webnovel

Kisah Petualangan Clara

Clara mengutuk takdirnya yang malang. Dia terlahir dengan kondisi khusus di mana kematiannya sudah tak terelakkan. Saat berbaring menunggu ajal menjemput, akhirnya roda takdir berputar. Clara bertemu dengan eksistensi aneh bernama Raph. Dengan bantuannya Clara akhirnya bisa dengan bebas berkeliaran seperti yang selalu ia impikan. Sayangnya ia hanya memiliki tambahan waktu sepuluh tahun. Dengan ini tujuannya sudah jelas. Ia akan berpetualang dan menggapai harapan tipis demi bertahan hidup. Namun siapa sangka, ketika dia akan mendaftar Aliansi Petualang dia malah terlibat insiden merepotkan.

NarendraDharma · Fantasía
Sin suficientes valoraciones
35 Chs

Malam Tanpa Tidur

02:00

Hah, hah, hah.

Di jalanan sepi Kota Denia, Pak Tua Blackjack berlari sambil mengabaikan darah yang berceceran dari bahunya. Luka itu adalah hasil dari mencabut pedang secara paksa. Walau terlihat buruk itu masih lebih baik daripada posisinya di lacak musuh.

Hah, hah, hah.

Tidak peduli metode apapun yang ia lakukan luka ini tidak kunjung menutup. Menengok ke belakang, ia dapat melihat cahaya terang membumbung tinggi ke langit.

Sekali lagi dia diingatkan,

"Aku sudah membesarkan seorang monster."

Ketahuilah bahwa makhluk yang ia panggil dapat dimasukkan ke dalam tingkat S. m

Meski demikian tanpa ragu lagi monster itu akan dibasmi oleh monster lain yang lebih kuat.

Sebagai orang yang selalu memperhatikannya dari dekat Blackjack mau tidak mau merasa emosional dan juga bangga. Gadis kecil yang dulu selalu berkata dengan manja jack ini jack itu kini sudah tumbuh menjadi wanita cantik dan hebat.

Sayangnya, kenangan indahnya di interupsi oleh lesatan panah yang untungnya bisa ia hindari tepat waktu.

Blackjack berhenti dan mengamati daerah sekitar. Ia seharusnya berada di gang sempit tidak jauh dari area perumahan.

Dari arah depan dan belakang muncul pria kekar, menghadang jalannya. Lalu pada atap bangunan di sisi kiri ada seorang pemanah mengamati dirinya bak pemburu mengawasi mangsanya. Sedangkan pada atap bangunan kanan sesosok nan elok muncul ditemani dua pria kekar lainnya.

Wanita itu duduk dengan anggun di tepi atap. Senyumannya lembut seperti sedang mengasihi si buronan.

"Profesor Hymne Blackjack, Kepala Asosiasi Peneliti yang berkhianat dan membawa kabur hasil kerja keras selama bertahun-tahun," dakwa wanita itu. "Profesor, silahkan ucapkan pembelaan anda."

"Tidak ada pembelaan. Nona cantik, bolehkah Pria Tua ini berkenan mengetahui namamu?"

"Anna. Panggil saja Anna. Nah, Profesor, bagaimana kalau menjawab petanyaanku dengan jujur. Siapa tahu aku akan berbelas kasih memberimu pengampunan."

"Tidak ada yang perlu dikasihi, nona Anna. Tidak ada."

Pada saat ini dunia seakan membisu.

Kedua belah pihak saling mengamati satu sama lain dengan sabar.

Lalu, pria besar 1 membuka pertempuran menerjang dari depan dengan ganas. Namun gerakannya tiba-tiba menjadi tidak stabil dan membuatnya terjerembab.

Lokasi gang sempit cenderung memberi Blackjack banyak keuntungan. Bukan hanya pemanah tidak mampu menampilkan potensi penuhnya, keunggulan jumlah milik musuh juga sangat di tekan.

Selain itu, lokasi ini juga sangat sesuai dengan keterampilan bertarungnya yang menggunakan utas benang.

Diam-diam dia sudah memasang benang-benang transparan di daerah sekitar dan mengganggu pergerakan pria besar 1. Dia dengan sigap memanfaatkan celah ini untuk kabur dari pengepungan.

Si pria besar tentu saja tidak akan membiarkan itu. Ia membuat gerakan memutar dan kapak perangnya hampir membagi Blackjack jadi dua.

Blackjack kagum dengan kelenturan tubuh pria ini. Orang biasa pasti sudah mematahkan beberapa tulang dan persendian jika melakukan gerakan tidak manusiawi yang dia lakukan.

Beberapa anak panah kembali dilepaskan, namun sekali lagi berhasil dielakkan.

Pria besar 2 mendekat dengan senyap tapi Blackjack sudah menyadarinya. Ia menggunakan trik yang sama pada pria besar dua, lalu memukulnya menggunakan tangan kirinya yang sudah dilengkapi senjata cakar. Serangannya berhasil menembus perut lelaki itu, meski tidak terlalu dalam.

"Hm?"

Pria besar 2 menyeringai.

Blackjack tidak mampu menarik senjatanya. Kelihatannya dihentikan oleh otot-otot perut. Ia dengan cepat memutuskan untuk meninggalkan senjatanya dan melakukan lompatan ke belakang.

Karena posisinya di udara, ia sama sekali tidak mampu mengelak dari pukulan telak pria besar 1. Untungnya ia tepat waktu untuk memblokirnya menggunakan kedua tangan.

"Akh!"

Tubuhnya terpental, menciptakan retak besar pada tembok tempat ia mendarat.

Tangan kanannya lumpuh sedangkan tangan kirinya mati rasa. Punggungnya juga teramat sakit. Semua itu hanya dari menerima satu pukulan. Kekuatan mentah mereka benar-benar gila.

Dikombinasikan dengan luka dari pertempuran sebelumnya, situasi Blackjack saat ini berada diambang hidup dan mati.

Persepsi pria tua itu menajam, seolah-olah waktu melambat. Menggunakan kelima indranya, ia bisa melihat empat bidak catur menskaknya dari segala arah. Anak panah di atas. Musuh maju dari depan dan belakang. Lalu, pria besar ketiga melompat dari atap tepat di atas Blackjack.

Tidak ada jalan keluar.

Ini adalah kekalahan Blackjack.

Atau, benarkah begitu?

Dor!

Dor!

Dor!

Suara tembakan beruntun terdengar dari jalanan sepi kota Denia.

Serangan mendadak ini berhasil menumbangkan ketiga pria besar. Sayangnya ia harus membiarkan anak panah menyangkut di lengan kanannya.

Pistol yang digunakan Blackjack adalah generasi terbaru dari pabrik senjata utama kekaisaran. Berbeda dari versi-versi sebelumnya, senjata ini sangat ringan dan mudah di sembunyikan.

Kelebihan lainnya adalah kemampuannya untuk menembakkan delapan peluru berkaliber besar secara berurutan dengan daya tolak balik rendah. Sarjana yang mendesainnya adalah jenius yang pernah memenangkan penghargaan inovasi terbaik di bidang militer beberapa tahun sebelumnya.

Lebih lanjut, peluru yang dia gunakan memiliki atribut khusus pangabaian bahan logam sehingga zirah logam sama sekali tidak berguna. Peluru ini juga telah terpesona kutukan kuat.

Jika orang lain yang terkena peluru ini kemungkinan mereka akan langsung mati di tempat. Sayang baginya, pihak yang mengejarnya malam ini adalah monster-monster dengan kekuatan tak masuk akal.

"Kau memiliki mainan yang menarik," puji Anna.

"Mainan, ya."

Ketiga orang yang terekena tembakannya dengan telak hanya mengalami kejang dan bahkan masih mampu untuk berdiri.

"Dasar monster."

Seharusnya ini sudah diduga mengingat di kota ini ada Markas Besar Aliansi Petualang.

Mereka yang terlalu banyak berinteraksi dengan monster akan menjadi monster dengan sendirinya.

Kutipan milik siapa itu ya? Ingatannya sudah agak kabur.

Perkataan ini terbukti benar karena rata-rata petualang lebih kuat dari rata-rata ksatria maupun prajurit kekaisaran.

Luka pada tubuhnya semakin memburuk. Blackjack harus memanfaatkan momen ini sebaik mungkin.

Tanpa ragu lagi ia berlari menjauh dari monster-monster ini.

Pemanah mencoba menghentikannya namun anak panah yang ia lesatkan dihentikan oleh utas benang milik Blackjack.

Si Pak Tua menggunakan sihir yang tersimpan pada sepatunya untuk meningkatkan kecepatannya secara singkat.

Pria besar 1 sekali lagi mencoba menghalangi tapi gerakannya sangat lambat akibat dari serangan peluru sebelumnya sehingga Blackjack berhasil melewatinya.

Jack berlari sekencang-kencangnya, meninggalkan musuhnya dalam debu.

Hah, hah, hah.

Setelah merasa telah membuat jarak yang cukup, ia berhenti untuk mengambil napas.

Melihat ke belakang, kelihatannya mereka tidak ada niatan untuk mengejar.

Blackjack tidak mengenal siapa mereka atau apa tujuannya. Yang pasti, mereka adalah petualang kelas atas dan mungkin sudah berdiri di puncak. Alasan untuk membiarkannya kabur mungkin tidak akan pernah dia ketahui.

Setelah mengambil cukup napas Blackjack siap untuk kembali melanjutkan pelariannya. Namun,

"Ugh!"

Tanpa suara dan hawa keberadaan, sebuah anak panah menembus perutnya.

Blackjack mencoba mengamati daerah sekitar tapi tidak bisa menemukan apapun.

Sebuah suara merdu langsung berbisik di kepalanya seolah suara itu mendistorsi ruang waktu.

"Saat berikutnya kita bertemu, biarkan aku mendengar alasanmu."

Keringat dingin bercucuran dari punggungnya. Blackjack tidak mampu mendeteksi apapun tidak peduli berapa banyak metode yang ia gunakan.

Ia memutuskan untuk mengabaikan luka parah di tubuhnya lalu kembali berlari demi keberlangsungan hidupnya.