2 Tiga Bersaudara

*Krincing.. *Krincing..

Bunyi lonceng yang berasal dari dapur itu memecah keheningan di pagi yang cerah ini.

"Hoaamm.. Pagi Gam, kita sarapan apa hari ini?" kata Rendra datang dari ruang depan sudah rapih dengan seragam sekolah SMA-nya dan duduk di meja makan berbentuk bundar yang ada di tengah dapur.

Sementara Gama, anak bungsu di keluarga itu dengan kaos yang agak kebesaran dan celana pendek itu sedang sibuk menata sarapan di atas meja, tidak menjawab pertanyaan kakaknya dan duduk di bangkunya sambil menunggu Ady, anak tertua di keluarga itu. Namun dia tidak muncul juga..

*krincing.. *krincing..

sekali lagi Gama mencoba memanggil kakaknya, namun dia masih belum muncul juga.

"Semalam, artis idol bernama Keyla mengadakan konser dan di siarkan secara live di TV sampai jam 1 malam. Kurasa dia menontonnya sampai selesai" kata Rendra menyahut sambil meminum teh hangat yang di hidangkan adiknya di atas meja.

Akhirnya dia pun melompat turun dari bangkunya dan pergi naik ke atas menuju kamar kakaknya yang berada di lantai dua.

*tok *tok *tok

"Yaa, sebentar" kata orang yang ada di dalam kamar itu dengan nada pelan. Namun, Gama tidak menghiraukannya dan terus mengetuk pintu itu terbuka.

*klek

Pintu pun terbuka dan Ady muncul dari celah pintu.

"Iya adik kecil.. sebentar yah, aku sedang bersiap, sebentar lagi aku turun" kata Ady tersenyum. Gama pun mengangguk pelan dan kembali ke dapur.

Tidak lama Gama kembali, Ady pun datang lengkap dengan seragam sekolahnya.

"Halo semua, pagi" kata Ady masih mengantuk dan duduk di bangku. Namun tidak ada jawaban dari kedua adiknya karna Rendra sibuk dengan HP-nya dan Gama sibuk menyiapkan sarapan untuk mereka.

Gama pun membagikan mereka masing-masing satu piring dan satu gelas minuman. Untuk Rendra dua lembar roti bakar dengan selai strawberry dan segelas teh tawar hangat. Untuk Ady, dua buah telur mata sapi dan satu buah sosis serta segelas teh manis hangat, dan untuk Gama sendiri 2 buah telur dadar tanpa daun bawang.

Selagi sarapan pun Rendra tetap sibuk dengan HP-nya entah apa yang sedang dia lakukan.

Setelah selesai sarapan, Gama pun mengambilkan bekal untuk kedua kakaknya bawa ke sekolah dan memberikannya ke mereka.

"Oh terimakasih adik kecil" kata Ady sambil mengelus kepala adiknya.

"Apa kau mau pergi nanti saat kami sekolah?" tanyanya lagi pada adiknya yang sedang berjalan ke wastafel sambil membawa peralatan makan yang barusan mereka gunakan. Gama pun menoleh sedikit dan mengangguk pelan pada kakaknya.

"Perlu uang tambahan?" tanyanya sekali lagi.

"Tidak perlu" katanya kembali melanjutkan langkahnya dan menaiki tangga kecil yang biasa dia gunakan untuk berpijak agar dapat menggapai tinggi wastafel dan kompor.

"Baiklah, aku dan Rendra pergi dulu yah. Hati-hati dirumah" kata Ady sambil menutup pintu dan pergi bersama Rendra. Gama pun melanjutkan mencuci piring, menyapu dan mengepel, mengelap sampai seluruh rumah bersih.

**************

Setiap hari, mereka berangkat sekolah dengan berjalan kaki. Melewati terotoar di pinggir jalan kota ini di temani hembusan angin lembut yang biasa mengitari setiap sisi bangunan yang ada.

"huuhhh.. rasanya malas sekali, ingin tidur saja" keluh Rendra malas.

"Ayolah, seminggu lagi kan ulangan semester 2, setelah itu libur panjang dan kita naik ke kelas 3 SMA" kata Ady tersenyum padanya.

"Iya sih, tapi tetap saja.." katanya malas.

"Lagi pun, sudah setahun ayah tidak kesini" kata Rendra lagi.

"kau tau sendiri kan kalau ayah mengurus cafe yang ada di Bandung, jadi pasti sibuk" kata Ady lagi.

"Iya iya aku paham ko, tenang saja.." katanya masih terlihat lesu.

************

Setelah Gama selesai merapihkan seisi rumah sampai tidak ada debu sedikit pun, dia bersiap untuk pergi. Dia bersiap dengan jaket bahan berwarna hitam, celana bahan berwarna hitam serta topi pet kesayangannya dan memakai kacamata min 2 nya, karna dia akan pergi ke toko buku langganannya.

Karna masih belum terlalu siang, jadi cuacanya tidak terlalu panas. Gama kecil yang berjalan di trotoar pinggir jalan melewati berbagai rumah, berbagai toko, dan berbagai apartemen dengan datarnya berjalan lurus sambil memasang headset besar di telinganya dengan musik yang menyala.

Hanya butuh 10 menit berjalan dia pun sampai di toko buku dengan pintu kaca di depannya. Gama memutar kenop pintu itu dan masuk ke dalam. Pengunjung toko hari itu memang agak ramai. Dari pintu masuk, di sebelahnya langsung terdapat meja kasir, jadi pemilik toko berada di samping jendela toko itu.

"Oh nak, kau datang lagi yah?" kata pria setangah tua menyapa Gama dengan ramahnya

Gama pun melepas headset yang ada di kupingnya dan memengalungkannya lalu mengangguk pelan dan berjalan menuju rak-rak buku novel dan masakan. Dia mengambil satu buku dan duduk di meja baca yang berderet di tengah toko. Dengan memasang headsetnya kembali, dia pun memutar lagu dari alat pemutar musik miliknya. Namun tepat sebelum dia menekan tombol 'play' terdengar suara keras dari arah depan.

*BRAK

Sebuah gebrakan meja dari arah meja kasir membuat semua orang yang di dalam toko langsung menoleh ke arah suara itu.

"Maaf Bu, saya pasti akan melunasinya. Tolong beri saya sedikit waktu lagi" kata bapak pemilik toko sambil memohon.

"HAAHH..!!?!? Dengar yah, utang mu itu sudah lama, tapi belum juga lunas. Aku tidak mau tau, hari ini kau harus bayar sekarang" kata seorang wanita dengan berpakaian mewah serba putih dengan kacamata hitam dan membawa tas tangan di tangan kirinya, serta ada dua bodyguard berbadan besar setinggi dua meter berada di sampingnya.

"iya Bu maaf, tapi saya selalu bayar mencicilnya. Tapi bunganya yang terus berjalan jadi hutang saya tidak akan selesai-selesai" kata pemilik toko itu gemetaran ketakutan.

"hei hei hei.. kenapa kau malah bilang begitu, kau ini tidak tau terimakasih yah. Sudah di bantu tapi malah kurang ajar" kata salah satu bodyguardnya marah sambil maju ke depan dan mengepalkan tangannya.

Sebenarnya beberapa orang disana sangat ingin membantu bapak itu. Namun melihat besarnya orang yang ada di hadapan bapak itu, akhirnya mereka pun mengurungkan niat mereka. Orang bertubuh besar itu pun berjalan semakin mendekat dengan bapak pemilik toko itu.

Jarak mereka berdua hanya di halangi meja kasir yang ada di hadapan mereka. Semua orang yang melihatnya pun sudah menerka kalau dia pasti akan memukulnya. Benar saja, sebuah pukulan keras dengan tangan yang besar meluncur ke arah wajah si pemilik toko. Karna takut dia pun memejamkan matanya. Namun, setelah beberapa saat berlalu, dia tidak merasakan pukulan itu mengenainya.

Saat dia membuka matanya perlahan, ada seseorang anak kecil seumuran 7 tahun duduk di atas meja kasir dengan santainya dan berwajah datar sambil menahan pukulan itu dengan satu tangan kanannya.

Orang bertubuh besar itu pun terkejut pukulannya dengan mudah di tahan. Bukan hanya dia, bahkan seluruh orang yang ada di dalam toko itu pun terkejut. Karna, orang yang menahan pukulannya justru seorang anak kecil.

"hei!! apa yang kau lakukan nak" kata orang bertubuh besar itu kesal.

"Gama sedang membaca buku, dan disini tidak boleh berisik" katanya datar.

"Apa katamuu...!!!!" kata orang itu geram.

"Kenapa diam saja? tidak berani memukul lagi karna pukulan dari tangan besarmu di tahan oleh anak kecil?" sahut pengunjung disana. beberapa orang pun ikut meneriaki orang itu. Bahkan ada juga orang yang dari awal merekam kejadian itu.

Karna semakin kesal di buat malu, orang itu mencoba melancarkan pukulan lagi tepat ke wajah Gama.

"STOP!!!" teriak bosnya.

Pukulan itu pun berhenti tepat di depan dahinya Gama yang masih terlihat tenang.

"Kali ini kau lolos, bulan depan aku akan kesini lagi" kata wanita itu sambil pergi keluar bersama kedua bodyguard nya.

Setelah tiga orang itu keluar suasana di dalam toko pun mulai kembali seperti semula. Orang-orang tadi yang melihat juga ada yang melanjutkan bacaan mereka, ada juga yang langsung pergi pulang. Gama yang sudah merasa kalau masalah sudah selesai itu pun melompat turun dari meja yang dia naiki tadi.

"Terimakasih ya nak" kata bapak itu.

Namun Gama tidak menjawab ataupun menghiraukannya dan berjalan kembali ke mejanya tadi.

"Anak itu memang baik, kalau kakaknya tau dia pasti sudah di marahi" pikir pemilik toko itu tersenyum ramah.

Perempuan tadi pun pergi mengendarai mobilnya bersama kedua bodyguard nya dan terus memandangi keluar jendela.

"Apa-apaan anak itu, kalau aku tidak menghentikannya pasti terjadi sesuatu yang mengerikan. Padahal dia hanya menggerakkan ini jarinya sedikit" pikir wanita itu kesal.

"Kalian.. cari tau anak itu, kemungkinan dia akan jadi masalah untuk dunia bawah" kata wanita itu melirik ke depan.

"Baik bos, dengan senang hati" jawab salah satu bawahannya yang terlihat sangat kesal.

**************

Saat itu, di sekolah tempat Ady dan Rendra belajar. Ady hanya duduk di bangkunya dan diam sambil memandang keluar jendela karna tempat duduknya berada di sebelah jendela.

Beberapa temannya datang menghampirinya untuk mengajaknya ke kantin, tapi Ady hanya tersenyum dan menolaknya dengan halus karna dia sudah membawa bekal dari rumah.

"Ady Ady" panggil Rendra dari arah belakang kelas menuju Ady yang sedang duduk di bangkunya.

"Ada apa? kenapa kau ribut sekali" kata Ady malas, Rendra pun duduk di bangku yang ada di depan meja Ady.

"Kau harus lihat ini, video ini langsung viral setelah di unggah 2 jam yang lalu" kata Rendra sambil menunjukkan Hp-nya.

"Apa sih, kau kan tau aku tidak tertarik dengan yang begit-" kalimatnya terhenti saat dia melihat video itu. Di dalam video itu terlihat jelas semua kejadian apa yang ada di dalam toko buku tadi.

"Aduh adik kecil.. kau membuat masalah lagi yah" kata Ady bingung.

"Menurutmu bagaimana?" tanya Rendra bingung.

"Aku juga tidak tau. Semoga saja tidak terjadi hal yang panjang nantinya. Dan juga semoga ayah tidak lihat ini" Kata Ady menyodorkan kembali HP milik Rendra.

"yaaa... kau benar, kalau sampai ada orang yang tau siapa Gama sebenarnya pasti buruk. Terlebih lagi kalau itu orang jahat" kata Rendra meletakkan HP-nya di dalam saku seragamnya.

***************

Dari suatu tempat lain. Ada seorang wanita yang sedang menonton video itu sambil tersenyum lebar di tempat duduk belakang mobil hitamnya.

"Akhirnya ketemu, pasti ini orangnya" kata gadis muda itu masih memperhatikan video itu dari HP-nya.

"Apa itu orang yang non cari dalam 2 bulan ini?" tanya supir yang sedang mengendarai mobil itu.

"yaa.. tidak salah lagi. Dari nada suaranya, bahkan cara bicaranya yang kaku, Saya yakin sekali. Ah! kalau begitu kita pulang saja pak" ucap gadis itu terlihat senang.

"Apa tidak langsung kesana saja non? orang itu pasti masih ada di toko buku itu" kata supir itu.

"hem.. hemm.. tidak perlu, saya punya rencana yang lain. Kemungkinan minggu depan kita baru bisa bertemu dengannya" kata wanita itu menutup HP-nya masih tersenyum melihat keluar jendela.

"Baik non, kita kembali sekarang" dan mobil itu pun melaju dengan kencang.

***************

Tidak terasa sudah 2 jam berlalu sejak Gama membaca di toko buku itu. Saat dia melirik ke arah jam dinding berbentuk bulat di dinding sudah menunjukkan pukul 11 siang, dia pun menutup bukunya dan membawanya ke kasir untuk membayarnya.

"Tidak perlu nak, itu untuk mu saja" kata pria setengah tua pemilik toko itu di depan meja kasih. Namun Gama menggeleng dan terus menyodorkan uangnya sambil berjinjit karena kurang sampai.

"Baik baik, bapak terima. Terimakasih yah" kata pemilik toko buku itu sambil tersenyum. Namun Gama tidak menjawabnya dan langsung pergi keluar.

Dia berjalan pulang ke rumah untuk menyiapkan makan siang nanti untuk mereka bertiga saat kakaknya pulang sekolah.

*************

Saat jam sudah menunjukkan pukul 12.10 siang yang menandakan jam pelajaran sudah usai. Ady dan Rendra pun pulang dengan berjalan kaki menuju rumahnya. Namun, saat di tengah jalan, Ady melihat ke arah minimarket yang ada di pinggir jalan.

"Bisa tunggu sebentar Ren? aku mau beli sesuatu" kata Ady sambil masuk ke toko itu, sementara Rendra menunggu diluar.

Tidak lama Ady pun keluar dengan menjinjing sebuah plastik putih berisi sesuatu di dalamnya.

"Apa yang kau beli?" tanya Rendra heran.

"Hahaha tidak, kau lihat saja nanti" Katanya sambil tertawa. Rendra yang mengerutkan keningnya menatap kakaknya dengan aneh dan mereka pun melanjutkan perjalanannya.

************

*klek

Pintu depan rumah tiga saudara itu terbuka. Setelah melepas sepatu mereka, Ady dan Rendra masuk ke dalam dan langsung menuju dapur, Mereka melihat adik mereka sedang sibuk menyiapkan makanan.

"Hai adik kecil" panggil Ady sambil duduk di bangku meja makannya, begitu pun Rendra. Gama tidak menjawab panggilan kakaknya itu dan langsung menghidangkan makanannya di atas meja. Gama pun duduk di bangkunya dan bersiap untuk makan.

"Hei adik kecil, boleh aku tanya sesuatu?" kata Ady sambil melihat adiknya yang memasukan makanannya ke mulutnya. Gama tidak menjawabnya, dia hanya melirik ke arah Ady sambil mengunyah makanan yang ada di mulutnya.

"Saat kami sekolah, kau pergi kemana?" kata Ady.

"Toko buku" Jawab Gama singkat. Mendengar jawabannya Ady hanya menghela nafas yang panjang, karna dia tau adiknya sudah pasti tidak akan berbohong.

"Dengar yah adik kecil, yang terjadi di toko buku pagi tadi itu. Sudah tersebar kemana-mana" kata Ady serius. Gama yang mendengarnya pun langsung menunduk meringkuk karna takut.

"Kalau saja saat itu, orang itu benar-benar akan memukulmu. Pasti kau akan terluka" kata Ady dengan nada tegas. Rendra hanya makan sambil melihat mereka berdua dengan HP-nya di tangan kirinya.

"Maaf" kata Gama singkat dengan nada yang rendah dan gemetar. Ady pun tersenyum sambil mengelus kepala adiknya itu.

"Aku bukan marah padamu, aku hanya khawatir saja. Ini untukmu" kata Ady sambil memberikan plastik yang dia beli dari toko tadi. Gama pun mengangkat kepalanya dan membukanya, di dalam plastik itu ada minuman teh kemasan botol kesukaannya.

"Itu untukmu, jangan sedih lagi. Aku bukan marah, tapi kalau nanti kau terluka bagaimana?" kata Ady lagi. Gama tidak menjawabnya, dia hanya terus memandangi minuman itu yang ada di tangannya.

"Yasudah tidak perlu di pikirkan, kau lanjut makan lagi saja. Dan minuman itu jangan langsung dihabiskan sekaligus" kata Ady mulai memakan makanannya. Gama pun melompat turun dari tempat duduknya dan meletakkan minuman itu ke dalam kulkas lalu kembali melanjutkan makannya.

"huuhh.. Kalau saja seandainya kau ikut bersama kami bersekolah disana, pasti sekolah kita akan menjadi damai. Banyak sekali orang-orang menyebalkan disana haduh.. guru-guru yang pilih kasih kepada murid-murid yang berprestasi saja, dan juga mereka lebih mementingkan uang" keluh Rendra sambil memainkan HP-nya. Ady tidak menyangkalnya karna semua itu benar, guru-guru nya hampir semuanya aneh, geng preman juga marak sekali, begitulah keadaan di SMA Martabat.

Gama pun menyelesaikan makanannya duluan dan dia langsung merapihkan alat makannya dan meletakkannya di wastafel.

"hei, tidak perlu di cuci. Biar nanti aku saja sekalian. Kau istirahat saja" kata Ady sambil mengunyah makanannya. Gama pun pergi ke ruang depan dan duduk di sofa hijau yang berada di depan TV besar milik mereka sambil membuka buku baru yang dia beli tadi. Dengan tenang dia pun membaca buku itu dengan kacamatanya.

"Kenapa kau bilang begitu di depannya" kata Ady sambil melanjutkan makannya.

"Aku hanya mengeluh saja, memangnya tidak boleh? lagi pula dia itu jenius kau tau sendiri kan. Dengan mudah dapat memecahkan masalah yang ada. Coba kau bayangkan kalau dia masuk ke sekolah yang busuk itu? siapa tau akan menjadi lebih baik, yakan? aku tau kau setuju" kata Rendra sambil meminum minumannya.

"yaa.. memang ada benarnya, tapi dia itu masih anak-anak. Kita semua tau, Meskipun dia jenius, pikirannya akan tetap terperangkap di dalam anak-anak umur 4 tahun" kata Ady sambil melihat Rendra.

Di saat Gama baru membaca bukunya, dia baru teringat sesuatu, kalau hari ini dia harus pergi berbelanja untuk stok makanan mereka. Gama pun menutup bukunya dan berdiri lalu menghampiri mereka berdua di dalam dapur.

"Gama mau pergi ke minimarket berbelanja untuk stok makanan nanti, mau makan apa nanti malam?" kata Gama datar.

"oh oh, nasi goreng sepertinya enak, yakan Dy?" kata Rendra semangat.

"boleh, oh apa kau bisa membuat bolu kukus untuk camilan sore nanti?" kata Ady. Gama pun mengangguk pelan dan berniat pergi sambil memakai topi pet dan tas belanja nya.

"Apa kau perlu bantuan adik kecil? mungkin aku atau Rendra bisa ikut membantumu" kata Ady lagi sambil melihat ke arah adiknya yang berdiri di ambang pintu.

"Tidak perlu" katanya singkat sambil pergi keluar dan menutup pintunya.

"Seperti biasa, sikapnya dingin cuek sekali, tapi dia anak yang baik" kata Ady.

"Yaa.. dia itu memang adik yang hebat. Meskipun terlihat cuek, tapi dia itu anak yang baik" kata Rendra.

"Memasak, membersihkan rumah, mencuci, semua dia lakukan sendiri. Aku bersyukur sekali punya adik seperti dia" kata Ady sambil merapihkan alat makannya dan pergi ke atas.

"Sebaiknya kau cepat ganti seragammu itu agar tidak terlalu kotor" kata Ady sambil berjalan menaiki tangga.

"Baik baik kakak tertuaaa...!!" kata Rendra sambil berdiri juga dan ikut berjalan ke kamarnya yang juga ada di lantai dua.

"Loh, kupikir kau akan mencuci piringnya?" tanya Rendra heran.

"iya iya, tapi masa iya aku mencuci piring mengenakan seragam sekolah" kata Ady melihat Rendra dengan sinis.

"Tapi itu bisa membuatmu terlihat keren kaaan.. yakan yakan!!!" goda Rendra. Karna terlanjur kesal, Ady pun melempar tas miliknya yang dia pegang ke wajah Rendra. Rendra hanya tertawa karna dia suka meledek kakaknya itu.

"Sekalian bawa tasku ke atas yah" kata Ady menaiki tangga dan masuk ke kamarnya.

"tung- hei.. kau curang" Rendra pun berlari menaiki tangga sambil membawa tas milik Ady yang di lempar tadi.

avataravatar
Siguiente capítulo