanku terhadap Jonathan semakin lama semakin dalam dan hampir tenggelam. Hingga pada suatu hari,

Di dalam kelas.

"Anak anak kita akan kedatangan murid baru," wali kelas mempersilahkan murid baru untuk masuk.

"Clara Aditya!" Kaget melihat wanita yang ada di depannya adalah sepupunya Clara yang tinggal di Australia.

"Clara..." Desis Jonathan.

"Hi guys, my name Clara! Nice to meet you!" Mengedipkan sebelah matanya ke arah Shela dan Jonathan.

"Miss, Boleh Clara duduk di sebelah Jonathan?" Menunjuk ke arah kursi kosong di sebelah Jonathan.

"Ohh Clara sudah mengenal Jonathan? Tanya guru kebingungan begitu juga dengan semua orang yang ada di dalam kelas tersebut.

"Yuppss... dia teman sekelas ku saat di Australia," menatap Shella.

And also my ex BOYFRIEND but soon Will be my boyfriend again. Dalam hatinya dengan tatapan yang tajam.

Untung saja dia ingat aku pernah bilang aku merahasiakan identitas ku di sekolah. huhhhh sedikit lega punya sepupu yang pengingat dan pengertian. Tapi dia mengenal Jonathan? Pernah satu sekolah dengan Jonathan? Shella berusaha menahan pertanyaan yang muncul beruntun di pikiran ku.

Jam istirahat tiba, Shella terlalu fokus pada tugas yang diberikan guru, hingga tak merasakan kepergian Jonathan.

"Shella mau ke perpustakaan gak?" Tanya Lia.

"Oh... ya ada beberapa buku yang harus ku baca!" Akhirnya keduanya memutuskan untuk pergi ke perpustakaan. Saat berjalan menuju perpustakaan.

"Hahahaha!!" Tawa kami pecah saat membicarakan tentang acara station tv semalam.

"Eh... Bukannya itu Jonathan dan Clara?" Menunjuk ke arah dua orang yang menaiki anak tangga menuju rooftop.

"Eh iya itu Jonathan sama Clara anak baru, Clara cantik banget ya. kira kira mereka mau ngapain ya ke rooftop? Ikutin yuk..." Ajak Lia.

"Nggak deh kalian aja."

Dengan cepat Lia menarik tangan Shella, "Udah ikut aja!" Mereka mengikuti Jonathan dan Clara.

Di atas Roof top.

"I miss u so much Nathan. Mencium pipi Jonathan.

"Whoaaaaa dia mencium Jonathan, huhhhh menang banyak, kira-kira apa ya hubungan mereka? Sampe bisa kiss kiss begitu?" Tanya Tia.

Hatiku terasa sakit, saat melihat Clara mencium Jonathan. Dan terlihat Jonathan tak melawan sedikit pun. Ingin rasanya lari dari tempat itu sekarang juga dan menangis sekeras-kerasnya.

Saat Shella akan berbalik, berniat meninggalkan tempat tersebut

"Aku cuma manfaatin Shella, kita ga ada hubungan apa apa. Aku masih mencintaimu Clara. Aku mendekati Shella, hanya ingin agar dia membantuku memperbaiki nilai ku, karna kudengar dia anak yang pintar. Dan kamu tau perjanjian ku dengan papa kan."

Suara Jonathan terdengar jelas di telinga Lia, Tia, dan Shella.

Mendengar perkataan Jonathan, Shella seperti disambar petir, seolah jantungnya dirobek robek. Sakit teramat dahsyat membuatnya berbalik dan mendekati mereka berdua di ikuti Tia dan Lia

"PARRRRRRRRRR!" ( suara tamparan yang mengenai wajah Jonathan).

"Kau manusia sialan!" Perlahan terlihat air mata Shella mengalir dan membasahi pipinya.

"Jangan pernah tunjukan wajahmu di hadapanku, aku tak ingin mengenalmu lagi seumur hidup ku!!" Menunjuk ke arah wajah Jonathan.

" Aku sangat membencimu!" Berbalik meninggalkan Clara dan Jonathan.

Lagi dan lagi, kejadian 3 tahun yang lalu sahabat yang begitu aku percaya mengkhianati ku . Dan hari ini, orang yang aku pikir adalah malaikat. Orang yang aku percaya dan aku cintai. Mengapa? Semua kata-kata yang membendung hati.

Aku berlari keluar sekolah dan menelpon Paman .

"Paman bisakah menjemputku dan tolong mintakan ijin ke guru untukku!! HIKKSSS."

"NON!!! NONA ADA APA!!!" Suara paman panik dan langsung mengambil kunci mobil.

"La kamu gapapa? Tanya Lia dan Tia.

Aku memeluk mereka satu persatu dan menyuruh mereka meninggalkan ku sendiri.

"Lia... Tia... bisakah tinggalkan aku sendiri? Saat ini aku hanya ingin sendiri." Memegang tangan Lia.

Melirik satu sama lain dan mengangguk .

"Tolong jangan bersedih, dan nanti malam telpon kami! jangan membuat kami khawatir." Memeluk dan menepuk pundak Shela.

Tak berapa lama Paman datang menjemputku, paman tidak menanyakan banyak pertanyaan. Tak terasa kami sudah sampai di rumah, aku berlari menaiki tangga dan masuk ke kamarku . Menjatuhkan diriku di tempat tidur dan menangis sekencang-kencangnya. Beberapa kali terdengar suara bibik mengetuk pintu kamar ku karena khawatir, tapi aku tidak menghiraukannya sama sekali. Beberapa kali juga terdengar handphone ku berbunyi, entah itu nada panggilan, ataupun pesan masuk. Aku lagi-lagi tak ingin menghiraukannya karena saat ini, Saat ini aku hanya ingin sendiri.

Tak terasa aku sudah menangis seharian, hingga aku tak makan apapun dan tertidur pulas karena kelelahan. Aku sangat berharap semua ini hanyalah mimpi, mimpi buruk yang sedang mengganggu tidurku.

Siguiente capítulo