"Mas bohong!" jerit Dinda yang tak lagi memanggil Andi dengan sebutan Abi.
"Tidak mungkin ibu pergi, semalam aku masih melihat dia tertawa". Bohong, jeritnya lagi.
Jeritan yang kali ini mengundang Astuti berlari ke kamar Giian. Benar seperti yang dia duga kalau kabar kematian Tun pasti akan menambah kesedihan di hati Dinda hingga Dinda kembali terguncang.
Andi membawa sang istri ke dalam dekapannya, badan Dinda langsung bergetar. Tangisnya semakin kencang disertai jeritan-jeritan yang mengelak kabar yang baru saja disampaikan padanya.
Giian sampai menangis karena kaget mendengar jeritan Dinda yang disertai isak tangis dan serentetan kalimat penolakan yang keluar dari bibir Dinda. Astuti segera mengambil Giian dari boks bayi dan menggendongnya. Dia membawa Giian keluar dari kamar untuk menjauhkan sementara si bayi dengan sang ibu yang masih menangis histeris.
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com