webnovel

MISSION 1

"AAAAARRRRGGGGHHHH!! terkutuk kau TAKAAAAAAA!!"

Aku menjerit sekeras mungkin, walau sebenarnya itu tidak sedikitpun mengurangi apapun yang aku rasakan saat ini. Kenapa ini semua harus menimpaku?! kenapa hanya aku yang harus berhubungan dengan Taka?! dengan para Owl sialan ini?!

Kenapa?!

***

5 jam sebelumnya

"Kau yakin jika ini akan berhasil?" aku bertanya dengan tidak sabar. Kami sedang melewati berbagai kios makanan di Akihabara. Kawasan ini sangat ramai dan aku tidak suka itu.

Berbeda denganku, Taka terlihat sangat menikmati. Layaknya sebuah acara jalan-jalan sekaligus wisata kuliner, sudah ada satu tusuk cumi bakar di tangan kanannya, satu bungkus takoyaki dan sekotak makaron warna warni di tangan kirinya. Sedangkan di mulutnya penuh dengan okonomiyaki yang ia makan sekaligus. Kepalanya sibuk celingukan kesana kemari, yang aku tebak dia mencari sesuatu yang bisa diminum. Yang sangat menjengkelkannya dia tidak mendengatkan aku bicara atau bertanya padanya.

Sungguh sangat menyebalkan!

"Oi!! kau serius tidak sih saat berkata akan membantuku menyelesaikan hukumanku?!"

Taka menoleh lalu mengangguk.

"Kalau begitu, kenapa kita ada disini? kenapa kita berjalan-jalan santai di tempat seramai ini? membeli semua jajanan yang sejujurnya tidak kau butuhkan untuk pencernaanmu itu! mana mungkin Owl ada disini kan?" nada suaraku meninggi, aku sudah sangat kesal dan tak bisa menahannya lagi. sudah seharian ini kami berkeliling tempat-tempat ramai seperti ini, tapi tidak satupun Owl yang kami jumpai.

Taka, apakah dia hanya sedang mempermainkan aku?

"Kau ini cantik tapi cerewet ya~" Taka berhenti lalu berbalik dan melihatku dengan tatapan terganggu, "makan ini dan tenangkan dirimu. Owl memiliki kemampuan berbaur dengan manusia. Karasu lemah sepertimu akan sulit membedakannya, karena itu aku membawamu ke tempat ramai. Aku ingin kau mengasah instingmu."

Aku melihat cumi bakar yang ia berikan, lalu berganti menatap wajah Taka yang tampak sangat bangga dengan cara berpikirnya.

Yah.. lagipula aku juga belum pernah makan makanan ini.

Aku sedang terkagum-kagum dengan rasa cumi bakar yang kenyal di mulutku, ketika Taka berhenti mencari-cari sesuatu dan berseru.

"Ah! kutemukan!" Taka menunjuk ke suatu arah. aku mengikuti arah telunjuknya yang ia acungkan. Aku sudah girang dalam hatiku, kupikir akhirnya ia menemukan Owl. Ternyata hanya sebuah stand penjual ice cream.

"Ice cream! yang benar saja!" aku menggerutu. menggigit dengan kasar cumi bagian bakar terakhir. Mengunyahnya dengan cepat untuk melampiaskan emosi.

"Bukan ice creamnya, Owlnya!"

Eh?! aku hanya melihat penjual ice cream dengan seorang bocah laki-laki yang tampak semangat menjilati ice cream vanilla di tangannya. Tidak ada yang lain.

Aku mencoba memfokuskan pandanganku untuk melihat aura mereka, aku bisa yakin paman penjual itu adalah manusia, karena auranya terang. Ah.. si bodoh Taka mungkin hanya mencari-cari alasan.

"Yang mana?" baru saja aku menoleh pada Taka. ia sudah berjalan cepat mendekati bocah lelaki dan paman penjual ice cream. Tidak aku sangka, ia memukul kepala bagian belakang bocah itu. Membuat ice cream vanilla yang baru setengah dimakannya jatuh ke tanah.

Paman penjual ice cream terlihat memarahi Taka, aku bisa mendengar suara dengan logat kansainya membentak Taka. Mataku masih memperhatikan bocah itu yang terdiam menunduk melihat ice cream ya yang kian lama mencair di tanah.

Tiba-tiba instingku.. memberi peringatan.

Aku berlari menarik paman penjual ice cream menjauh dari mereka dan benar saja. Bocah lelaki itu menyerang Taka. Ia melompat dan menendang kepala Taka hingga terpental jauh.

"Ada apa?!" tanya paman penjual ice cream dengan wajah panik. Dia tidak bisa melihat Taka dan bocah Owl tadi setelah aku menariknya kemari. Kupikir ini mungkin kemampuan Taka. pandanganku kembali pada mereka, tapi Taka tidak disana.

Dimana si brengsek itu?!

Bocah Owl menjentikkan jarinya dan sedetik kemudian sebuah gergaji mesin sudah berada di tangannya. Gerigi pada gergaji mesin itu tampak sangat tajam, terlihat berkilauan dan terlalu besar untuk menjadi senjata bagi bocah kecil sepertinya.

Ia menarik tali pegas gergaji mesin, hingga berbunyi deru konstan, geriginya berputar semakin cepat. aku bergidik membayangkan seberapa besar daya koyak yang bisa ditimbulkan senjata berisik itu.

kepala bocah Owl celingukan, mencari-cari sosok Taka yang tadi mencari masalah dengannya.

Aku melompat kaget ketika tiba-tiba saja suara Taka berada di belakangku. "Selanjutnya aku serahkan padamu ya~, paman ini biar aku yang urus. Sebisa mungkin buat Owl itu menjauh dari tempat ramai, oke?" Katanya enteng, sebelum akhirnya menghilang bersama si paman penjual ice cream.

Sialan itu. . .

Pandangan kami bertemu, ini tidak bagus!

"Ha,Halo Owl, aku Karasu," semoga suaraku yang bergetar tidak ia sadari.

"Aku sudah tahu. Kenapa kau bersama makhluk penjilat itu?! dan lagi, kenapa kau mengangguku?!" dia terdengar sangat kesal.

"Aku sedang di hukum, yah.. anggap saja begitu. Hukumanku itu sesuatu yang berkaitan denganmu." ukh! aku tidak bisa menjelaskan lebih baik dari ini. Aku harap bocah itu mengerti.

"Hukumanmu itu, untuk memusnahkan para Owl. Iyakan?"

Tepat sekali.

"Aku belum mau musnah sekarang. jadi, bagaimana kalau kau menunggu sambil bertarung denganku?"

Aku tidak suka bertarung. Bertarung itu melelahkan, "Apakah ada cara lain selain sesuatu yang menguras energi?"

"Tidak, itupun jika kau mau menunggu."

Suara deru gergaji mesinnya yang nyaring membuat konsentrasiku terganggu, apalagi dengan mudahnya ia menenteng senjata berat itu dan menodongkannya ke arahku.

Bocah Owl melesat ke arahku, dengan mengayunkan gergaji mesinnya secara membabi buta. Aku berusaha terus menjaga jarak, mengelak dan menghindar secepat mungkin. Tapi ia selalu bisa mengejar. Tubuh kecilnya tidak sedikitpun terlihat kesulitan mengontrol arah senjata berat nan berisiknya.

Dengan cepat aku berputar dan menendang tepi gergaji mesinnya. Bocah Owl terdorong beberapa meter, sedangkan senjatanya terlempar tak begitu jauh darinya.

suara deru mesin gergaji mendadak berhenti. Bocah Owl itu melihatku lalu tersenyum, "Kenapa hanya menghindar? keluarkan senjatamu. Membosankan kalau hanya main kejar-kejaran kan?" wajah polos khas anak-anak nya berubah, ekspresi licik yang tidak mungkin seorang bocah cilik tampilkan, "Ayolah, Karasu itu kuatkan? bisa melakukan apapun~" nadanya meledek.

Cih! sebelum menjadi Owl dia juga seorang Karasu!

"Ah! maaf kalau begitu. sekarang ayo serius-" sebelum aku sempat menyelesaikan kalimatku, dia sudah melesat maju dengan cepat kearahku. tentu saja dengan gergaji mesinnya entah sejak kapan sudah berada di tangannya.

Ketika jarakku dan dia hanya 1 meter saja, dia menarik tali pegas senjatanya. Seketika gerigi berputar cepat, hampir mengenai lengan kiriku. aku melompat mundur beberapa kali, mengeluarkan 2 gun kesayanganku dari balik mantel, mencoba menembak Owl cilik itu.

Alu tidak boleh lengah di depan para Owl. berbeda dengan Karasu, pergerakan mereka tidak terdeteksi. Mereka terbiasa bertarung untuk bertahan. Tentu saja sebagai Owl mereka harus siap bersaing buruan dengan para Karasu dan tidak ayal mereka juga di buru.

Aku menitik pusatkan bidikanku pada dahinya. saat pelurunya aku lepaskan, bocah Owl itu menangkis dengan gergaji mesinnya. Refleknya sangat cepat, aku menambakkan lagi peluruku, kali ini aku mengincar kakinya. Dia melompat mundur tepat saat peluru akan mengenainya.

Sial! dia lincah sekali!

Bocah Owl itu kembali berlari ke arahku, dan tanpa pertimbangan apapun aku menembaknya. bertempatan meluncurnya peluruku, dia melempar gergaji mesinnya padaku. aku melompat ke samping, dan dia merendahkan tubuhnya serendah mungkin.

Aku benar-benar terkejut, pandanganku masih fokus pada gergaji mesin yang teronggok tak jauh disisi belakangku, lalu tiba-tiba bocah itu-yang entah sejak kapan ada disini. menendang tanganku, salah satu Gunku terlempar jauh. Ia kembali berputar dan menendang pipiku, aku melompat kesamping. meludahkan darah dari mulutku, lidahku tergigit.

Gergaji mesin itu sudah ada di tangannya kembali, menderu deru dengan suara Gerungan yang menganggu. Sedangkan salah satu Gunku tidak bisa aku temukan disekitar sini.

Ayolah fokus! aku masih memiliki satu gun lagi kan!

Aku menembak pijakan kakinya, mencoba menghalaunya untuk bisa lebih dekat dariku. Tapi, ia selincah kera. Terus berlari mendekat, kembali mengayunkan senjata mengerikannya kepadaku.

Setelah terus menghindar dari kibasan gergaji mesinnya, aku memilki jarak yang cukup jauh darinya. Beberapa detik sebelum ia kembali melesat ke arahku, peluruku menembus tulang keringnya. Ia jatuh tersungkur dan mengerang.

Aku mendekat, tangan kananku menodongkan gun tepat di kepalanya. Tapi beberapa detik kemudian gunku terjatuh dan berbunyi rendah membentur aspal. Aku melihatnya, Gunku masih berada di dalam genggaman tanganku. Darah seketika menyembur dari tanganku yang terpotong.

Kejadian itu hanya beberapa detik, aku panik. Rasa sakit menguasaiku, tanpa sadar aku menjerit sambil terus menggenggam blenganku yang buntung. Mundur dengan cepat lalu terjatuh.

Sungguh! rasa sakit ini benar-benar menyiksaku. Aku tidak bisa mengontrol denyut jantungku yang tidak karuan. Pandanganku memburam kerena air mata.

Sosok Owl kecil itu bangkit dengan gergaji mesin yang sudah siap ia ayunkan ke arahku.

Aku pikir saat ini mungkin adalah akhir riwayatku.

***

Siguiente capítulo