webnovel

Love Rain

Ara. Seorang gadis yang memiliki sebuah penyakit turunan dari sang ibu, ia harus melakukan hal lain, untuk dapat mengingat sesuatu. Lalu, sebuah mimpi buruk tiba-tiba hadir di malam-malam tidurnya. Mimpi buruk yang selalu membuatnya merasa ketakutan saat terbangun. Juna. Teman masa SMA Ara. Ia menyukai Ara sejak kelas 1 SMA, tapi sampai ia dewasa, ia tak pernah bisa mengungkapkan perasaannya ke Ara. Apalagi, Ara telah memiliki kekasih. Lalu, sebuah kenangan masa lalu, membuat diri Juna selalu diliputi perasaan bersalah dan marah. Dewa. Teman kuliah Ara. Dia anak lelaki yang tidak pernah merasakan kasih sayang seorang ibu. Lalu disaat dirinya memiliki kekasih, cinta lamanya kembali hadir. Kembali mengusik percintaan Dewa. Lalu, dapatkah Ara mengetahui tentang penyebab mimpi buruk yang selalu mendatanginya? Dan dapatkah Juna akhirna bisa menyatakan rasa sukanya ke Ara? lalu bagaimana ia menghadapi rasa bersalah dan rasa marahnya akan kenangan masa lalunya? Dan untuk Dewa, bisakah ia menghadapi godaan cinta masa lalu yang tiba-tiba hadir di tengah kisah percintaannya? Sebuah takdir yang akan menuntun mereka, entah mereka mampu menerima atau tidak dalam memperoleh jawaban yang mereka cari selama ini. Karena semua bukan hanya tentang jawaban, tapi tentang cara kita menerima akan sebuah jawaban itu.

Caira_Asmara · Ciudad
Sin suficientes valoraciones
397 Chs

Sidia yang Menggoda

Gubrakk... suara buku dan beberapa barang terjatuh, karena ada seorang gadis yang menabrak seseorang yang tengah berdiri santai di koridor kampus.

"Aduhh, maaf ka maaf." ucap si gadis sambil merapikan buku-buku yang berserakan.

Dan tak ketinggalan seseorang yang ia tabrak pun ikut membantu mengambil barang- barang yang berserakan.

"Oh oke gak papa." balasnya, sambil memberikan barang yang ia bantu ambil tadi.

Setelah semua selesai, si gadis langsung berdiri dan bergegas pergi sambil mengucapkan terima kasih tanpa sedikitpun menatap seseorang yang telah ia tabrak.

Belum sempat ucapan terima kasihnya terjawab, si gadis telah cukup jauh meninggalkan seseorang yang telah ditabrak dan membantunya memungut barang yang terjatuh dengan tatapan yang ambigu.

"Manis juga," batinnya setelah puas memperhatikan kepergian si gadis.

"Wa?!" teriak seseorang dari kejauhan.

Merasa namanya terpanggil, arah wajahnya pun menoleh ke sumber suara.

"Oh, kenapa Jo?" jawab Dewa masih lirih.

"Lu ngeliatin siapa dah, sampai gak sadar gue panggil-panggil?" tanya Jo sambil melakukan salam pertemuan yang biasa anak-anak lelaki lakukan. Saling menautkan tangan kanan, dan menabrakkan sedikit dada mereka.

"Gak ngeliatin siapa-siapa kok. Balik yuk?" ajak Dewa. Karena memang tujuan mereka ke kampus telah selesai.

~

Dewa bergegas menuju tempat parkir dan melajukan mobil menuju rumah. Disepanjang perjalanan ingatan Dewa seakan semakin jelas mengingat tentang si gadis koridor yang menabraknya tadi. "Dilihat dari berkas yang berserakan tadi sepertinya dia mahasiswa baru deh, gue harap semoga dia satu jurusan sama gue nantinya." batin Dewa.

Tanpa terasa senyum harap terpampang jelas di wajah Dewa.

~~

Esoknya...

Dewa memakirkan mobil dan bergegas menuju ruangan yang telah ditentukan untuk ia dan teman sekelasnya berkumpul. Walaupun beberapa diantara mereka ada yang sudah saling mengenal lewat temu akbar mahasiswa baru beberapa hari yang lalu, tapi ada beberapa mahasiswa yang tidak bisa hadir. Dikarenakan ada sebagian mahasiswa yang memiliki pekerjaan, maka pihak kampus akan memberikan ijin untuk mereka jika mereka tidak bisa hadir dalam acara tersebut.

Dewa masih fresh graduate, jadi otomatis harus ikut dalam acara tersebut. Di kampus tidak ada acara masa orientasi untuk mahasiswa baru seperti kampus-kampus lainnya, hanya temu akbar bagi semua fakultas yang dilakukan di kampus ini. Itulah kegiatan rutin kampus yang menjadi tempat belajar Dewa selanjutnya.

Sebelum menuju lantai dua tanpa sadar mata Dewa menangkap sesosok wajah yang sejak kemarin selalu ada dipikirannya.

"Iya, dia gadis itu." batin Dewa sambil terus melangkah lebih dekat lagi.

Dewa pun langsung menghampiri si gadis yang tengah melamun sendirian di lobby dan menanyakan sesuatu kepada gadis tersebut.

"Maaf, anak arsitektur kan?" tanya Dewa mencoba akrab sambil duduk di samping gadis tersebut.

"Eh, iya kak. Ada apa ya?" jawab si gadis dengan raut wajahnya yang terlihat bingung.

"Gue Dewa, semoga kita nanti bisa akrab ya?" ucap Dewa dengan percaya diri sambil mengulurkan tangan untuk mengajak sang gadis berjabat.

"Eh, iya kak." balasnya lagi dengan raut wajah yang terlihat makin bingung, namun tetap berusaha membalas jabatan tangan Dewa

Setelahnya, Dewa langsung pergi meninggalkan kesan bingung dan aneh terhadap gadis yang berada di lobby.

"Apa gue terlihat lebih tua ya?" batin Dewa sambil terus melangkah menuju kelas.

~

"Woy Wa, lu kenapa senyum-senyum begitu, kesambet lu, ya?" tanya Dito temen sekelas dan sejurusan dengan Dewa.

"Manis tahu, Dit?" jawab Dewa tak sesuai dengan pertanyaan Dito.

"Siapa? Gue?" ucap Dito memastikan.

"Bukanlah, tapi dia." balas Dewa masih dengan senyum yang merekah di bibir.

"Iya dah. Tapi dia itu siapa Wa?" Dito

sudah mulai kesal dengan jawaban asal Dewa.

"Seseorang pokoknya, Dit." balas Dewa sambil duduk di sebelah Dito menunggu dosen dan seluruh teman sekelasnya berkumpul.

Baru beberapa lama terduduk, seluruh mahasiswa teralihkan dengan bunyi suara benturan dari seseorang yang masuk kelas sambil terengah-engah menabrak pintu kelas. Dan Dewa pun tak luput untuk tidak memperhatikan sumber suara di dekat pintu kelas.

Dewa meringis melihat seseorang yang terbentur pintu kelas. Dengan suara sekeras itu, Dewa yakin orang tersebut pasti merasakan sakit dan rasa malu juga karena disaksikan oleh banyak mahasiswa.

Senyum merekah jelas terpampang di bibir Dewa sambil terus memperhatikan seseorang yang menabrak pintu kelas.

"Ternyata kamu ceroboh ya?" ucap lirih Dewa dengan senyum simpulnya.

Senyum Dewa masih setia terpampang di bibir sampai tanpa sadar mata mereka saling bertatapan. Dan reaksi keduanya pun berbeda. Dewa masih dengan wajahnya yang menampilkan senyum merekahnya. Sedangkan yang ditatap oleh Dewa, terlihat kebingungan dan hanya menunduk sesaat, lalu mencoba tersenyum tipis dan mencoba memperhatikan ke arah lain.

"Gila tu cewek. Pasti sakit dan malu banget tuh dia main nabrak pintu yang tidak berdosa," ucap Diti membuka keheningan antara dirinya dan Dewa.

"Iya Dit, manis." jawab Dewa spontan.

"Yah, elu mah dari tadi manis-manis mulu Wa. Gue rasa lu bener-bener kesambet deh? nanti setelah ini kita ke pak ustadz ya buat ngeruqiyah elu." ucap Dito sambil menepuk pundak Dewa.

"Hahaha kagak lah Dit, gue seratus persen waras dan sedikit tidak sadar sih karna dia." balas Dewa yang makin ngebuat Dito bingung bertanya-tanya.

...

Selang beberapa saat ada seorang pria tua memasuki ruangan, beliau adalah dosen pembimbing para mahasiswa yang telah memasuki ruangan 3RA. Pria tersebut memperkenalkan diri dan menyambut para mahasiswa dengan sebutan pak Karto. Beliau meminta mahasiswa untuk saling memperkenalkan diri dihari pertama perkuliahan.

"Kamu yang pakai jaket denim, siapa namamu?" tanya pak Karto.

"Saya Isyana Asmara Raya pak, nama panggilan saya Ara." balas seorang mahasiswi yang tadi menjadi sumber suara benturan yang keras.

"Cantik," ucap Dewa lirih, sambil fokus memperhatikan si gadis yang telah membuat dirinya tidak fokus dengan hal lain.

Dan seketika itu, Dewa menjadi salah tingkah ketika pak Karto menunjuk dirinya untuk memperkenalkan diri. Sesuatu yang membuat Dewa salah tingkah adalah, ucapan pak Karto yang menunjuk dirinya, sambil mengatakan kalimat "Kamu yang tadi ngeliatin Ara, siapa namamu?" ucap pak Karto.

"Saya Satria Dewa Purana pak. Nama panggilan saya Dewa," ucap Dewa, sambil menahan malu karna insiden kalimat dari pak Karto.

Setelah selesai perkenalan, Dewa di berondong pertanyaan ingin tahu dari dito menuntut jawaban. Dito adalah teman terdekat Dewa sejak masa sekolah menengah pertama, Dito menjadi penolong Dewa disaat Dewa dirundung oleh siswa yang merasa jagoan di sekolahnya dahulu.

Dito menjadi bahan adu jotos karena berusaha melindungi Dewa. Sebenarnya Dewa mampu melawan mereka semua, hanya saja Dewa sudah berjanji dengan ayahnya untuk tidak membuat masalah atau keributan selama sang ayah berada di luar negeri.

Setelah insiden pemukulan tersebut, wajah Dito benar-benar babak belur penuh luka dan darah. Kesabaran Dewa sudah tidak bisa terbendung lagi. Ia pun langsung bangkit dan memberontak karena ada 3 siswa yang menahan dirinya di dinding belakang sekolah.

Dewa mulai memberikan hantaman dan tendangan yang ia tujukan kepada para siswa yang telah membuat Dito terluka. Dito hanya menatap tak percaya dengan apa yang ia lihat. Dewa mampu membuat lima siswa terkapar babak belur melebihi dirinya.

"Gue diem bukan karna gue takut ya sama lu pada, tapi karna gue gak mau berurusan sama orang macam kalian yang sok-sok an belagu di sekolah ini. Kalau sampai gue tahu kalian masih kayak gini, gue gak akan segan-segan untuk buat kalian makin lebih parah dari ini. Inget itu!" ucap Dewa sambil menatap kelima siswa yang terkapar di tanah halaman belakang sekolah yang sedikit basah.

Mereka hanya mengangguk tanda mengerti, dan Dewa bergegas membantu Dito yang sudah terkapar dan terlihat bingung melihat ke arah dirinya.

"Lu jago juga ya berantemnya." ucap Dito, sambil meringgis menahan sakit.

"Udah ayo jalan, lu harus diobatin." jawab Dewa sambil terus memapah tubuh Dito.

Dan sejak saat itu, Dewa semakin dekat dengan Dito, dimana pun ada Dewa, pasti di situ ada Dito. Mereka menjadi teman deket hingga masa perkuliahan ini. Dito selalu berusaha ada di samping Dewa dan ada buat Deqa, begitupun Dewa sebaliknya. Di dunia ini, seseorang yang selalu ada buat Dewa hanya ayahnya dan Dito.

Ayah Dewa selalu ada di setiap Dewa mendapatkan masalah atau bermasalah. Sosok ayah bagi Dewa adalah dua peran yang ada di dalam satu orang. Yaitu, menjadi ayah, sekaligus ibu bagi dirinya selama ini.

Dirinya mengagumi sosok sang ayah karena dirinya selalu merasa didengarkan dan dipercaya. Sang ayah akan selalu mendengarkan terlebih dulu cerita dari Dewa sebelum orang lain menceritakan hal bohong tentang dirinya.

Dan itu semakin membuat Dewa sangat hormat dan mengagumi sosok ayahnya yang sudah lama sendiri tanpa istri. Sang istri pergi meninggalkan ayah Dewa sesaat setelah Dewa dilahirkan. Sang ibu memutuskan memberikan hidupnya untuk Dewa dan kembali pulang ke rumah-Nya agar Dewa bisa merasakan kebahagiaan bertemu dan hidup bersama ayahnya.

Sang ibu berucap, bahwa Dewa berhak merasakan hidup dan bahagia dengan suaminya, karena ibu sudah pernah merasakan hidup dan bahagia bersama dengan ayahnya. Maka sang ibu ingin anaknya pun bisa merasakan kebahagiaan dengan suaminya.

Sang ayah memutuskan untuk tidak menikah lagi karna berpikiran bahwa sosok ibu tak akan tergantikan sampai kapan pun, perasaan seperti itulah yang membuat Dewa semakin mengagumi sosok ayah dalam memandang dan melihat ibunya.

Dewa pun sempat menginginkan sesosok wanita yang menyerupai ibu, seseorang yang mampu membuat hati seorang lelaki teguh mempertahankan dia bahkan disaat dia telah berpulang.

Lalu, dapatkah Dewa menemukan wanita yang mampu membuat hatinya seperti itu?

Wanita yang tetap ada di hati dan jiwa Dewa, bahkan kematian pun tidak mampu membuat ia menghilang dari hati Dewa

Adakah wanita itu di dunia ini selain ibu Dewa?

Ataukah wanita itu sudah ada di dekat Dewa?

Seperti Ara, mungkin?

Hayooo, gimana awal mula kalian bertemu pasangan atau pacar kalian dulu ?

Apakah seperti yang dialami Dewa ? Selalu terbayang-bayang wajah manis Ara.

Caira_Asmaracreators' thoughts