webnovel

clara.pov

dasar dave bodoh, nyebelin. kenapa dia tidak mengerti juga sih? kenapa sikapnya selalu menyebalkan? okelah dia memang tidak ada rasa apapun padaku, tapi tolong sedikit saja hargai aku apa tidak bisa? dia pikir dengan memfasilitasiku sedemikian rupa sudah cukup? aku hanya minta dihargai dan dianggap sebagai istrinya, apakah itu terlalu berat?

sialan, gara-gara dia aku jadi menangis di depan tedi dan jadi bersikap buruk pada mb rosa. rasanya aku tidak punya muka lagi. dan juga, aku harus datang ke acara syukuran itu sendirian, padahal sore tadi aku sudah sengaja membeli baju batik couple dan mengantarnya langsung ke kantornya, tapi dia malah bersikap seperti itu. dasar bodoh, tidak punya hati! apa sih yang bisa membuatnya mempeehatikanku sedikit saja? ah iya, aku baru ingat kalau sejak awal dia sudah memperingatkanku untuk tidak berharap terlalu banyak, takan ada cinta diantara kita, kenapa aku baru mengingatnya sekarang?

"mb clara, mas dave nya mana mb?" tanya seorang ibu yang namanya entah siapa, terlalu banyak ibu-ibu untuk diingat namanya dalam waktu sehari.

"dave sibuk di kantor bu, ada banyak pekerjaan hari ini, jadi tidak bisa ikut" jelasku. kalau kuingat-ingat lagi sepertinya di kantornya memang sedang sibuk tadi, d8lihat dari para pegawai dan truk-truk kontainer besar itu.

aku sama sekali tidak bisa menikmati acara ini. kepalaku terasa berat memikirkan sikap dave yang seharusnya tidak kupikirkan. tapi semakin kesini aku malah semakin kepikiran dengan dave. untuk kesekian kalinya aku harus ingat, tidak ada cinta diantara kita, tapi aku harus tetap berusaha menjadi istri yang baik intuknya, seperti janjiku pada papa. aduh.... kalu begitu aku harus minta maaf padanya, sepertinya sikapku tadi sudah keterlaluan, tidak seharusnya aku melemparnya dengan jas ataupun paper bag seperti tadi. aku takan kaget bila nanti di rumah dia akan bersikap buruk padaku.

"mb clara sama mas dave udah rencana punya momongan belum? tuh liatin putrinya pak lurah, seneng bangt kayanya punya bayi, mb clara gimana? udah pengen belum?" tanya seorang ibu tiba-tiba. aku menatap dari kejauhan seorang wanita dengan bay digendongannya. dia terlihat bahagia.

"hm.... kami belum kepikiran untuk itu, mungkin kapan-kapan" jawabku. bagaimana mau punya bayi? berhubungan saja kami belum pernah, lagipula aku juga sepertinya belum siap untuk menjadi seorang ibu mengingat kejadian kapan itu. tapi seandainya dave yang meminta, aku takan menolaknya.

"lho, mb clara, itu lho, suaminya dateng" kata seorang ibu setelah sebelumnya mencolel lenganku, aku memutar kepalaku ke arah dimana ibu itu menunjuk. aku tertegun ketika kulihat dave sedang berjalan ke arahku dengan mengenakan batik yang tadi kubelikan. perasaan bingung, kaget, kesal dan senang bercampur jadi satu. kenapa dia ada disini? bukankah tadi dia bilang takan datang?

"hai" katanya singkat dan aku hanya diam dari tadi. sekali lagi, kenapa dia ada disini?!

"kami kesana dulu ya mb...." kata ibu-ibu dan pergi meninggalkanku. dave makin mendekat, dia berdiri satu meter di depanku.

"kamu.... ngapain kamu kesini?" tanyaku tanpa menunjukan ekspresi apapun.

"kamu kan yang pengen aku dateng? kalo gak suka aku akan pulang sekarang"

"eh eh eh jangan" tahanku ketika dave berbalik hendak pergi. dia berbalik dan diam menatapku. aku menunduk.

"makasih" ucapku pelan, namun cukup untuk didengar telinganya.

"buat?" tanya dave. aku mengangkat wajahku.

"buat udah dateng kesini, aku seneng" jawabku sambil tersenyum.sepertinya dibanding perasaan-perasaan lain rasa senangku lebih dominan, setelah rasa bingung tentu saja. tapi aku tidak terlalu peduli apa alasan sebenarnya datang kesini, itu urusannya. yang penting dia benar-benar datang kesini.

"trua kalo udah dateng gini apa yang harus aku lakuin?" tanya dave. aku langsung menarik tangannya menuju meja prasmanan yang menyediakan berbagai macam makanan tradisional.

"kamu temenin aku coba makanan-makanan ini, dari tadi aku penasaran sama rasa-rasanya, tapi malu kalo harus ambil semuanya, soalnya sendirian, tapi sekarang ada kamu, aku gak perlu malu-malu" ujarku sambil mengambil 2 wadah kecil dan memberikan satu pada dave. dave menerimanya.

"kamu ambil yang bagian situ, aku bagian sini, aku mau nyobain semuanya" kataku dengan mata tidak lepas dari makanan-makanan yang terlihat asing itu.

"kenapa alu harus ngambil buat kamu?" tanya dave.

"kan aku malu kalo harus ambil semuanya, ambil enam jenis aja kayanya ini wadah udah penuh, harusnya wadahnya lebih gede".ujarku sambil mengambil makanan-makanan yang menarik minatku. dave tidak berkata-kata lagi dan melakukan apa yang kusuruh, lalu kami mengambil tempat duduk di tepi balkon.

"dave, kamu pernah cobain makanan-makanan ini?" tanyaku.

"sebagian" jawabnya singkat.

aku mencoba makanan-makanan itu sambil bergaya-gaya ala vloger-vloger makanan, dave hanya tersenyum melihatku dan ituembuatku makin bersemangat, aku sangat senang melihat senyum dave yang tidak terlalu terlihat namun memberikan kesan tersendiri.

"enak banget gila, ini tu kalo dimakan tu oecah di mulut dan didalemnya tu kaca ada gula yang melty banget gitu, sumpah gue suka"

"kayanya kamu emang doyan semua makanan deh, apapun bisa masuk ke mulut kamu" ujar dave.

"emang iya sih, tapi kamu coba deh makan ini, enak banget, a...." aku mencoba menyuapi dave, dave terlihat ragu, namun pada akhirnya membuka mulutnya juga dan melahap suapanku.

"gimana? enak gak?" tanyaku.

"lumayan, tapi terlalu manis buatku, aku gak terlalu suka makanan manis" jawab dave.

"gak suka yang manis? trus kamu sukanya yang kaya gimana?" tanyaku.

"kalo aku sebutin kriteria makanan kesukaanku kamu bakal buatin buat aku?" tanya dave.

"mimpi aja sono, masak aja gak bisa, kecuali kalo kamu sukanya mie instan, aku bakal buatin. betewe aku haus banget, dari tadi cuma makan tapi lupa gak ambil minum, kamu mau aku ambilin sekalian?"ntawarku.

"boleh, silakan" jawab dave. aku beranjak pergi ke meja prasmanan lagi untuk mengambil minuman dan mengambil 2 gelas minuman hijau dengan buah serut di dalamnya. namun ketika hendak kembali....

bruk! bruk! pyar! seorang anak menabrakku dengan keras hingga ia jatuh, es krim yang iya bawa mengenai bajuku dan gelasnya jatuh hingga pecah. kurasakan seluruh darah diwajahku menghilang, bukan karena bajuku yang kotor ataupun orang-orang yang menatapki, melainkan karena anak yang menabrakku tiba-tiba menangis dengan keras. jantungku berdebar kencang dan tubuhkimu gemetaran, aku tidak salah kan? aku tidak melakukan sesuatu yang salah sejak tadi, ini bukan salahku kan?

tubuhku mematung, ingin rasanya aku segera pergi dari sini namun tidak berdaya.

"ya ampun nak...." seorang ibu mensekati anak itu dan menariknya berdiri.

"udah ibu bilangin jangan makan sambil lari, jatuh jadinya kan.... mana kena orang lagi, mb clara, saya minta maaf, anak saya gak sengaja" kata ibu itu. aku belum sempat menjawab tiba-tiba dave muncul.

"clara, ada apa?" tanyanya. aku menatapnya.

sengan takut.

"a...aku, aku gak lakuin apa-apa, di... dia yang nabrak aku" kataku gugup, aku benar-benar ketakutan. dave menatap ibu dan anak itu. ibu itu langsung meminta maaf pada dave.

"tidak apa-apa bu, namanya juga anak keci, ra, kita harus pulang, bajumu kotor" kata dave, lalu mengambil alih minuman yang kubawa dan menaruhnya entah dimana, lalu menarikku pergi dari tempat itu.

dave membukakan pintu mobilnya untukku dan mendorongku masuk. kejadian tadi terus terngiang di kepalaku.

"bersihin pake ini" kata dave sambil melempar handuk kecil padaku, aku mengangguk dan dave memacu mobilnya.

"kamu gak papa?" tanya dave.

"a...aku gak salah kan? di... dia yang nabrak aku duluan" ucapku ketakutan.

"kamu omong apa sih? kamu gakm kenapa-napa kan?" tanya dave

"aku gak salah, bukan aku kan yang buat dia jatuh? dia jatuh dengan sendirinya? iya kan dave" kataku.

"kok gak nyambung sih? aku tanya kamu gak papa kan?"

"aku tanya ini salahku bukan?!" ckit....! dave mengerem mendadak begitu aku meneriakinya, aku terkejut, wajah dave tamoak marah, dia menatapku tajam.

"aku cuma mau tau, ini salahku bukan? aku gak salah kan dave?" ucapku dengan air mata mengalir. aku mulai terisak. wajah dave mulai berubah.

"kamu gak salah, tapi kamu juga gak bisa nyalahin anak itu, dia masih kecil. ngerti?" kata dave. aku mengangguk, merasa bersyukur dave tidak menyalahkanku. dia kembali memacu mobilnya dengan kecepatan yang lambat. aku menutup wajahku dan menangis. teringat kejadian mengerikan beberapa tahun yang lalu, saat aku membuat kesalahan besar dan membuatku menanggung beban penyesalan dan perasaan bersalah hingga sekarang.

"bisa gak kamu gak nangisin hal kecil kaya gini? berisik, tau gal?" kata dave tiba-tiba. aku menghapus air mataku, berusaha untuk tidak menangis.

"sorry, udah ganggu kamu, tapi.... aku punya alasan tersendiri kenapa aku nangis" ujarku.

"apa?" tanya dave. aku menghela napas, apa aku harus menceritakannya pada dave, apakah dave benar-benar peduli hingga ingin mendengar ceritaku? apa yang akan dia pikirkan tehadapku jika dia tau itu? apakah dia akan membenciku atau tidak? tapi pada dasarnya dia sudah tidak mencintaiku, jad8 sepertinya tidak masalah, tapi tidak cinta dan benci itu sesuatu yang berbeda.

"kamu janji gak akan...."

"ra, pake sabuk pengamanmu" ujar dave ketika aku akan berkata-kata.

"buat apa?" tanyaku.

"gak usah banyak nanya, pake aja" kata dave, dia terlihat tegang.

"ok...." aku memakai sabuk pengamanku, setelah itu dave langsung memacu mobilnya dengan cepat.

"dave, gak usah ngebut kenapa sih?" ujarku agak panik. ini wilayah pegunungan dengan jalan berkelok dan naik-turun, bahaya menyetir dengan cara seperi ini. tapi dave tidak mempedulikanku, dia terus memacu mobilnya semakin cepat dan cepat. aku berpegang pada handle diatas pintu untuk mencegah benturan saat badanku tergoncang, ini sangat menakutkan.

"ra, ambil jas di jok belakang, makae buat nutupin kepala kamu" kata dave. aku tidak menjawab dan langsung berusaha mrraih jas itu. karena sulit akhirnya aku melepas sabuk pengamanku.

"bahaya, kalo gak bisa gak usah!" seru dave.

"terlanjur" balasku sambil mengambil jas, aku berhasil meraihnya tapi ternyata ada tikingan tajam sehingga dave harum membanting stirnya.

"kya!" jeritku ketika tubuhlu terlempar, namus sebelum tubuhku menabrak kaca depan aku sudah ditarik dave ke dalam pelukannya. satu tangannya memelukku, tangan satunya lagi menyetir. dapat kurasakan detak jantungnya yang begitu cepat. jauh lebih cepat dari detak jantungku. sebenarnya apa yang terjadi? kenapa suasananya jadi tegang dan mengerikan seperti ini?

"pegangan, merem, jangan liat apapun" ucap dave sambil menutuk kepalaku dengan jasnya. aku menurutinya, kupeluk dave erat. dave melepaskan pelukannya. lalu terdengar jendela yang dibuka dan.... dor! dor! terdengar suara tembakan lalu terdengar suara tabrakan dan ledakan dari belakanh. tubuhku gemetaran, apa yang sebenarnya terjadi? aku mengangkat wajahku dan menatap dave yang tampak serius.

"dave, sebenernya ada apaan?" tanyaku takut-takut.

"duduk di tempatmu, kita di buntutin orang" kata dave. aku pun kembali duduk di bangkuku dan memasang sabuk pengamanku. baru kusadari, ternyata salah satu tangan dave menggenggam pistol. danjalan yang kami lalui bukanlah jalan menuju vila kami.

"apapun yang terjadi jangan teriak dan jangan tunjukin wajah kamu" kata dave. aku mengangguk dan menutupi kepalaku dengan jas. lalu dor! dor! lagi-lagi suara tembakan. aku menutup telinga dan mataku. jantungku berpacu dengan cepat.

"sialan" umpat dave. dari ekor mataku dapat kulihat sebiah mobil yang berusaha memepet mobil kami. bruak! aku menahan diri untuk tidak menjerit lalu tiba-tiba dave mendorong kepalaku kebawah dan menundukannnya paksa dan sedetik kemudian.... dor! pyar!a jendela di samping bangkuku pecah. jantungku tidak bisa berpacu dengan cepat lagi, bisakah kegilaan ini berhenti sekarang? jika diteruskan lagi aku bisa jantungan!

dor! dor! dave menembak balik.

"duduk yang bener, habis ini kita bakal jatuh ke jurang" ujar dave.

"apa?!" aku hendak protes, namun sebelum aku sempat melakukannya, mobil dave sudah meluncur dengan cepat kearah jurang, dave berusaha mengendalikannya.

"dave! kita bisa mati!" seruku ketakuta, tubuhku terhempas kesana kemari dan rasanya sakit. ini benar-benar gila!

"siap-siap, benyar lagi kita nabrak pohon" aki membelalakan mata tidak percaya dengan perkataan dave. namun aku langsung menutup maraku begitu sadar didepan kami ada pohin besar dan dave seperti tidak berniat mengendalikan mobil lagi.

bruak!!! tabrakan terjadi dengan hebat dan dua air bag mengembang didepanku dan dave. aku membuka mataku, kami selamat, kepala kami tidak terluka sama sekali.

"cepetan keluar!" perintah dave. aku menuruti dave, keluar dari pintu yang sama dengan dave karena pintuku sulit untuk dibuka.

cepet lari ke sana kata dave sambil menarikku berlari menjaihi mobil, lali dave melempar pematik ke arah mobil dan.... boom!! mobil meledak, dave mendorong tubuhku hingga jatuh ke tanah dan melindungi tubuku dengan tubuhnya. kupikir jantungku tidak bisa bekerja lebih cepat lagi tadi, ternyata bisa. tubuh gemetaran.

"jangan bergerak dulu" ucap dave, hampir tidak terdengar telingaku karena efek ledakan tadi. setelah beberapa lama barulah dave menyingkirkan tubuhnya dari tubuhku. ia bangkit berdiri. aku duduk, menatap mobil yang kami tumpangi tadi hancur terbakar. dan akhirnya apa yang kutahan sejak tadi keluar.

"hoek" aku memuntahkan isi perutku. dave segera memdekatiku dan memijat pundakku.

"keluarin semua, gak idah ditahan" kata dave.

sudah sejak mengebut tadi perutku serasa dikocok. setelah perutku benar-benar kosong aku berhenti. begitupin dave, dia berhenti memijatku.

"udah lega?" tanyanya. akuengusap mulutku dan mengangguk.

"kita harus pergi dari sini sekarang" kata dave. aku mengangguk. namun ketika berdiri aku langsung terhuyung, kepalaku ousing dan tubuhku benar-benar lemas. dave segera menahan tubuhku yang gemetaran.

"kamu gak papa? apa kamu kuat jalan?" tanyanya. aku menggeleng, bukannya sok lemah, kenyataannya memang begitu, kakiku sangat lemas.

dave mendesah, lalu mengangkat tubuhku.

aku tidak menolaknya menggendongku menaiki jalan yang terjal. dalam kegelapan aku tidak terlalu bisa melihat ekspresi wajahnya. sebenarnya jika dipikir-pikir lagi dia tidak terlalu buruk juga, dia masih punya hati. buktinya dia melindungiku sejak tadi. jika dia memang tidak punya hati pasti dia akan membiarkanku tertembak dan mati sejak tadi. sialan, aku jadi deg-deg an lagi.

sampai di atas dave menurunkanku.

"kita harus lapor polisi" kataku.

"gak perlu, polisi gak perlu tau ini" timpal dave.

"trus gimana caranya kita pulang?" tanyaku.

"kita hubungi diego" kata dave sambil mengeluarkan hp nya. namun sedetik kemudian wajahnya berubah suram.

"baterai nya habis. mana hpmu?" tanya dave. aku menggeleng.

"di mobil yang dibawa tedi" jawabku. dave menghela napas.

"ya udah kalo gitu kita jalan kaki, kamu udah kuat jalan kan?" tanya dave. aku mengangguk, lalu kulepas sepatuku yang bertumit 7 cm dan membuangnya. aku tidak nyaman dengan sepatu seperti itu.

"ngapain kamu buang itu? kakimu bisa lecet" kata dave.

"aku gak kuat jalan pake sepatu kaya gitu lama-lama" jawabku.

"terserah" ujar dave lalu mulai berjalan. aku mengikutinya di belakang sambil memeluk tubuh dan menggosok-gosok lenganku untuk menghangatkan diri. berjalan tanpa alas kaki dengan pakaian tipis ditengah udara dingin pegunungan seperti ini sungguh menyiksa. ini semua gara-gara orang yang mengejar kami, kenapa mereka mengejar kami sampai seperti ini. apa hubungan mereka dengan kami, bukan lebih tepatnya apa hubungan mereka dengan dave? pasti dave tau siapa orang-orang itu.

"mereka tadi, siapa?" tanyaku setelah beberapa lama berjalan.

"bukan orang baik yang jelas" jawab dave.

"kenapa mereka ngejar kita, bukan, lebih tepatnya ngejar kamu. kenapa?" tanyaku penasaran.

"karena mereka gak suka aku dan apa yang aku lakuin" jawab dave terlalu singkat.

"emangnya apa yang kamu lakuin? kenapa mereka sampai ngejar kamu kaya gini?" tanyaku.

"simpan kekepoan kamu ra, kamu gak perlu tau terlalu banyak. semakin gak tau semaikin baik. kamu cukup tau kalo pekerjaanku bisa buat kita dalam bahaya dan kita harus waspada setiap saat karena itu" jawab dave.

"kok gitu? kamukan cuma pebisnis, emang apa yang bisa buat itu jadi bahaya?" tanyaku masih penasaran.

"mau aku jelasin gimanapun kamu gak akan ngerti dan gak perlu ngerti. paham?" aku diam. mungkinkah karena kesuksesan dave banyak orang yang tidak suka padanya dan berniat mencelakakannya? ya ampun.... aku bingung dengan orang-orang dengan jalan pikiran seperti itu. kenapa mereka harus iri hingga berbuat hal buruk begitu? bukankah akan lebih baik jika kita melihat orang sukses dan belajar darinya bagaimana untuk meraih kesuksesan? itu kan jauh lebih bermanfaat daripada menjatuhkan seperti ini.

"dave, kita mau jalan berapa lama lagi? aku capek banget" keluhku setelah sekian lama berjalan, namun sepertinya tidak ada tanda-tanda kami sudah mendekati tujuan.

"kalo gak salan sekitar lima atau enam kilo meter dari sini ada salah satu penginapanku. kenapa? kamu capek?" ujar dave. gila, masa kami harus berjalan sejauh itu? yang benar saja, bahkan kakiku sekarang sudah kebas dan tidak bisa merasakan apapun.

"jelas capek lah, kita udah jalan hampir dua kilo, kakiku udah mati rasa dan udaranya.... ya ampun dingin banget tau" keluhku, aku merasa benar-benar tersiksa. dave berhenti mendadak dan membalik tubuhnya menatapku, aku agak terkejut. lalu dave melepas kemejanya dan hanya mengenakan kalos pendek warna hitam.

"pake ini" kata dave sambil mengulurkan kemejanya padaku. aku hanya menatapnya.

"tapi kamu...."

"udah pake aja, biarpun gak panjang tapi lumayan" ujar dave, aku diam dan menerimanya lalu memakainya. lalu dave jongkok membelakangiku.

"naik" kata dave.

"dave, aku masih bisa jalan sendiri, kamu gak perlu gendong aku" ujarku tidak enak hati.

"kakimu udah lecet-lecet kaya gitu kamu masih mau maksain jalan?" kata dave. aku mengankat kakiku dan baru tau kalau keadaannya memang parah. akhirnya aku naik ke punggung dave, membiarkan dave menggendongku. dengan begini aku tidak merasa capek dantubuhku terasa lebih hangat.

"dave, aku berat gak?" tanyaku.

"berat apaan? kaya kapas gini berat. kamu makan gak sih?"

"aku kan cuma nanya barangkali aku berat dan kamu jadi capek, kamu bisa turunin aku" ujarku.

"kamu gak berat sih, tapi lumayan capek juga harus gendong sambil jalan...." bruk, tiba tiba dave jatuh terjerambah ke depan, namun dia tetap mempertahankan posisiku.

"dave! kamu turunin aku aja kalo gak kuat, aku bisa jalan sendiri kok" kataku panik.

"gak papa, aku kuat, ini cuma gara-gara aku gak tidur aja kemarin jadi lemah kaya gini" kata save sambil bangkit dan kembali berjalan. seketika aku dihujani rasa bersalah. seharusnya dave malam ini istirahat, bukan pergi ke acara itu denganku. dengan begitu tidak akan ada kejadian seperti ini.

"maaf" ucapku.

"buat?" tanya dave.

"karena maksa kamu dateng ke acara itu. harusnya malam ini kamu istirahat, tapi.... pokoknya aku minta maaf" ujarku penuh penyesalan. dave hanya diam tidak menjawab. tidak masalah, aku yakin dia memaafkanku.

Siguiente capítulo