"Bodoh."
Lucas menghapus air matanya. Entahlah, sejak kapan air asin itu merembes dari mata. Entah sejak kapan pula wajahnya sudah basah. Ia meremas surat itu dengan hati bercampur aduk. Kenapa juga air mata terus menerus berjatuhan dari matanya. Tidak ... ia tidak selemah itu untuk menampakkan kesedihan meski sendiri sekalipun.
Tanpa pikir panjang ia segera melepas jarum infus dan akan turun dari ranjang sebelum sebuah tangan kekar menghentikan kegiatannya. Ia melihat ke arah Harry yang melihat Lucas penuh lantas segera menepis cengkeraman Harry kasar.
"Kau masih butuh istirahat, Tuan," ujar Harry sebelum Lucas benar-benar menginjakkan kaki ke lantai dan pergi dari kamar.
Lucas tersenyum sinis dan kembali melihat ke arah Harry. "Aku tak peduli," sahutnya lantas segera pergi dari hadapan Harry dengan jalan yang terhuyung-huyung ke samping.
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com