webnovel

Kiss My Polaris

Kang Hana tidak pernah berpikir semua ini akan terjadi padanya. Ketika E-X adalah bintang dan ia menjadi kekuatan untuk mereka. Perlahan perasaan kagumnya berubah dan berkembang semakin besar. Tapi ada sesuatu yang salah, sesuatu yang tidak boleh terjadi dan ia harus pergi untuk melindungi bintangnya.

Reona_Lee · Otras
Sin suficientes valoraciones
11 Chs

Chapter 7

Jam dinding menunjukkan pukul 12 malam dan Hana masih berkutat dengan kain dan pola pakaian yang baru tiga jam tadi diselesaikannya. Di sampingnya ada Yoon yang juga masih sibuk dengan laporan yang harus dibuatnya. Rambut sahabatnya tampak tak beraturan dengan wajah kusut dan lingkaran hitam di area mata.

"Atasan sialan! Mau sampai kapan ia memberiku tugas seperti ini!" Yoon berseru kesal sembari meregangkan tubuhnya yang pegal karena sejak sore tadi ia hanya duduk dan membuat laporan. "Kau beruntung," ujarnya pada Hana.

Mendengarnya Hana hanya terkekeh pelan. "Ya, aku beruntung. Bahkan mereka akan memakai pakaian rancanganku."

Yoon terdiam sebentar, memerhatikan sahabatnya yang sedang memotong bahan sesuai pola yang dibuatnya. Ia begitu teliti dalam setiap senti gerakannya, membuat Yoon terpukau pada kemampuan sahabatnya meski belum setenar Nona Jung atau desainer Korea lainnya.

"Apa waktunya cukup?" tanya Yoon pada sahabatnya.

Hana berhenti sejenak dari kegiatannya dan melihat ke arah Yoon. "Aku akan berusaha." Hanya itu yang terucap darinya sebelum kembali mengerjakan kegiatannya.

Yoon masih terpaku pada sahabatnya itu. Meski ia baru mengenal Hana, ia tahu betul kalau sahabatnya itu sangat menggilai E-X. Selalu bermimpi untuk menjadi desainer terkenal agar rancangannya bisa dipakai oleh idola. Beruntungnya, semua keinginan Hana terwujud. Dari bertemu E-X, dekat dengan mereka, bahkan hari ini sahabatnya diberi tugas untuk merancang pakaian E-X dan digunakan untuk acara besar olimpiade. Bukankah itu hal yang luar biasa?

"Kau tahu? Aku tidak pernah menyangka hal ini terjadi secepat ini. Bahkan bisa berdiri di dekat mereka dan mendapatkan tanda tangan mereka saja hal yang luar biasa, tapi aku mendapatkan yang lebih dari itu. Aku bisa mengatur pakaian apa yang mereka pakai saat show, membuatkan mereka makanan, tertawa dan mengobrol bersama, bahkan merancangkan baju untuk mereka. Itu luar biasa dan membuatku takut semua itu akan berakhir." Hana mengatakannya sembari tersenyum.

"Dasar, itu kan memang takdirmu. Lagipula meski hanya sebentar, setidaknya kau pernah dekat dengan mereka. Posisimu sangat diinginkan banyak wanita, lho. Berusahalah yang terbaik, ok?"

"Tentu saja! Mereka sudah memberikan yang terbaik untuk kita dan sekarang waktunya untuk membalas semua itu."

***

Loey duduk sendirian di ruangannya sebelum tampil bersama member E-X. Ia sengaja menyuruh semua orang untuk keluaragar bisa menenangkan dirinya sendiri sebelum tampil.

Ia menghela napas, lalu mengembuskannya perlahan. Ketika merasa cukup tenang, ia berdiri dan hendak keluar ruangan, tapi seorang wanita berdiri di depan pintu. Eun-Soo dengan rambut ikalnya yang diombre di bagian bawah dan kalung pasangannya dengan Hwang Il-Woo. Ah, dia baru ingat kalau malam ini Hwang Il-Woo hadir untuk menerima penghargaan bersama grupnya.

"Apa kau masih mengingatku?" Eun-Soo mulai bicara. Ia menatap mata Loey dengan dalam. Loey mengangguk, menundukkan pandangannya karena ia merasa bersalah pada gadis di hadapannya itu. Ia menyingkir dari ambang pintu dan Eun-Soo masuk.

"Wow, kalian mendapat ruangan yang luar biasa, ya. Ah, kalian kan bintang besar sekarang. Wajar jika Direktur memberikan kalian fasilitas yang luar biasa." Nada bicara Eun-Soo seakan-akan menyudutkan Loey, terutama pada ucapan "kalian kan bintang besar sekarang."

Loey mencoba menahan dirinya dan mencoba mencari tahu maksud kedatangan Eun-Soo. "Ada apa ke sini?" Pemuda itu bertanya tanpa menatap gadis yang kini meliriknya.

"Aku ingin bicara."

"Sayangnya aku tidak ingin mendengar apa pun lagi, jadi pergilah. Sebentar lagi aku harus tampil."

"Aku serius!"

"Kau pikir aku main-main?" Loey mulai meninggikan suaranya. "Apa yang kau inginkan dariku? Apa kau belum puas balas dendam padaku? Apa kau belum puas menghancurkanku?" tanya Loey menuntut. Ia sudah mengira bahwa hal ini akan terjadi. Melihat kembali wanita yang menghantui hari-harinya selama ini.

"Balas dendam katamu? Belum! Aku belum puas menghancurkanmu!"

"Semua itu sudah berlalu. Kau dan aku sudah memilih jalan masing-masing. Kau sudah menemukan orang lain dan aku juga akan melakukannya. Kenapa kau mempersulit dirimu sendiri? Kenapa kau sangat membenciku? Apa kesalahanku sampai kau sangat membenciku? Jelaskan semuanya dan buat aku mengerti!"

Eun-Soo menatap Loey dengan tajam, seakan ingin menelan pemuda itu hidup-hidup. "Kau tidak tahu kesalahanmu, hah? Gara-gara kau aku kehilangan kesempatan untuk berdiri bersama S0Ne! Hidupku menjadi sulit karena bapak tua itu menyuruhku berhenti menjadi trainee karena ia memilihmu!? Apa kau tahu betapa sulitnya aku mencari pekerjaan setelah kejadian itu!? Tidak seperti dirimu yang mendapatkan semuanya dengan mudah. Kau hanya perlu menjaga ketampananmu, memamerkan tubuhmu, menari, bernyanyi, dan bersenang-senang dengan wanita manapun yang kau mau! Hidupmu terlalu indah sehingga kau tidak bisa mengerti penderitaan orang lain!"

Loey mencoba menahan amarahnya setelah mendengar kalimat yang sangat dibencinya, yang membakar habis kesabarannya, seolah menghilangkan rasa cinta yang masih bersarang di hatinya selama ini.

"Kau mengatakan hidupku itu mudah? Kau bicara seolah-olah aku mendapatkan semuanya dengan gratis?"

Eun-Soo menyeringai. "Memang itukan kenyataannya. Kau berjaya bersama E-X, sehingga lupa pada orang-orang yang kau sakiti."

"Kau tidak tahu apa-apa tentangku dengan E-X, jadi jangan bicara seolah kau tahu setiap detail tentang kami!"

Eun-Soo tertawa hambar. "Tentu saja aku mengenalmu, mengenal kalian. Grup superstar yang menjadi taman bunga SEnt dan kau adalah salah satu anggota yang melupakan kekasihnya setelah debut, membiarkan kekasihnya berjuang sendirian melawan skandal! Bahkan kekasihnya dikeluarkan dari trainee karena skandal tersebut, sedangkan kau bersenang-senang dengan E-X?!" Eun-Soo memandang Loey dari atas sampai ujung kaki.

"Terkadang aku geli mendengar para wanita yang ingin menikah denganmu. Apa kalian akan bertengkar memperebutkan peralatan make up? Memperebutkan masker atau skin care kalian? Ah, bahkan para wanita itu tahu wajahmu yang mereka puja ketampanannya itu asli atau tidak? Kenapa kau tidak katakan berapa kali kau merubah itu semua? Terkadang aku tidak habis pikir pada wanita-wanita pemujamu itu. Apa mereka tidak merasa dibohongi olehmu?"

"Cukup!" bentak Loey murka. Ia menyudutkan Eun-Soo ke tembok sambil bersandar pada satu tangannya. Ia menatap gadis itu dengan tajam, seakan mau memakan Eun-Soo hidup-hidup.

"Kau tidak tahu apa-apa tentangku, tentang E-X, ataupun fansku! Kau tidak berhak bicara tentang mereka! Awalnya aku ingin melupakan masalah ini, meminta maaf padamu dan menganggap semuanya sudah selesai! Aku meninggalkanmu? TIdakkah kau sadar kalau kau yang meninggalkanku? Aku mencarimu, mencoba menghubungimu, tapi kau menghilang begitu saja! Selama bertahun-tahun aku hidup dalam rasa bersalah. Sekarang kau datang dalam hidupku, mengacaukan semuanya, bahkan menghina fansku!!"

Loey menunjuk wajah Eun-Soo dengan tatapan tajamnya. "Ingat ini. Hidupku tidak semudah yang kau bayangkan dan E-X tidak mencapai semua ini dengan mudah, dan terakhir, jangan hina Eris sembarangan atau akan kubuat hidupmu seperti di neraka."

Loey berjalan menjauh dari Eun-Soo. "Keluar."

Sontak Eun-Soo terbangun dari lamunannya. Ia terkejut saat melihat kemarahan Loey. Selama mereka berkencan, Loey tidak pernah sekalipun marah atau bicara segalak itu. Ia tidak bisa bersuara dan langsung melangkah keluar. Ia memegang dadanya sendiri, entah karena bentakan Loey tadi atau rasa kecewanya pada Loey. Ia tidak pernah bermaksud menyakiti pemuda itu, tapi emosi dalam dirinya membuat ia lepas kontrol dan mengatakan hal konyol yang harusnya tidak diucapkan.

Loey masih berdiri diam di ruangannya dan perlahan tubuhnya merosot ke lantai. Ia bersandar pada dinding. Ia tidak lagi ingat dengan penampilan mereka yang akan dimulai 15 menit lagi. Pikirannya kosong dan hatinya terlalu sakit. Ia merasa sangat konyol mencintai wanita itu selama bertahun-tahun dan sekarang ia hanya mendapat luka baru.

Tanpa ia sadari, seseorang yang memerhatikan mereka dari lorong yang berhadapan langsung dengan ruangan itu. Kang Hana berdiri sembari memegang dadanya yang nyeri. Air matanya mengalir. Ia memukul pelan dadanya.

"Polarisku sedang menangis dan itu membuat hatiku sakit," lirihnya.

Ia tidak beranjak dari tempatnya, setidaknya ia ingin berada di sana sampai Loey merasa baikan, tapi niatnya digagalkan begitu saja. Tanpa disadari Loey melihat ke arahnya dan membuat Hana salah tingkah.

"Kemarilah."Loey memanggilnya dengan suara lembut. Hana menurut. Ia berjalan menuju Loey.

"Duduklah," perintah Loey sembari menepuk lantai di sampingnya.

"Apa kau mendengar semuanya?"

Hana mengangguk. "Maaf."

Loey tertawa hambar. "Aku bodoh, ya. Aku mencintai dia bertahun-tahun. Aku berharap bisa kembali bersamanya seperti dulu, tapi malah ini yang terjadi. Apa aku terlihat seperti laki-laki kasar?"

"Tidak. Cintamu dikhianati, harga dirimu diinjak dan orang yang kau sayang dihina, itu hakmu untuk marah dan membela semuanya."

Loey terdiam dan memperhatikan Hana. Ia merasa setiap kata-kata yang diucapkan Hana mampu membuatnya tenang.

"Kau mencintainya bertahun-tahun, menunggunya dan berharap semua akan baik-baik saja. Hari ini ia datang dan mengacaukan perasaanmu. Wajar jika kau marah dan kecewa. Cinta itu tidak pernah salah, jadi jangan salahkan hatimu. Kau tidak salah."

Loey tersenyum mendengar ucapan Hana. Tiba-tiba ia teringat pada Eris. Eris yang mencintai mereka, mengagumi mereka bertahun-tahun sambil berharap suatu saat nanti cinta mereka dibalas oleh idolanya. Semuanya baik-baik saja sampai suatu saat para idola mereka akan menikah, mematahkan harapan mereka selama bertahun-tahun.

"Maaf." Kata itu tiba-tiba saja keluar dari dirinya. Loey tertunduk dan air matanya mengalir.

"Maaf .... Aku memang lemah. Aku tidak seperti yang kalian bayangkan. Loey yang ceria dan tidak mudah menyerah. Imej itu seakan hilang hari ini , berubah menjadi Loey yang bodoh dan rapuh. Maaf..."

TIba-tiba Hana bangkit dari duduknya dan duduk di hadapan Loey sambil memegang bahu pemuda itu. Ia menatap mata Loey yang sembab.

"Jangan bicara seperti itu. Kau sudah berjuang sejak awal, kau memberikan yang terbaik untuk kami. Kau berusaha ceria meski kau terpuruk. Itu tidak lemah! Meski apa pun yang terjadi, kami akan tetap mencintaimu hingga akhir! Kau punya kami untuk bersandar dan menangis. Kami akan selalu ada untukmu. Kami akan berdiri di sampingmu. Untuk itulah Eris ada. Eris akan selalu ada untukmu dan E-X. Meskipun suatu saat nanti semua orang berhenti menyukaimu dan E-X, aku akan tetap menjadi Eris kalian. Meski tidak ada yang menyaksikan konser kalian, aku akan hadir dan meneriakkan nama kalian! Karena itu, tetaplah kuat, ada kami di sini ...."

Air mata Loey tak mampu dibendung lagi. Ia menangis di hadapan Hana. Gadis itu memeluk Loey dan membiarkan idolanya itu menangis dalam pelukannya. Meski ragu, Hana mencoba menenangkan Loey dengan mengusap pelan punggungnya. Hati Loey perlahan menghangat dan perasaannya pada Eun-Soo seakan menghilang dari hatinya. Yang ada di pikirannya saat ini adalah Hana. Gadis itu seakan menyulapnya dan membuatnya lupa kejadian hari ini.

Hana melepas pelukannya dan melihat wajah Loey yang memerah. Ia tertawa melihat penampilan idolanya yang saat ini kacau.

"Waktu tampilmu lima menit lagi. Aku akan membantumu merapihkan riasan dan pakaianmu."

Saat Hana akan beranjak, Loey menghentikannya dengan menggenggam jemari Hana.

"Terima kasih."

Hana tersenyum manis. "Kau tahu? Aku yang harusnya berterima kasih. Terima kasih telah memberiku kesempatan untuk berada di sini bersama kalian."

"Jika ada Eris yang tahu hal ini, aku rasa aku tidak akan selamat. Haha," tambah Hana sembari membantu Loey berdiri.

***