webnovel

Pengalaman Kedua Mereka (5)

Editor: Wave Literature

Khawatir Ji Yi masuk angin, maka setelah membopongnya dari kamar mandi, dia mendudukkan gadis itu di sofa, mengambil handuk kering dan jubah mandi kering untuk membasuh tubuhnya. Dia lalu membantu Ji Yi memakai jubah mandi yang baru, lalu dengan hati-hati mengeringkan rambutnya.

Setelah memastikan Ji Yi tidak akan masuk angin, He Jichen mengambil sup yang tadinya ia pesan dari seorang pelayan untuk membantu menyadarkan gadis itu dari mabuknya. Kemudian pemuda itu duduk di sampingnya.

Biasanya orang yang baru minum minuman keras akan merasa haus. Ketika dia menyuapkan sup pada Ji Yi, gadis itu tidak keberatan, dan langsung menghabiskannya.

Setelah selesai, He Jichen meletakkan mangkuk dan mengambil tisu untuk membersihkan sudut bibir Ji Yi.

Bersamaan dengan saat dia membuang tisu ke tong sampah, ponselnya berbunyi. "Ding dong!"

He Jichen menarik ponsel dari sakunya dan memeriksanya. Kemudian ia menyimpannya kembali ke dalam saku, seakan ponsel itu tidak pernah berbunyi. Pemuda itu lalu menoleh pada Ji Yi. "Kuantar kau ke kamarmu untuk tidur ya?" tanya He Jichen dengan suara lembut.

Setelah mandi air hangat dan meminum sup, Ji Yi masih belum sepenuhnya sadar, tetapi dia sudah jauh lebih rasional dari sebelumnya.

Reaksinya agak lambat karena masih di bawah pengaruh alkohol, maka setelah mendengar apa yang dikatakan oleh He Jichen, baru sesaat kemudian dia mengangguk pelan.

Melihat Ji Yi yang mulai bertingkah normal, pandangan He Jichen menjadi lebih lembut dan penuh kasih. Dia berdiri, lalu membantu gadis itu bangkit. Melihat Ji Yi tak mampu berjalan dengan stabil, ia membopong gadis itu keluar dari kamar tidurnya, lalu berjalan sekitar dua belas meter di koridor sampai di depan kamar Ji Yi.

Dengan pintu yang terbuka, He Jichen mengangkat tubuh gadis itu masuk ke dalam kamar, lalu menurunkannya di dekat pintu.

Setelah gadis itu berdiri tegak, He Jichen melepaskannya dan mengisyaratkan dengan dagunya ke dalam kamar. "Masuklah".

Dengan tertegun, gadis itu menatap He Jichen sesaat, lalu perlahan dia berbalik. Dengan menggunakan dinding untuk menopang tubuhnya, Ji Yi terhuyung masuk ke dalam kamarnya.

Dia melangkah melalui pintu masuk, tetapi ketika baru memasuki ruang tengah, gadis itu mendadak berhenti, menatap lurus ke depan.

Sepertinya meja kopi dan sofa di ruang tengahnya telah dipindahkan ke depan jendela yang tinggi.

Sekitar dua puluh meter persegi dari lantai ruang tengah dipenuhi lipstick, mulai dari tempat kakinya berpijak, hingga ke pintu kamar tidur.

Pemandangan itu begitu luar biasa; rasanya seribu kali, bahkan sejuta kali lebih seru dan indah daripada melihat deretan lipstik yang dipajang di etalase mall.

Seolah titik lemahnya telah ditotok, gadis itu berdiri terperangah melihat pemandangan yang ada di hadapannya. Lalu perlahan ia menoleh dan melihat ke belakangnya.

He Jichen masih belum pergi, dan dia sedang berdiri di ambang pintu dengan elegan dan aura penuh wibawa, seakan dia adalah seorang pangeran dari sebuah film.

Ketika pandangan mereka bertemu, bulu matanya yang panjang bergetar sambil mengerjapkan mata, wajahnya seakan mengalirkan listrik; pemuda itu terlihat begitu menawan. "Apa kau senang?"

Karena pengaruh alkohol, responnya lebih lambat dari biasanya. Gadis itu menatap He Jichen dalam diam.

He Jichen menundukkan kepalanya sesaat seolah sedang mempersiapkan perkataan selanjutnya. Lalu ia melanjutkan dengan suara pelan, "Meskipun aku tak tahu kesalahan apa yang sudah kuperbuat sampai membuatmu kesal, sebelumnya kau pernah mengatakan bahwa wanita suka mendapatkan hadiah lipstik ketika mereka sedang marah. Apabila satu tube lipstik tidak cukup untuk menyelesaikan masalah, maka berikan dua. Apabila dua masih tidak cukup untuk menyelesaikan masalah, maka berikan padanya satu set!"

Ketika suara He Jichen mengisi ruangan itu, perlahan Ji Yi menoleh dan melihat ke arah ruang tengah yang dipenuhi tube-tube lipstik.

Itu adalah hal yang dikatakannya pada He Jichen ketika mereka mulai membicarakan tentang si "Gadis Cola" setelah selesai makan malam di Lou Wailou tak berapa lama sebelumnya.