webnovel

Siapakah Si Gadis Cola? (6)

Editor: Wave Literature

Ketika pandangannya bertemu dengan He Jichen, hati Ji Yi bergetar hebat.

Skenario ini membawanya kembali pada memori ketika mereka masih SMA...

Dahulu, jika ada orang yang membuatnya merasa tidak senang, tanpa alasan yang jelas He Jichen akan membuat mereka berada pada posisi yang sulit.

Para anggota geng dulu dan Fatty yang sekarang bertingkah samaꟷdengan nada menggurui mereka bertanya kepada Ji Yi mengapa gadis itu bertindak seperti itu. Ji Yi tidak perlu repot menjelaskan dan hanya menolehkan wajah cantiknya pada He Jichen untuk mendapatkan dukungan.

Tuhan tahu betapa He Jichen menyukai reaksi Ji Yi itu, karena hal itu membuatnya merasa bahwa gadis itu membutuhkannya.

Melihat Ji Yi menatap He Jichen, seakan lonceng peringatan berbunyi dalam kepala Fatty. Awalnya dia ingin bersikeras menolaknya, tetapi kata-katanya lantas menghilang dari bibirnya. Spontan dia menoleh kepada He Jichen. "Kak Chen..."

Ketika He Jichen mendengar suara Fatty, kelopak matanya bergetar dan dia keluar dari nostalgianya saat beradu pandang dengan Ji Yi. Seakan tidak melihat Fatty memohon belas kasihan, pemuda itu memerintahkan, "Pergi", dengan suara datar.

Ini tidak mungkin! Sudah empat tahun semenjak dia bertemu dengan si iblis besar pembuat masalah; bagaimana mungkin si Raja Tiran masih bertingkah sama?

Fatty tertegun beberapa saat dan mencoba untuk bicara.

Sebelum sempat mengucapkan kata apapun, ia melihat alis He Jichen mulai bertaut. Fatty merasakan aura kebengisan menyelimuti He Jichen dan merebak ke sekelilingnya, maka ia pun segera melompat dari duduknya. Entah mengapa kata yang ingin diucapkannya tersangkut di tenggorokan dan akhirnya berubah menjadi: "Aku pergi, aku pergi."

Sambil mengatakan hal ini, Fatty bergegas menuju pintu ruangan pribadi itu.

He Jichen terlihat puas dengan jawaban Fatty dan keningnya yang berkerut mulai rileks. Sembari memperhatikan punggung Fatty yang bergerak tergesa-gesa, pemuda itu berpikir sejenak sebelum berkata dengan nada santai, "Mhm, ingat, beli semua jajanan yang ada."

Fatty langsung menghentikan langkahnya. "Kak-..."

Dia hanya sempat mengucap satu kata ketika He Jichen berbicara lagi, "Sepuluh porsi."

Fatty menarik napas tajam karena terkejut. Sebelum dia sempat bersuara, He Jichen menyahut: "Seratu-"

Sebelum selesai mengucap kata "seratus", Fatty sudah berlari keluar dari ruangan pribadi itu karena takut He Jichen akan benar-benar membuatnya membeli seratus porsi untuk masing-masing jajanan. Dia langsung menghilang.

...

Ketika Fatty kembali dengan berbagai kantung kecil dan besar di tangan, dengan napas tersengal dan kepala bermandikan keringat, Ji Yi sedang meminum teh dengan kepala tertunduk, sementara He Jichen sedang memegang gelas anggurnya dan menatap Ji Yi dengan lembut.

Semilir angin berhembus ke dalam ruangan, membuat sosok mereka berdua terlihat bagaikan sebuah lukisan.

Setelah mengantri sangat lama, Fatty kembali ke dalam ruangan pribadi itu bermandikan keringat. Dengan kesal Fatty meletakkan bungkusan makanan di atas meja. Dia tak dapat menahan diri dan bergumam, "Tukang siksa! Pasangan kriminal! Raja tiran diktator dan iblis besar bersama-sama, sungguh sebuah tragedi bagi..."

Fatty tidak sempat mengucap kata terakhir, yaitu "umat manusia" ketika pandangan He Jichen tertuju padanya. Dengan senyuman paling tulus merekah di wajahnya, Fatty segera menutup mulut, dan menyodorkan setusuk jajanan pada Ji Yi.

Ji Yi tidak dapat menahan tawa dan lantas tergelak. Ia mengangkat tangan, menerima jajanan itu, lalu berulang kali meminta maaf pada Fatty sebelum berkata, "Terima kasih."

Fatty tahu bahwa Ji Yi menyesal akan kekhilafannya barusan. Pria itu melambaikan tangannya sambil tersenyum ceria seakan ingin mengatakan bahwa itu tidak masalah. Dia mengambil gelas anggur, menambahkan es batu ke dalamnya, dan meminum beberapa teguk.

Fatty lalu mengambil botol anggur dan mengisi ulang gelasnya. Ketika melakukannya, dia juga mengisi ulang gelas He Jichen. Secara kebetulan, Fatty mendongak dan melihat He Jichen yang masih memandangi Ji Yi dengan tatapan mata yang lembut dan penuh kehangatan.