webnovel

1. Loop

Pasir putih yang mulai panas di bawah sinar matahari, mulai di basahi oleh ombak kecil dengan air yang sangat biru. Lautan nya sangat biru, seperti tidak pernah tersentuh oleh manusia. Pasir nya sangat putih, mungkin sama putihnya dengan susu bubuk.

Di tengah ke indahan pesisir pantai, ombak telah membawa serpihan dan patahan kayu di sertai seorang pemuda yang mengambang lemas. Dia pun segera terdampar di antara pasiran putih dan tak sadarkan diri.

Tak lama ombak yang lumayan tinggi segera membasahi pemuda itu sehingga membuatnya tersadar. "Ahh! Asin! Apa apaan ini? Apa yang terjadi?" pemuda itu terbangun dan kebingungan saat dia mulai melihat sekitar nya. Dia sama sekali tidak ingat kenapa dia bisa terdampar di sini.

"Apa yang kulakukan? Kenapa aku terdampar?" ucapnya dengan nada orang yang sangat kebingungan. Dia tidak ingat kenapa dia bisa kesini dan dia juga tidak ingat apa yang dia lakukan terakhir kali. Yang dia ingat hanya identitas diri nya.

Pemuda itu mulai melihat patahan dan serpihan kayu yang mengambang dan terdampar di dekat nya. Dia merasa itu adalah kapal milik nya yang rusak. "Sepertinya ini kayu kayu dari kapal ku. Tapi aku tidak bisa mengingat apa pun tentang bagaimana bentuk kapal ku dan ke mana tujuanku. Aku rasa kepala ku telah terbentur keras sehingga membuat diriku amnesia. Bisa kurasakan juga dari kepala bagian kiri ku yang sedikit memar.

"Ahh, sialan! Aku tidak ingat apapun! Dan pulau apa ini? Aku harus segera mencari pertolongan!" dan dia melihat hutan yang cukup lebat di belakang pantai ini. Dia berpikir jika melewati hutan itu dia akan menemukan pemukiman warga.

"Sepertinya di balik hutan itu aku akan menemukan seseorang." Dia mulai bangkit dari duduknya dan segera berjalan menuju hutan itu. "Ssstt!" terdengar suara seseorang tak jauh dari tempat pemuda itu. Dia pun menoleh kesana kemari mencari sumber suara itu. "Jangan kesana!" suara dengan nada bisikan yang terdengar keras itu semakin dekat.

Lalu muncul lah seorang lelaki yang sebaya dengan nya dari atas pohon. Kulitnya hitam, rambutnya gimbal, dan dia hanya memakai celana pendek tanpa baju. "Jangan ke hutan ini! Kau tidak akan selamat jika memasukinya!" ucap nya dengan nada yang santai sambil mendekati si pemuda itu. "Eh? Kamu penduduk disini? Perkenalkan namaku Rangga. Aku terdampar di pulau ini dan tidak mengingat apapun bahkan tujuanku. Pulau apa ini?" tanya pemuda yang bernama Rangga itu.

Lelaki itu hanya menatap nya dengan serius dan hampa. "Syukurlah kau masih selamat. Ikuti aku, aku akan membawamu ke pemukiman ku. Jangan terkejut jika warga tidak suka kedatanganmu. Panggil saja aku Noka," lalu Rangga hanya menatap kebingungan dan mengikuti Roka berjalan. Sepanjang jalan mereka hanya diam. Namun Roka sesekali meliriknya di belakang dan tersenyum kecil padanya. Rangga sedikit takut dengan gelagat yang ditunjukkan nya.

"Inilah desa nya," terlihat lah sebuah desa yang cukup sederhana dan bernuansa abad pertengahan. Tidak terlalu luas, namun ada sebuah kastil di sana. "Apa nama desa ini?" tanya Rangga kepada Roka. Roka hanya tersenyum kecil. "Jika aku beritahu juga tidak ada guna nya kau tau? Lagipula nanti kau akan tau apa nama desa dan tempat ini!" Rangga hanya menatap sinis Roka karna ucapan nya itu.

Sesampai nya di desa, orang orang menatap Rangga dengan terkejut. Beberapa ada yang menunjukkan tampang tidak suka. Rangga hanya berjalan lurus pura pura tidak memperhatikan mereka sambil menelan ludah nya karna gugup.

"Roka sialan! Kenapa kau bawa manusia seperti ini kembali lagi hah? Kau benar benar ingin membuat kita semua tersiksa ya?" muncul lah seorang wanita tua yang lumayan gendut dengan dua rambut di kepang. Dia keluar dari rumah nya dan segera mendatangi Roka. Kalimat nya sangat membuat ku bingung. Apa ada larangan membawa orang luar di sini?

"Tenanglah Tetua Aina! Aku hanya menjalankan hakikat kita sebagai penduduk pulau!" Ucap Roka sambil memalingkan wajah nya dari wanita yang ia sebut Tetua Aina. Terlihat Tetua Aina semakin menggebu gebu wajah nya mendengar ucapan Roka. "Aku ingin menyelesaikan siksaan kita! Dan kau terus berpegang teguh pada hakikat mu? Sialan! Egois sekali kau!" Ucap Tetua Aina, lalu ia mendorong Roka dan mengeluarkan pedangnya yang ia sembunyikan di baju nya. Seluruh warga lainnya juga mengeluarkan senjata mereka dan menodongkan nya kepada Rangga dan Roka.

"Tetua Aina! Kau tau hal ini sudah pernah kau lakukan sebelumnya. Dan hasil nya sama saja kau tau? Terima lah nasib kita atas pulau ini! Inilah hakikat kita!" Ucap Roka. Semua orang segera menurunkan senjata nya. Kecuali Tetua Aina yang masih dengan tatapan penuh emosi nya memegang pedang nya.

"Tau apa kau tentang Loop Island hah? Kau kira kita terlahir disini? Bukan! Kita hanyalah kumpulan manusia yang akan terus---"

Semua menjadi gelap, hampa, dan senyap. Tidak ada apa pun.

------------

Bersambung