webnovel

Just you

Julio, seorang siswa dari sekolah SMA 1. ia hanya tinggal berdua dengan adiknya, Chelsea. Karena, Ibu mereka telah tiada, dan ayah mereka meninggalkan mereka. Julio harus mencari pekerjaan sampingan untuk memenuhi keperluan sehari-hari mereka, namun terjadi begitu banyak masalah berat mendatanginya yang membuat keluarga kecilnya terancam, ia harus berusaha lebih keras demi adiknya dan kehidupannya. Namun, apakah Julio bisa mengatasi masalahnya itu?

Sonzai · Adolescente
Sin suficientes valoraciones
91 Chs

Chapter 3 [Part 5]

[Chapter 3 (part 5)]

"Hey Bella... boleh aku bertanya sesuatu kepada mu?"

Tatapan Julio membuat mereka sedikit takut, kecuali Sophie dan Selvia karena mereka sedang fokus membaca novel.

"Boleh, silahkan saja kalau mau bertanya," jawab Bella sambil mengelus Lily.

"Apa benar kau pernah menolak para siswa yang ingin bergabung dengan eskul mu?"

Pertanyaan Julio pun membuat Lily dan Sophie terkejut, Sophie yang tadinya fokus membaca, kini melirik Julio dengan tajam dan Lily menunjukan wajah marah, ia mengepalkan tangannya seakan ingin menghancurkan sesuatu dan benar, Lily pun mendekat dan menarik kerah baju Julio.

"Kau!"

"Lily berhenti!" kata Bella sambil terus menunduk.

"tapi Bella..."

"Sudah tidak apa-apa, itu bukanlah suatu rahasia, wajar saja Julio ingin tahu tentang hal itu..."

Bella pun berdiri dan mengangkat wajahnya.

"Lagipula dia adalah anggota baru kita," kata Bella sambil tersenyum manis.

"B-Bella..."

Bella pun menggelengkan kepala agar Lily mengerti kalau dia tidak apa-apa. Lily pun menengok ke arah Julio kembali, ia mematap tajam Julio dan terus menarik kerahnya.

"Cih!…"

Lily pun melepaskan Julio dan duduk kembali di sofa nya sambil menyilangkan tangannya,

Sophie pun mengelus kepala Lily agar tenang.

Bella menarik nafas dan siap menjawab pertanyaan Julio.

"Aku akan menjawab pertanyaan mu Julio, dengarlah baik-baik, karena aku tidak akan mengulanginya lagi."

suasana pun mulai serius, Jessica yang dari tadi berdiri di dekat pintu mendekat ke belakang Julio dan Herry. Begitupun Selvia, yang sedari tadi sedang membaca novel di balik rak buku pun mendekat ke samping Herry.

Semuanya nampak serius menanggapi hal ini, terutama Julio dan Jessica.

"Baiklah, Aku menolak mereka semua karena Aku tidak mau kalau mereka hanya bergabung kemari karena ada diriku, Aku sangat tidak menyukai hal itu."

Jessica nampak terkejut, lalu menatap Julio dari belakang.

"(Hah!?… tidak mungkin, dia peramal kah?)" kata Jessica di dalam hati, yang merasa keheranan

"Tapi, jika mereka bergabung karena ada dirimu, berarti kau bisa memerintahkan mereka untuk memajukan eskul ini," kata Julio.

"Aku tahu itu, tapi aku... merasa takut, ketika mereka datang untuk bergabung, tatapan mata mereka terhadapku, seperti ingin melecehkan ku, karena itu lah aku menolak mereka semua," kata Bella.

Wajah bella pun nampak ketakutan, air mata Bella pun menetes, tanpa sengaja Julio malah membuat Bella teringat kembali dengan hal yang ingin ia lupakan. Lily yg melihat Bella menangis merasa sangat kesal kepada Julio, ia terus mengepalkan tangannya namun Sophie terus menangkan Lily. Julio yang melihat Bella menangis merasa sedikit bersalah. Julio menghela nafas.

"Sebenarnya aku ingin bertanya lagi satu hal, tapi aku rasa itu sudah cukup," kata Julio.

Lily pun merangkul Bella untuk menenangkannya. lalu, Lily pun menatap tajam ke arah Julio.

"Hoi bodoh!, sebenarnya kenapa kau bertanya hal itu kepada Bella? aku tahu kau pasti memiliki tujuan lain kan? tujuan mu bukan hanya sekedar ingin tahu kan?"

"Tidak, aku hanya sekdar ingin tahu, kasus itu sedang di bicarakan oleh banyak siswa kelas 11, karena itu lah aku hanya ingin tahu alasanya."

"Sekarang kau sudah tahu alasanya, lalu kau mau apa? memberitahu semua siswa kelas 11 tentang alasan Bella ini!?"

"Itu tidak mungkin, karena merepotkan."

"Lalu apa?"

"Kan sudah aku bilang, aku hanya penasaran."

Lily menatap dengan tajam Julio, agar Julio mau memberi tahu alasan yang sebenarnya.

"Sudah sudah, tidak perlu di bahas lagi. Lebih baik kita pulang, sudah jam 5 sore ini." kata Bella sambil tersenyum.

"Ah benar, kok terasa cepat ya?" kata Selvia yang ke heranan.

Mereka pun mengambil tas mereka lalu keluar ruangan, namun saat Julio ingin keluar, tangannya di tahan oleh Sophie.

"Ada apa?" tanya Julio.

"Bisakah kamu menemaniku sebentar... ada yang ingin aku bicarakan," kata Sophie dengan tatapan polosnya.

Bella dan yang lainya pun menengok ke arah Julio dan Sophie.

"Tidak biasanya Sophie ingin berbicara dengan orang yang baru ia temui," kata Bella yang merasa heran.

Herry pun tersenyum jahil.

"Ah, jangan-jangan mereka berdua—."

*pltak!*

"Aduh!"

"Jangan berfikiran aneh bodoh!"

Selvia pun langsung menjitak Herry karena fikirannya sudah mulai tidak karuan.

"Dan juga, memangnya apa yang ingin kau bicarakan?" tanya Selvia.

"Itu... Rahasia," jawab Sophie.

"Cih... kalau begitu aku ikut."

"Tidak!"

"Pokoknya aku ik—."

"Aku bilang tidak ya tidak, bisa kah kau mengerti," kata Sophie sambil menatap Selvia seperti ingin membunuhnya.

"(S-Seram)"

"Sudah sudah, lebih baik kita pulang, biar saja Julio dan Sophie berbicara berdua, mungkin ada hal penting yang ingin sophie bicarakan," kata Herry lalu menarik Selvia.

"H-Hoi tunggu dulu!"

Selvia langsung di tarik oleh Herry dan menuruni tangga.

"Kalau begitu, Julio, Sophie, jangan lupa kunci ruanganya ya," kata Bella, lalu memberikan kunci ruangan kepada Sophie dan meninggalkan mereka berdua.

Saat Lily mengikuti Bella, ia sedikti menengok kebelakang dan tersenyum, seperti ia sudah tahu apa yang akan terjadi.

"(Firasat ku buruk tentang ini)" kata Julio di dalam hati.

Lengan baju Julio pun ditarik oleh Sophie dan di arahkanya menuju Sofa. Lalu, Sophie pun di berjalan menuju pojok ruangan, disana terdaoat gudang namun mereka menjadikanya sebuah dapur yang biasa mereka gunakan untuk memasak. Tak lama ia pun kembali sambil membunyikan sesuatu di belakangnya.

Firasat Julio pun semakin tidak enak, keringat dingin pun keluar dari tubuhnya. Melihat Sophie yang datang sambil menyembunyikan sesuatu, Julio memberanikan diri untuk bertanya.

"S-Sophie kau sedang memegang apa!?" tanya Julio yang merasa merinding.

Sophie pun mengeluarkan benda yang ia sembunyikan di belakangnya dan ternyata itu sebuah pisau. Sophie mengekuarkan pisau dan menatap Julio seperti seorang yang haus darah. Julio pun mulai ketakutan.

"Hoi hoi hoi hoi! Mau apa kau dengan pisau itu!"

Sophie pun mengacungkan pisau itu kepada Julio.

"Beritahu aku, apa alasan mu yang sebenarnya, kenapa kau membuat sahabatku menangis, cepat beri tahu aku alasanya, kalau tidak aku akan memajang kepalamu di rumah ku," kata Sophie sambil mendekati Julio dan terus mengacungkan pisau nya

"Tenang dulu hoi!"

Sophie pun mengganti genggaman pisau nya dan membuatnya seperti siap untuk membunuh Julio.

"Kalau begitu cepat!"

"Oke oke oke! Tolong turunkan pisau mu itu dulu, aku tidak bisa fokus bicara kalau kau menggenggam pisau mu itu!"

Sophie pun menancapkan pisaunya di meja dan duduk berhadapan dengan Julio.

"(Sepertinya aku selamat... haah, nyaris saja, tidak kusangka seorang yang pendiam mempunyai jiwa seperti seorang pembunuh)" kata Julio di dalam hatinya.

"Sekarang, kau bisa beritahu alasan yang sebenarnya, aku tau kalau yang kau beritahu kepada Lily itu bukan alasan yang sebenarnya kan? Sekarang cepat beritahu aku, apa alasanmu yang sebenarnya atau aku akan memotong kepala mu itu dan ku pajang sebagai hiasan rumah." kata Sophie, dengan wajah yang tidak berekspresi sama sekali dan itu membuatnya sangat menakutkan.

Ia terlihat lebih dingin daripada Julio, tatapanya begitu menusuk Julio yang membuay Julio harus mengatakan alasan yang sebenarnya.

"Sudah kuduga kalau perempuan ini memiliki sesuatu yang mengerikan... Baiklah aku akan memberitahu alasan yang sebenarnya, asal kau berani berjanji untuk tidak memberitahu siapapun, aku mohon."

Sophie pun mengangguk.

"Alasan ku adalah..."

To be continue

===========================