webnovel

Fitnah Adalah Suatu Bentuk Sanjungan (10)

Editor: Wave Literature

"He Jichen, apa kau harus berbuat begini?" Lin Zhengyi berusaha berdiri, namun hanya dengan satu gerakan He Jichen, pria itu menggeliat kesakitan dan menarik napas tajam. Ia lantas menoleh, terlihat marah ketika menggertakkan gigi pada He Jichen yang berdiri di sampingnya. Ia berkata, "Kau harus mengerti situasinya. Kau memperlakukanku seakan aku yang sepenuhnya bersalah di sini..."

Dengan tak sabar He Jichen maju dua langkah, mengangkat sebelah kakinya, dan menginjak bahu kiri Lin Zhengyi. He Jichen mengeratkan gigi dan mengeja setiap kata dengan penekanan: "Apa kau tahu bagaimana cara meminta maaf?"

Lin Zhengyi menggeram kesakitan seraya giginya bergemeretakan. Setelah beberapa saat, ia memaksa dirinya menyelesaikan apa yang tadi dikatakannya: "...Kau tidak akan mendapat apapun dari semua ini..."

Lin Zhengyi hampir tidak dapat mengucap kata "ini" saat kaki He Jichen menekan bahunya lebih keras lagi hingga pria paruh baya itu berteriak kesakitan. Pemuda itu kembali berbicara, "Kalau kau tidak tahu, aku akan mengajarimu!"

Sambil mengatakan hal itu, He Jichen meraih bagian belakang kerah Lin Zhengyi.

Sebelum He Jichen sempat melemparkan tubuh pria itu lagi, Lin Zhengyi, yang merasa pusing menerima semua serangan itu, meraung bagai hantu dan melolong layaknya serigala, ia berteriak, "Baik! Baiklah! Maaf! Maaf! Aku minta maaf!"

Raungan Lin Zhengyi semakin keras sampai akhirnya, He Jichen perlahan melepaskan kerah bajunya. Ia lantas berdiri tegak, menarik kakinya dari tubuh Lin Zhengyi, lalu menyingkir.

He Jichen tidak memperdulikan Lin Zhengyi yang meracau di lantai; pandangannya ditujukan pada wajah Ji Yi.

Keganasan yang terpancar dari tubuh He Jichen belum juga pudar; kesombongan tersirat di bola matanya yang hitam kelam.

He Jichen terlihat begitu menakutkan dan berbahaya, namun herannya, Ji Yi tidak merasa takut atau berusaha menghindari pemuda itu. Ji Yi menyambut pandangan He Jichen dengan tercengang.

Ji Yi masih ingat pemuda yang berlumuran darah di lapangan sekolah Yizhong- Sucheng, empat tahun yang lalu; bagaimana He Jichen mencengkeram seorang pemuda lain dan menghempaskannya ke hadapan Ji Yi. Dengan ganasnya ia menginjak punggung pemuda itu dan memaksanya untuk minta maaf. Fatty yang berada di sampingnya menghitung setiap kata "Maaf" yang diucapkan.

Saat itu, Ji Yi tak dapat membedakan antara ingatan dan realita. Ia begitu tercengang, sehingga saat He Jichen berdiri di depannya, ia hanya membeku, tak bereaksi sama sekali.

Setelah berada cukup dekat dengan Ji Yi, He Jichen dapat melihat keadaan gadis itu dengan sangat jelas. Pakaian Ji Yi kusut berantakan, bagian kerahnya sobek, dan ada bekas lima jari di kulit wajahnya yang halus dan putih bersih.

Sebelum aku datang, Lin Zhengyi menyentuhnya?

Seketika itu juga hasrat membunuh melintas di benak He Jichen, menyebabkan kelembutan di matanya kembali berubah dingin dan berbahaya saat ia semakin dekat dengan Ji Yi.

Kedua tangannya mengepal erat dan ia berusaha keras menahan amarah yang membuncah di dadanya. Setelah beberapa saat, ia melepaskan jas blazer yang dikenakannya dan menggunakannya untuk menutupi tubuh Ji Yi yang terbuka pada bagian pundaknya karena bagian atas pakaiannya yang robek.