webnovel

Kita Putus

Suara desahan dan desisan terdengar sahut menyahut dari dalam sebuah apartemen mewah milik Leo, CEO Hadinata group. Suasana pagi itu begitu panas menggelora, sepasang insan terlihat sedang berebut mereguk kenikmatan pada tubuh masing-masing, menyalurkan hasrat liar mereka.

Leo menghentak-hentakkan pinggulnya sambil mengeram nikmat, sementara Selly mendesis desis menikmati permainan panas lelakinya. Begitu memabukkannya percintaan mereka hingga tak sadar pintu kamar mereka telah terbuka sepenuhnya.

"Leooooo... k-kamu!” jerit seorang wanita cantik berambut panjang dari arah pintu.

Viola membelalakkan matanya tidak percaya akan apa yang sedang dilihatnya saat ini. Kekasih yang ia cintai setahun ini sedang bercinta dengan wanita lain.

Leo terkejut bukan main melihat Viola memergoki dirinya sedang bercinta dengan Selly. Ia tidak menduga Vio akan ke apartemennya hari ini.

"V-viola, i-ini...” Leo tergagap. Belum sempat berkata apa-apa, tiba-tiba sebuah tamparan telah melayang di pipinya.

"Apa-apaan ini, Leo? kenapa kau menghianatiku?” jerit Vio sambil memukul-mukul dada Leo.

Sementara Selly buru-buru memunguti pakaiannya yang berceceran di lantai.

"Viola, dengarkan dulu penjelasanku!" jawab Leo disela-sela pukulan yang dilayangkan Viola di dadanya.

Viola yang sedang emosi, tidak mau mendengarkan penjelasan Leo. Ia terus saja melampiaskan kekesalannya pada kekasihnya itu.

Selly yang telah berhasil memakai pakaiannya kembali, dengan santainya berjalan mendekati Leo yang sibuk menenangkan Vio.

"Apa-apaan ini, honey? Siapa dia sebenarnya?” tanya Selly sambil menunjuk Vio yang masih mengamuk.

Belum sempat Leo menjawab pertanyaan selingkuhannya itu, Viola langsung menarik rambut wanita itu dan menjambaknya dengan keras. Dirinya benar-benar emosi melihat wanita tidak tau diri di depannya ini.

"Aku kekasih Leo, kalau kamu mau tau? Dasar jalang sialan!”

Vio terus menjambak rambut Selly untuk melampiaskan amarahnya. Sebenarnya ia ingin menangis, tapi harga dirinya terlalu tinggi, hingga ia melakukan hal impulsif yaitu memukul jalang tersebut untuk melampiaskan emosinya.

"Lepaskan aku, wanita sialan! Lepaskan rambutku! Honey, tolong aku!" Selly berteriak histeris karena kesakitan.

Sementara Vio yang sangat marah dan sakit hati, tak menghiraukan teriakan wanita itu lagi. Dia terus saja menarik rambut dan memukul wanita pelakor perebut kekasihnya itu.

"Lepaskan dia, Vio! Kamu ini apa-apaan, sih? Bar-bar sekali kamu!"

Leo yang sudah berhasil memakai boxernya kembali, berusaha melerai Vio dan teman kencannya tersebut.

"Apa? Bar-bar katamu?”

Tangan Vio pun akhirnya kembali mendarat di pipi Leo. Sungguh dirinya tidak percaya, Leo malah membela wanita itu daripada dirinya. Dia bahkan tega menyebut dirinya bar-bar. Wanita mana yang tidak akan marah jika berada di posisinya sekarang?

"Kau bilang aku bar-bar, lalu ini apa, hah? Kau tega menghianatiku, Leo. Kau sungguh jahat, teganya kau melakukan ini padaku," mata Vio pun memerah, sekuat tenaga ia menahan tangisnya agar tidak pecah di hadapan lelaki berengsek di depannya ini.

Sungguh ia tidak menyangka orang yang ia kasihi dan selalu perhatian serta menyayanginya setahun ini, tega tidur dengan wanita lain. Dan yang membuatnya tambah emosi adalah melihat raut wajah kekasihnya yang tampaknya sama sekali tidak merasa bersalah terhadapnya.

Leo yang tersulut emosinya karena ditampar Vio, akhirnya menjawab dengan lantangnya.

“Tega katamu? Ya, aku tega, Vio. Apa yang kudapatkan darimu selama setahun ini selain ciuman dan pelukan, hah? Aku ini lelaki normal, Vio. Kebutuhanku jg harus disalurkan. Kamu tidak pernah mau kuajak tidur selama ini, kan? Jangan salahkan aku mencari pelampiasan," jawab Leo tak mau kalah.

Vio sungguh panas hatinya mendengar ucapan Leo. Jadi selama ini, hanya tubuhnya yang diinginkan Leo, bukan cinta suci seperti yang ia rasakan pada Leo selama ini.

"Dasar berengsek!” Viola menampar Leo sekali lagi dengan keras.

"Aku bukannya tidak mau tidur denganmu, Leo. Aku hanya ingin mempersembahkan kehormatanku untuk suamiku kelak. Kalau kau menginginkanku, kau bisa menikahiku, bukan tidur dengan jalang ini,” jawab Vio menahan tangisnya.

"Cih, mimpi kamu! Aku masih ingin bebas, Vio. Kamu terlalu tinggi menilai dirimu,” ejek Leo sinis sambil berjalan mendekati selingkuhannya kemudian memeluknya mesra di depan mata Vio.

"Mending kamu pulang saja sana! Gangguin orang aja,” cibir Selly sinis mengejek Viola sambil bergelayut mesra di pelukan Leo.

Dengan geram Viola berlari mendekati Leo, menendang pangkal pahanya lalu mendorong wanita itu. Sungguh hatinya begitu panas mendengar ucapan Leo dan jalangnya itu.

"Berengsek kamu, Vio!” jerit Leo kesakitan sambil memegangi pangkal pahanya.

"Kalian yang berengsek, tau nggak? Mulai sekarang kita putus...”

Vio bergegas meninggalkan tempat laknat itu. Ia terus berlari meninggalkan apartemen mantan kekasihnya dengan air mata yang sudah tidak dapat dibendungnya lagi. Ia masuk ke dalam mobilnya lalu menangis sekencang-kencangnya di sana. Sungguh hari ini terasa bagai mimpi buruk baginya.

Niatnya untuk merayakan anniversary satu tahun hubungannya bersama Leo, kini kandas tak berbekas. Betapa teganya Leo mengkhianatinya. Apa salahnya selama ini? Ia sudah berusaha menjadi kekasih yang baik untuk Leo.

“Leo sialan! Leo berengsek!” umpatnya disela-sela isak tangisnya.

"Bahkan dia tidak mengejarku. Dia lebih memilih jalang itu. Dasar kurang ajar!” tangis Vio pun semakin deras.

Butuh keberanian besar bagi seorang wanita ketika mendapati kekasihnya selingkuh untuk terlihat tetap tegar seperti Vio. Setidaknya di depan dua manusia jahat itu, Vio berusaha terlihat tegar, walaupun sebenarnya ia sedih dan sakit hati. Ia hanya tidak mau terlihat lemah di mata orang lain.

Ia akan selalu menampakkan sisi garang dan juteknya untuk melindungi dirinya dan hatinya dari kejamnya manusia di sekelilingnya. Setelah puas meluapkan kesedihannya. Ia pun melajukan kendaraannya menuju kafe Romero milik temannya yang bernama Tommy untuk melupakan kesedihannya.

"Minta minuman yang dingin dan segar, Tom!" Vio menyeka air matanya sambil memesan minuman pada sahabat karibnya.

“Air mata ini akan kubiarkan mengalir hari ini, terakhir kalinya, dan akan kupastikan aku tak akan menangis lagi demi seorang pria,” tekad Vio dalam hati.

"Kenapa lo nangis, Vio? Lo ada masalah?" tanya Tommy mendekati Vio, lalu menepuk-nepuk punggungnya pelan menenangkan Vio.

Nora yang juga merupakan sahabat Vio, datang membawa minuman dingin menghampiri meja Vio.

"Nih, diminum dulu, Vio! Ada apa? Kok nangis, sih? Pagi tadi ceria banget mau ngerayain anniversary sampai gak pamit lagi,” tanya Nora penasaran.

Nora heran melihat Vio yang selalu ceria, tiba-tiba menangis seperti ini. Ada apa gerangan?

"Leo menghianatiku. Dia tidur dengan wanita lain di apartemennya,” ucap Vio sembari menyeka air matanya. Air mata yang hanya bisa dilihat Tommy dan Nora sahabat karibnya.

"Berengsek si Leo!” Tommy mengepalkan tangannya geram mendengar curhatan sahabatnya.

"Jahat banget, sih. Gue nggak nyangka kalo Leo bisa menghianati lo, Vio. Perhatiannya selama ini begitu besar sama lo. Malah kita aja sebagai sahabat lo, nggak kebagian waktu karena direbut sama pacar lo itu. Dasar buaya kurang ajar!” geram Nora ikutan kesal.

"Iya, gue aja nggak nyangka jadi begini. Tadinya gue pengen ngasih kejutan buat dia, karena hari ini first anniversary kami. Gue diam-diam ke apartemennya. Namun, akhirnya bukan dia yg terkejut, tapi gue sendiri yang terkejut jadinya, Ra," lanjut Vio masih menyeka air matanya yang masih terus mengalir.

"Sudah, lupain aja cowok itu, Vio! Sayang banget air mata lo dibuang-buang buat cowok berengsek macem dia. Lo yang tegar, ya, Vio!" Kedua sahabat Vio berusaha menenangkan Vio.

"Makasih, ya. Kalian selalu ada buat gue saat senang atau pun susah. Jujur, gue benar-benar kecewa. Gue ga nyangka dia bisa tega sama gue. Selama setahun bersamanya, dia selalu memberikan kasih sayang dan perhatiannya, hingga gue benar-benar merasa dicintai. Gue malah anggap dia cowok paling sempurna. Ternyata, gue salah. Cinta yang tulus bagi pria itu tidak ada, yang ada cuman nafsu.”

"Suatu saat, lo pasti nemuin cowok lain yang tulus, Vio,” hibur Tommy tulus.

“Nggak, Tom. Gue nggak bakal percaya lagi sama cowok. Cowok semuanya berengsek,” ucap Vio penuh dendam.

Ia bertekad dalam hatinya, tak akan mempercayai laki-laki lagi. Ia tak ingin dikhianati lagi. Sakit, perihnya ketika kekasih hati bercinta dengan wanita lain, akan ia bawa sampai mati. Laki-laki semuanya bajingan.

Tommy dan Nora saling pandang dalam diam. Tak ada gunanya menasehati Vio sekarang. Ia sedang terluka. Hanya waktu yang bisa menyembuhkan lukanya.

“Ya, udah, jangan galau-galau lagi, Vio! Mendingan kita hang-out aja. Gimana?” ajak Nora berusaha menghibur Vio.

Sementara diujung meja sana, seorang lelaki mengamati interaksi Vio dan Tommy sambil bergumam sendiri.

"Cantik, tapi bodoh. Menangis karena pria, dasar bodoh!" lanjutnya dingin.

"Siapa yang bodoh, Bos?” tanya Asisten Tio sambil celingak-celinguk melihat sekitar. Namun Richard hanya berlalu tanpa menjawab apa-apa.

"Tinggal jawab doang apa susahnya, sih, Bos!” gumam Tio yg merasa kesal tidak ditanggapi bosnya. Tio pun menyusul Richard meninggalkan kafe Romero menuju kantornya.

Bersambung....

Siguiente capítulo