webnovel

Musafir Hub (Perjalanan Cinta)

Historia
En Curso · 32.6K Visitas
  • 27 Caps
    Contenido
  • 5.0
    14 valoraciones
  • NO.200+
    APOYOS
Resumen

Inilah perjalanan seorang pemuda yang mencari jati diri. Pergi dari rumah tanpa tujuan hingga bertemu orang-orang yang mengarahkan dalam kebaikan. Tak disangka perjalanannya sangat berkesan dan penuh cinta. Membuat Hanif Al Malik sadar akan pentingnya kehidupan. Perjalanannya menjadi seorang hamba yang mengharap ridhoNya. Cobaan datang juga, ketika dia mulai merasa rindu. Rindu itu untuk Naila. Naila adalah gadis yang pertama kali bertemu dan berani menegurnya. Membuat Hanif perlahan-lahan memiliki perasaan unik yang tidak dapat dikatakan. Apakah Hanif akan menahan perasaannya? Atau akan terus merindukan dalam diam? Dan bagaimana kah perjalanan berkesan itu? Mari ikuti kisahnya hanya di Musafir Hub (Perjalanan Cinta)

Chapter 1Ditegur Seorang Gadis

Awan mendung, langit gelap mengundang kegelisahan, ke mana seorang pemuda akan melangkahkan kakinya. Dia Hanif Al Malik,

"Entah, mau dibawa kemana? Tanpa arah dan tempat yang jelas, diremehkan dari kedua orang tua karena kesalahanku sendiri, selalu membuat mereka kecewa, aku memutuskan untuk pergi dari rumah, akan aku buktikan kepada mereka kalau aku bisa menjadi anak yang baik.

Maaf Bu .. Pak .. jangan kutuk aku jadi anak durhaka, karena preman pekerjaanku, dengan umurku yang masih sembilan belas tahun aku mudah terpengaruh oleh dunia luar, aku akan pergi sejauh-jauhnya dari tempat lahirku, entah kemana aku harus melangkah mencari kedamaian, akan aku dekatkan diriku pada sang ilahi, aku tidak berpikir apakah nanti Alloh akan mengampuni ku atau tidak,' batin Hanif.

Hanif melihat bus, Hanif melambaikan tangan dan kemudian bus itu pun berhenti lalu dia pun langsung naik, setelah di dalam Hanif menengok kanan, kiri, depan dan belakang namun tidak ada kursi yang kosong, semua sudah ada yang menempati, tiba-tiba ada seorang laki-laki yang berdiri dan berkata.

"Sini dek," Panggil seorang pemuda yang berkulit kuning langsat dengan berpakaian seperti ustad yang biasa memakai kopiah, sarung dan baju koko.

Hanif juga melihat ada seorang gadis berkerudung yang memandang di luar kaca, dari pakaian yang dikenakan ia terlihat seperti seorang santri.

Hanif bertanya pada orang yang ada di sebelahnya tadi, "Dari mana Mas?"

"Dari Kebumen," jawab lelaki itu.

"Kamu sendiri dari mana?" tanya balik lelaki yang bernama Hafizh itu.

"Dari Solo, lha Mas mau kemana?" belum lagi menjawab Hanif.

Hafizh malah berkata,

"Oh iya kenalin." Dia mencolek tangan istrinya, dan kemudian Hanif mengulurkan tanganku, namun ternyata istrinya itu tidak menyambut uluran tangan Hanif, wanita itu malah melipat kedua tangannya, namun begitu dia masih berkenan untuk menyebutkan nama.

"Naila," ucap perempuan itu sambil tersenyum manis, lalu kembali memandang luar kaca lagi, lalu mas Hafizh kembali bertanya.

"Ini Adik saya."

"Oh ... saya kira istri Mas Hafizh. Mas mau kemana," timpal Hanif sembari senyum tertahan.

"Aku mau berangkat ke Pondok bareng Adikku."

Hanif hanya diam dengan sedikit manggut-manggut, lalu Mas Hafizh kembali bertanya,

"Lha kamu sendiri mau kemana?"

Hanif pun langsung menjawab, "Belum tahu Mas, eh kalo misalnya aku ikut Mas apa boleh?"

"Boleh," jawab Mas Hafizh sembari tersenyum ramah.

Lalu Hanif kembali bertanya, "Mas sudah berapa lama mondoknya?"

"Kalau aku lima tahun, dan kalau Adikku baru tiga tahun," jawab Mas Hafizh dan aku hanya bisa tersenyum, sejenak kemudian mereka saling diam, Hanif merasa adiknya itu tidak banyak bicara, padahal cantik, tapi kayak orang bisu, dan tiba-tiba Mas Hafizh berkata,

"Aku boleh cerita?"

"Ya tentu boleh to Mas, silahkan Mas .."

Lalu iapun mulai ceritanya,

"Awalnya aku tak pernah menyangka kalau bisa mondok, ya Alhamdulillah hatiku terbuka, aku dulu punya geng, di daerahku aku dan gengku terkenal paling kejam, hingga pada akhirnya kakekku meninggal, sebelum meninggal ia sempat berpesan, "Berubah lah .. karena sesungguhnya Allah maha pengampun." Kemudian setelah itu aku ada teman yang mengajakku untuk mondok.

"Gimana, maukah mondok bareng aku? Dan akhirnya aku pun mengikuti ajakannya itu, dan Alhamdulillah sekarang temanku itu sudah menikah, kalau Adikku ini memang pendiam orangnya, tidak cerewet dan penurut, beda lah dengan kakaknya ini hehe ... oh iya kamu sendiri apa tidak punya orang tua? Dan kenapa kok mau ikut dengan kami?" tanya mas Hafizh.

Hanif pun langsung jawab, "Aku kabur dari rumah." Mendengar ucapan Hanif seperti itu adiknya pun langsung menoleh ke Hanif, tapi tidak lama karena begitu aku ganti menoleh padanya dia buru-buru kembali memandang ke luar kaca bis lagi, dan Hanif pun kembali melanjutkan cerita Hanif.

"Aku hampir sama dengan mas sebenarnya, dan sekarang aku juga akan buktikan kepada mereka kalau aku ini juga bisa menjadi anak yang baik."

Adiknya berkata, "Maaf ikut menyambung, kamu tidak berpamitan?"

Hanif menggelengkan kepala, dia kembali berkata namun dengan tidak menoleh kepada Hanif.

"Tidak?" lanjutnya meyakinkan jawaban Hanif.

Dan Hanif pun kembali menjawab dengan jawaban yang sama, "Tidak."

"Terus sekarang kamu mau ikut bareng dengan kita?" lanjut tanya adiknya.

"Iya," jawab Hanif singkat.

"Aku sarankan ya .. cari dulu ridho orang tuamu, pamit mintalah izin meskipun cuma lewat telepon, biar kelak ilmumu manfaat dan berkah, juga orang tuamu tidak bingung mencari kamu kesana-kemari," ucapnya terdengar menasehati Hanif, namun sayang dengan sikapnya yang seperti itu Hanif malah merasa diremehkan.

Mas Hafizh berkata, "Nai jangan ikut campur, kamu kan belum tahu masalah yang sebenarnya ..."

Naila berkata, "Mas gak tau kan .. bagaimana sakitnya hati ibu? Sekejam-kejamnya ibu dia tetap tidak akan rela kalau anaknya terluka, walaupun hanya dengan tetesan air mata."

Mas Hafizh diam lalu kemudian ia berkata,

"Cepat hubungi orang tuamu, lalu bicaralah dengan baik, bilang minta maaf dan kamu tidak akan pernah pulang sebelum berhasil menjadi anak yang baik."

Seperti itulah awal perjalanannya. Hanif nampak diam mendengar penuturan dari Hafizh dan Naila, setelah itu dia mengambil hpnya dan kemudian langsung menelpon orang tuanya, dan sepertinya yang mengangkat adalah ibunya.

"Assalamualaikum ... ini siapa?" tanya ibunya.

"Ini aku Bu ... Hanif."

"Ya Allah ... Hanif, kamu dimana nak? Cepat pulang .." suara ibunya terdengar bergetar karena menahan tangis haru, terbayang wajah seorang ibu yang ditinggal pergi oleh anaknya.

"Bu .. doakan aku agar bisa menjadi anak yang baik, aku akan pulang jika aku sudah berubah, salam untuk bapak dan maafkan Hanif ya Bu .. jaga kesehatannya .. makan yang teratur .. jangan sampai penyakit lambungnya kambuh .. Hanif sayang dengan Ibu .. wasallam .."

Naila nampak tersenyum dan kemudian menoleh ke kakaknya, ia merasa bersalah.

"Mas, mas, mas Hafizh ... aku minta maaf .." ucap Naila, dan karena Hafizh masih diam lalu Hanif pun ikut ambil suara.

"Mas ... mas ..." dan tiba-tiba ..

"Hahaha ... kalian ketipu," ujar Hafizh merasa senang karena bisa ngerjain Hanif dan adiknya Naila.

"Hih, nyebelin! Dosa tanggung sendiri!" ujar Naila nampak sewot.

"Jangan marah .. mas Hafizh kan cuma bercanda, orang yang gak mau memaafkan katanya umatnya Raja Fir'aun, eh gitu ya ..? Aku cuma denger-denger sih .."

.

También te puede interesar

Pesan Cinta Effendik

“Menata hati bukan ikwal membalik telapak Mencairkan luka jua tak sekedar meneguk kopi Menyapu keresahan masa lalu jua teramat tak mampu Semua adalah garis takdir qada Mau tak mau harus terlewati Di sisinya ada jurang di sisi yang lain ada lubang Di tengah-tengah ada serapak dua kaki Bila salah sedikit neraka jahanam adalah ujung tanpa tepi Bukan masalah hanya mengucap Bismillah Atau mengusap kedua tangan kemuka dengan Allhamdulillah Tapi terus berjalan di jalanan yang benar Setegak alif sekuat baq berjuang demi menjaga keimanan dan kesalehan hati Terus berusaha hidup dengan lafaz shalawat dan tabuh genderang takbir langit” *** Begitulah serat cinta lampiran sebait puisi Effendik yang iya tulis rapi bak catatan buki diari. Sore menjelang magrib dengan segelas kopi dan sebungkus rokok di atas meja berteman sunyi sebuah gang desa bernama Mojokembang. Sebuah desa pinggiran kota Jombang. Ini ikhwal sebuah cerita dan album masa lalu Bagus Effendik. Seorang lelaki muda yang sedang mencari jati diri. Benturan demi benturan kenyataan pahit terus ia lalui. Kehidupan sederhana dari orang tua yang sederhana membuat ia harus selalu berjibakuh dan kerja keras untuk mencari sesuap nasi. Bagus Effendik yang sering dipanggil dengan sebutan Cacak Endik. Adalah pemuda biasa dari kebanyakan pemuda kampung lainnya. Namun di balik penampilannya yang biasa saja terselip kalam-kalam illahi yang indah yang selalu tergetar di mulut dan hatinya. Jalan takdir yang ia miliki membuatnya selalu resah dengan keadaan yang diterimanya. Iya selalu bertanya dalam hati apa itu cinta sebenarnya dalam arti mana harus ku kerahui cinta apakah dalam arti kiasan atau secara hakikatnya

Cacak_Endik_6581 · Historia
Sin suficientes valoraciones
55 Chs

NITYASA : THE SPECIAL GIFT

When death is a blessing. Bagaimana jika lingkup sosial kita di isi oleh orang-orang menakjubkan? Diantaranya adalah orang yang mempunyai anugerah di luar nalar. Salah satunya seorang bernama Jayendra yang berumur lebih dari 700 tahun dan akan selalu bertambah ratusan bahkan ribuan tahun lagi. Dia memiliki sebuah bakat magis yang disebut Ajian Nityasa. Kemampuan untuk berumur abadi. Mempunyai tingkat kesembuhan kilat ketika kulitnya tergores, tubuh kebal terhadap senjata dan racun, fisik yang tidak dapat merasakan sakit, serta tubuh yang tidak menua. Namun dari balik anugerah umur panjangnya itu, gejolak dari dalam batinnya justru sangat berlawanan dengan kekuatan luarnya. Pengalaman hidup yang dia lewati telah banyak membuatnya menderita. Kehidupan panjang tak bisa menjaminnya untuk bisa menikmati waktunya yang melimpah. Kebahagiaan tak lagi bisa dia rasakan. Dari semua alasan itu, maka baginya kematian adalah hal yang sangat ia damba. Tetapi malaikat pencabut nyawa bahkan tak akan mau mendekatinya yang telah dianugerahi umur abadi. Pusaka yang menjadi kunci satu-satunya untuk menghilangkan Ajian Panjang Umur itu telah lenyap ratusan tahun lalu. Maka jalan tunggal yang harus ditempuh adalah kembali ke masa lalu. Tidak, dia tidak bisa kembali. Orang lain yang akan melakukan itu untuknya. Seorang utusan akan pergi ke masa lalu bukan untuk merubah, tetapi untuk menguji seberapa besar batasan kepuasan manusia. Masa lalu berlatar pada awal abad 13 di Kerajaan Galuh pada masa kepemimpinan Maharaja Prabu Dharmasiksa. Di zaman itulah misi yang semula hanya untuk mengambil sebuah pusaka seolah berubah menjadi misi bunuh diri. Kebutaan manusia akan sejarah membuatnya terjebak pada konflik era kolosal yang rumit. Mampukah mereka melakukannya? Atau akan terjebak selamanya?

Sigit_Irawan · Historia
4.9
240 Chs

valoraciones

  • Calificación Total
  • Calidad de escritura
  • Estabilidad de Actualización
  • Desarrollo de la Historia
  • Diseño de Personajes
  • Contexto General
Reseñas
gustó
Últimos

APOYOS